RUMAH PERADABAN - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "PUISI 1:


*RUMAH PERADABAN*

Oleh: Muh. Nasir


Lahir dari sebuah sejarah

Gelombang perubahan mengalir perlahan

Terombang ambing di tengah gurun

Terengah-engah berjalan penuh desah


Dalam ruang hampa menatap

Sepasang camar mendendangkan nada

Bising berkicau memecah hening gelap

Seakan terjaga mengantarkan kidung lara


Dalam rumah peradaban biru

Tinta dan kertas terkoyak kaku

Di sudut jendela tunduk di penjara bisu

Diam terbungkam ketakutan seribu waktu


Dalam rumah peradaban

Jemari menari lembut di atas cahaya

Terjungkal petuah dihempas titah maya

Silih berganti menabur rasa di pesemaian


Kejora telah menjauh dari cakrawala

Bersama bulan dan bintang berlari

Tertatih dalam selimut penuh warna

Polos bersimpuh dalam dekapan pelangi


Pinrang, 12 Oktober 2021



PUISI 2:


*ANTARA HARAPAN DAN MIMPI*

Oleh: Muh. Nasir


Ketika teriak tak lagi sumbang

Purnama mulai pudar di ambang

Bias tersuar di untaian gelap

Genderang ditabuh bising mendekap


Wajah tak kuat lagi tegak

Bersua di peraduan harapan dan mimpi

Merah ranum hambur berserak

Tersenyum penuh lelah berderai


Makna seakan hilang lenyap

Berlari di balik tabir hitam pekat

Dan terus pergi dengan berderap

Sepasang mata menatap begitu erat


Gemuruh hentakan langkah memecah sepi

Masih menggenggam selaksa deru harapan

Meski terjaga dan terbangun dari mimpi

Bongkahan azam tetap utuh melawan


Mimpi yang berharap indah

Ataukah harapan sekedar mimpi

Mengalir bersama untaian sejarah

Tersenyum menyapa takdir Ilahi


Pinrang, 13 Oktober 2021



PUISI 3:


*BUKAN PECUNDANG*

Oleh: Muh. Nasir


Telah tercatat dalam sejarah

Tersiar di seluruh jagat bumi

Bahwa dirimu berdaulat utuh

Lahir dari rahim perjuangan sejati


Harkat tumbuh dari benih darah suci

Martabat mengalir bersama air mata

Dan Ibu pertiwi adalah harga mati

Pucuk dari kerja dan lelah anak bangsa


Ini adalah bumi kehormatan

Bukan sebagai kado belas kasihan 

Karena hakikatnya takdir tertulis rapi

Bukan pecundang gratifikasi diplomasi 


Tulang belulang akan terus bersaksi

Tumpahan darah yang ruah akan bicara

Inilah wajah negeriku berseri

Takkan layu terpanggang pandemi


Tanah ini adalah wasiat kaum syuhada

Untuk tumbuh menjadi energi peradaban

Bukan sebagai pewaris pecundang bangsa

Tapi pelopor kolaborasi perubahan


Pinrang, 13 Oktober 2021



PUISI 4:


*UNTAIAN NAFAS*

Oleh: Muh. Nasir


Tujuh puluh enam masa bersemi

Keriput wajah lelah perlahan menyapa

Tersenyum melambai bersama lesung pipi

Merangkai bahasa yang tidak biasa


Seutas lirikan berkaca-kaca

Menerobos waktu dengan tegar

Tegap menguntai nafas dalam sisa

Semilir bayu pagi merebak pudar


Lelah telah mencengkeram lapang

Mengisi ruang peluh sisi sukma

Puspa di tengah telaga berseri riang

Berbisik menabur sendu haru iba


Untaian nafas denyut bergetar

Memuja Rabb di ujung takdir

Kristal dingin berurai dan jatuh

Runtuh bersama awan dan desah


Suara renta di linangan sendu

Dengan bibir kering yang lusuh

Bersama sebait nadi termangu 

Bertahan walau bisik terhapus rapuh


Pinrang, 14 Oktober 2021



PUISI 5:


*PARADIGMA BARU*

Oleh: Muh. Nasir


Merangkul keberagaman generasi

Tumbuh pendidikan yang memerdekakan

Dalam pigura literasi numerasi

Mendekap segenap karakter kemandirian


Profil pelajar Pancasila

Pemaknaan hakiki dari visi pendidikan

Merangkum warna untuk merdeka

Lahir sebagai filosofi tuntunan


Ki Hadjar Dewantara peletak pondasi

Benih Kebudayaan pucuk terpatri

Menghias tunas-tunas peradaban negeri

Bianglala tumbuh untuk berkolaborasi


Inilah wajah cahaya cetak biru

Misi perubahan ide nalar kritis

Tumbuh dalam konsep paradigma baru

Berkebinnekaan global sebagai katalis


Sekolah penggerak

Bukan sebuah khayalan mimpi buruk

Sebab ini energi gelombang superior

Menjawab rahasia yang bukan takdir


Pinrang, 14 Oktober 2021"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.