Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Semua Anugerah Tuhan - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Semua Anugerah Tuhan

Oleh : Bambang Prijono


Hidup semua adalah anugrah Tuhan

Tak ada satupun yang kita miliki

Semua adalah anugrah Tuhan

Tak ada satupun yang kita bisa

Semua adalah kuasa Tuhan

Hidup dan mati semua

Adalah genggaman Tuhan

Hiduplah atas bimbinganNya

Bukan menyombongkan kitab

Hiduplah berserah diri padaNya

Bukan menyombongkan ibadah hiduplah dengan ikhlas

Bukan dengan kekerasan dan paksaan

Hiduplah dengan nyantai

Bukan mengejar ambisi seakan hidup atas kemampuan sendiri

Hiduplah dengan lugu penuh kesadaran

Bukan dengan kedisiplinan kaku

PERMULAAN - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


PERMULAAN 

KARYA : FERYSA PUTRI SA


Disini Pertumpahan Darah

Penembakan Pengecut Dilakukan

Akankah Turun Anugerah?

Pistol Mulai Bermain


                      Demokrasi Beraksi Disini

                      Matahari Panas Membakar 

                      Inginnya Kami Berlaku TRITURA

                      Agar Negri Tak Gentar


Suara Elang Pemecah Pilu

Resimen Tank Penindas Menderu

Penyandang Senapan Memandangmu

Seakan Usia Diujung Hidungmu


                      Kematian Seakan Mengundi 

                      Telah Gugur Senjata Pedang 

                       Peluit Seakan Menjerit Lagi

                      Nyawa Hilang Sudah Melayang



 BUNGKAM

KARYA : FERYSA PUTRI SA


Tua Muda Seakan Pilu 

Kerja Romusha Berlaku 

Pribumi Tak Berhak 

Bangsa Lain Membajak

                         

                            Rempah-Rempah Mereka Boikot

                            Hati Seakan Menguras Emosi 

                            Landak Menggonggong Rambat 

                            Rakyat Pemerintah Ratapi


HEI ! Pribumi Nusantara 

Satukan Paduan Suara

Indonesia Pasti Jaya

Jika Pilu Dipecahkan 

                     

                           Ini Negri Indonesia 

                           Membutuh Aksi Para Jua

                           Namun Harapan Putus 

                           Lalu Bangsa Lain Puas



KEDIPAN MATA

KARYA : FERYSA PUTRI SA


Seandainya tak memandang

Sekarang pasti belum melayang

Engkau mandi cahaya bintang

Engkau selalu membayang


Kini hidup suatu keindahan

Matamu menguatkan hati

Aku takkan bisa lepaskan

Lantaran engkau pujaan hati


Sungguh indah jika bersatu

Kesetiaanku sudah menjulang tinggi

Atas kepercayaanku padamu

Duhai kekasihku, sayangku


Mengapa kau bunuh cintaku?

Matilah sudah jiwaku

Kemudian hati ini pilu

Meledak sudah jiwa laraku



KASAR

KARYA : FERYSA PURTI SA


Berlaku lemah lembutlah engkau

Sekiranya engkau berhati kasar

Tentulah mereka menjauh diri

Kau tak mikir sedemikian?


Lembut ialah perangai ampuh

Dan air penenang jiwa

Dikala amarah melanda

Tapi tak hangus terbawa suasana 


Panas api akan padam 

Sebab air yang meredam 

Saat dalam keadaan marah

Berpotensi lepas kendali arah


Duhai diri ringan tangan

Duhai diri lancang mulut

Duhai diri sorot mata 

Bersikap lemah lembutlah kalian



LANTAS BAGAIMANA

KARYA : FERYSA PUTRI SA


Sudah kutinggalkan dia 

Sudah kuturuti keinginanmu

Sudah kupercayai dirimu

Tapi apakah aku akan selamat?


Dengan dia ku damai

Ditepi pantai kita berlari

Diatas bukit kita berbaring

Melihat bintang kaya sirna 


Kau perusak hidupku kini

Lalu kau rampas kebahagiaanku

Dan kau bunuh dia didepan mata 

Tapi apakah kau merasa salah? 


Seribu malam ku menghilang

Jiwa seakan direnggut asa 

Hatiku membeku pilu

Ragaku mati ditelan bumi





"


Kenangan - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Kenangan

Karya : Huwaida M


Jalanan sore sepi pejalan kaki

Mungkin mereka malas menunjuk diri pada surya 

Inilah aku! Si pintar yang kesiangan

Penjerit sunyi antar dua pucuk gunung tertinggi


Kenanga si malu-malu kuning

Makanya kamu kulukis syahdu dalam sebingkai 

Dan bintang siang pun tak pernah bolos menyaksikan

Bahwa akan selalu ada aku


Jurnal jadulnya kakek terbongkar kemarin

Isinya semua tulisan tangan nenek yang digemarinya

Sebab Mama bilang mereka cocok

Satu putih, satu lagi abu-abu


Seusai malam lanjutlah pagi dengan riangnya 

ia cepat tanpa batas penghalang

seperti nyatanya, kereta nuklirku sudah jadi

ayo susuri dunia yang kita benci ini bersama



Hilang

Karya : Huwaida M 


Ribu-ribu menit dilalui dimensi ini

Ternyata hampa, benci akan massa 

Dan sepuluh tahun yang lalu ia jatuh

Lubang itu mendorongnya masuk jauh 


Tentang kendala mengapung atau tidak

Terserah padanya, katanya “iya”

Bukankah hampa juga pilihan?

Karena menjadi berat sudah hakikatnya


Dia hilang, temanku, berbulan-bulan

Kendati jauh nun abstrak 

Nyatanya disini, masih di rumah ini

Dimensi itu, mengungguli taman bermain kanak


Hilang. Tapi dia betah disana

Dunia asing dan aneh itu disukainya

Hingga sedekat apapun lokasinya denganku

Rasa asing yang tak pernah ia dapati, ia pilih



Lebih Dulu

Karya : Huwaida M 


Tentang pagi dan petang kemarin

Diselipkannya rindu pada bungkus-bungkus keemasan langit 

Kata pemudi itu, untukmu, Nug

Kue coklat panggang buatannya menunggu


Ada sosok pemuda yang lebih dulu menetap

Dahulu pergi tanpa pamit sepuhnya

Maka pohon dan sarangnya burung bersaksi bisu

Bukan durhaka, hanya tak patuhi hukum alam buatannya


Nugraha, kamu ingat pesannya, kan?

Surat kumal kusut berisi tinta biru tua

Bahwa ia lebih dulu menduduki pasir pantai ini

Bahwa laut seberangnya adalah rumah berpulang


Jarak antar alam memang tidak jauh

Tapi namanya alam, semua perlu kesesuaian

Karena dia lebih dulu sebelum kamu datang

Maka manusia perlu menyesuaikan atas suatu penghargaan



Berubah

Karya : Huwaida M 


Lagi-lagi tentang langit yang pucat kekuningan

Disana ada kamu yang tersenyum manis seperti biasa 

Tatkala hujan turun memenuhi batas air danau

Dan syukurlah, kamu tetap tersenyum


Hari-hari setelahnya berlalu panjang

Tak ada yang berbeda namun kamu

Mungkin sebab harinya, sehingga begitu

Senyum pajangmu retak, ya? Masih bisakah dipasang lagi?


Kamu masih kamu, tapi beda

Bukan senyummu, namun kamu

Sejak dulu kita saling mengenal, kamu ataupun aku

Hari ini seakan mengenali sosok baru


Maka langit menjadi saksi lagi

Atas rasa-rasa dari dampak perubahan yang terjadi

Kamu tidak bersalah sepenuhnya, Nug

Tapi keberubahan itu pengaruhi segalanya



Teduh

Karya : Huwaida M 


Kali ini giliran malam yang teduh

Tanpa rangkai pohon yang mencipta bayang panjang

Tanpa peluh di kening yang biasa diusap

Karena bukan lagi matahari yang menggantungkan diri


Tidak hanya pohon yang meneduhkan, kau tahu?

Ternyata ada kamu, Si Penulis cakar ayam  

Cerita fantasi ditulisnya, berharap semoga menjadi nyata

Itulah kamu, teduhkan rumput-rumput dan bunga kecil disitu


Maka malam berganti siang, dan terus begitu

Keteduhan seakan tercantum permanen di langit

Bahwa fajar dan awan akan terus begitu

Bahwa akan selalu ada kamu

Yang meneduhkanku






"


Tetaplah bahagia - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Tetaplah bahagia 


Percayalah

Sepenggal puisi ku ini 

Tak akan pernah mampu 

Menghilangkan lukamu 


Namun setidaknya

Aku mampu meredakan tangismu 

Dengan kata sederhana

Yang aku rangkai hanya untuk mu 


Aku ingin melihat 

Senyum indah mu lagi 

Meskipun tak ada tempat

Sedikit pun di hati mu


Dan aku pun ingin kembali

Merasakan 

Proses yang dulu kita lalui 

Sebelum kita di pisahkan


Kumohon

Jangan salahkan keadaan 

Ataupun jarak

Mungkin mereka hanya menguji

Seberapa tekun kita merajut hubungan


Dulu 

Kamu pernah menjadi

Yang paling aku tunggu 

Namun kini 

Kamu lah yang paling 

Aku rindu 


Entah dengan siapa

Kini engkau berada

Tetaplah bahagia 



Ku tuliskn rindu 


Ku tuliskan rindu 

Di Dalam malam 

Yang tak kunjung membiru 


Tintanya putih 

Karna mewakili kesucian mu 


Usapan air matamu 

Selalu kurasakan 

Hingga akhirnya kau berlalu 

Setelah semua yang kita perjuangkan 


Ku tuliskan rindu

Untuk mu kekasih 


Yang dulu selalu 

Hadir di depan mata 

Kini kau hadir 

Di dalam doa 


Kini tangan ku

Tak bisa menggapai mu 

Namun di setiap doaku 

Selalu ku selipkan nama mu 


Ku tuliskan rindu 

Dan ku titipkan 

Pada langit 


Mungkin kau terkejut

Saat melihat langit 

Yang penuh dengan nama mu 


Meski kini kita

Tak bersama lagi 

Namun tangan ku 

Masih merasakan lembutnya 

Tangan mu 


Dan kini ku tuliskan rindu

Di antara jarak 

Yang mustahil untuk bertemu 


Semoga kau selalu tersenyum

Dengan ketiadaan ku 

Kekasih 



Sebelum Maghrib


Entah apa namanya 

Penghujung waktu sebelum gelap itu 


Saat para pekerja

kembali ke rumah 

Menghela nafas

Dan memanjakan lelah 


Saat anak anak 

Mulai berhenti bermain 

Dan segera beranjak

Sebelum udara terasa dingin 


Harus aku akui 

Waktu itu sungguh indah 

Terutama 

ketika matahari mulai berganti 


Perlahan 

Rasa ini mulai tenang 

Mungkin karna sinarnya 

Yang memeluk dengan kehangatan


Atau mungkin kehadirannya yang begitu bijak 

Menawarkan kedamaian

Dan tak ada satu pun 

Yang mampu untuk menolak 


Di waktu itu 

Keringat mulai mengering 

Setelah berseteru 

Dengan keadaan yang semakin genting


Perlahan 

Para ayah dan ibu 

Saling melempar senyuman 

Dan memanfaatkan keadaan 


Membelai jemari sang buah hati

Mencium kening anak yang di sayangi 

Memeluk erat raga yang belum berdaya 

Menahan haru saat menatap nya terlelap


Tak kusangka 

Dengan mudahnya waktu itu 

Menyatukan segalanya 

Melembutkan yang keras 

Menghangatkan yang panas 


Menciptakan suasana sempurna 

Tanpa ada rasa kecewa 

Di setiap sudutnya 


Seruan dari masjid 

Samping pemukiman 

Mulai terdengar 


Semua mulai bergegas

Berebut tempat ternyaman

Untuk memperindah 

Doa yang di lantunkan 


Memang benar 

Waktu itu hanya sekejap 

Malamlah yang akan mengisi 

Saat kita mulai merangkai mimpi 


Meskipun tak bertahan lama 

Namun setidaknya

Waktu itu 

Telah menghadirkan keajaiban

Dan meluapkan segala kasih dan sayang 




"


Aku pemuda - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Aku pemuda


Berjiwa api merah yang membara.

Dengan nada dan suara gemerah.

Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

Berparas muda nan ceria.


Aku lah pemuda.

Menjunjung tinggi nilai-nilai negara dan bangsa.

Berpegang teguh imam dan taqwa.

Bersama-sama membangun cinta,rasa, bangsa dan negara.


Aku lah pemuda.

Berprestasi dan siap menyaingi dunia.

Bernilai tinggi setia karyanya.

Menunjukan pada dunia bahwa pemuda pantang menyerah.


Aku lah pemuda.

Siap sedia bak tentara.

Menjadikan diriku tepat bagi mereka.

Berjiwa patriotisme dan nasionalisme didalam jiwa.


                                 

Buku tua


Terdengar decitan seribu terselimuti abu.

Rapi berbaris yang terususun beribu.

Yang buram seiring berjalanya waktu.

Diasingkan dari seribu penglihatan retina.

Yang tak pernah tertuju padanya. 


Buku tua tak pernah dibaca.

Yang dulu menjadi primadona sekarang menjadi kisah.

Yang dulu susah keberadaanya dan sekarang tinggal ketik saja.

Wahai pencita buku kemanakah engkau berada.

Bacalah, seraplah, bersihkanlah aku walaupun sebentar saja. 


Dan sekarang inseklopedia tak menjadi sumber dari segalanya.

Yang kini digantikan oleh digital dunia.

Begitupun dengan kertas buram yang lainya.

Semuanya hilang terpojok oleh sekat2 yang menutupinya.

Tak tau kapan akan didaur ulang kembali sampai usia yang menggerogoti. 


Wahai buku tua.

Tetaplah engkau menjadi dirimu.

Walaupun aku selalau mengabaikan mu.

Biarlah engkau didaur ulang.

Agar engkau tetap manjadi dirumu sejati.

Terimaksih wahai buku tua yang telah menemaniku dalam gelapnya teknolgi.



Merah putih ku tercinta


Bundarnya bumi dengan tempel2 nya peta dunia.

Berbagai macam nama. jarak,bentuk, serta  ukuranya.

Nuansa biru yang indah disetiap tempatnya

Dengan pulau hijau yang luas dari sabang hingga marauke.

Itulah indonesi merah serta putih benderanya yang memiliki makna disetiap warnanya.

Memiliki lambang yang gagah perkasa ke penjuru dunia.

Lagu kebangsaanya yang menggetarkan jiwa hingga dunia.

Serta Beribu ribu tempat yang kaya akan  manfaat.





Itulah indonesia suku ras dan agama mereka punya.

Bahasa beragam makna disetiap daerah/tempat.

Indonesia surga khayalan yang nyata

Hingga mata pun tak ingin berkedip melihatnya.

Bergetar ketika sampai dan menyentuhnya.

Itulah indonesia selalu membuat kejutan disetiap daerahnya.

Yang tak pernah punah akan ceritanya.

Semoga indonesia tetap berjaya dan membentangkan sayapnya ke penjuru dunia.



"


MENIT-MENIT TERAKHIR SEBELUM BADAI MELANDA - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


MENIT-MENIT TERAKHIR SEBELUM BADAI MELANDA

Oleh : Joice Yasinta Liu


  Lima menit sebelum badai itu datang

  Lampu dipadamkan tiba-tiba

  Dan kuterbangun dengan kebingungan dan rasa takut


  Kumenatap keluar jendela

  Gelap gulita yang aku dapati

  Dan hembusan angin

  Ditemani air hujan yang berjatuhan ke permukaan bumi

  Memecahkan keheningan malam itu


  Tiga menit sebelum badai itu tiba

  Seketika, tubuhku melemah dan kuterduduk lemas

  Dengan hati yang tak karuan


  Satu menit sebelum badai itu menimpa

  Kembali kumenatap keluar jendela

  Hembusan angina kian bertambah

  Dan bunyi hujan semakin deras


  Air mataku hampir menetes

  Tapi kubendung dan kuberusaha agar tak lolos keluar


  



  Namun…..

  Akhirnya,

  Air mata ini menetes dengan derasnya

  Detik-detik terakhir telah berlalu

  Dan badai yang besar itu mulai menerpa bumi


  Hatiku pilu

  Terdengar bunyi pepohonan yang berjatuhan,

  Genteng rumah-rumah mulai terangkat 

  Dan jeritan tangis anak-anak tak tertahankan


  Aku terdiam dan berpikir

  Apakah ini yang dinamakan fenomena alam?

  Ataukah suatu pertanda dari Sang Ilahi?



Sesuai dengan temanya, puisi ini berisi tentang Badai Seroja yang melanda NTT pada Minggu, 4 April 2021."


Generasi emas Indonesia - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Generasi emas Indonesia

karya: Agustin Febriyanti




Kami generasi emas


Membangun karakter bangsa


Yang bereligius,nasionalis,dan persatuan yang teguh


Untuk memajukan tanah air tercinta Indonesia




Kami memang bukan pahlawan


Yang berjuang di Medan tempur


Dan membela rakyat yang tersiksa


Kami hanyalah para pemuda


Yang diharapkan menjadi generasi emas


Generasi yg menjadi perintis perubahan


agar membentuk kehidupan bangsa yang lebih baik




Ini saatnya kita para generasi emas


Memajukan Indonesia


Jangan takut akan perbedaan


Karna kita generasi emas


Saling menghargai adalah tujuan kita bersama




Wahai para generasi emas


Jadilah lentera bangsa


Jadilah penerang bangsa


Karna hanya kita hanya satu-satunya harapan


Dan cahaya bangsa kita ini




Pendidikan yang menjulang tinggi


Karakter yang tercipta baik


Kini haruslah kita lakukan


Sebagai bekal masa depan


Agar Indonesia negara tercinta kita lebih baik lagi




Untuk kita para generasi emas


Tuntutlah ilmu sampai setinggi langit


Gapailah mimpimu sampai menyentuh ribuan bintang


Jadikanlah Indonesia tersenyum


Akan kehadiranmu di tanah air tercinta ini





Terimakasih pahlawanku

Karya: Agustin Febriyanti




Hari-hari diwarnai


Merahnya darah


Demi meremukan musuhmu


Mengalir sungai merah di tubuhmu




Engkau mengorbankan nyawa mu


Menantang maut menghadang


Demi taklukan mereka iblis bernyawa


Tak luntur api semangat dalam dirimu




Semerbak harum perjuanganmu


Dengan tekad setinggi langit


Api semangat yang membara 


Namamu telah terukir dalam hati rakyat




Pahlawan 


Berjuta doa menyetaimu


Meneruskan perjuanganmu


Memperjuangkan negeri tercinta


Jasamu akan selalu ku kenang dihatiku






Pahlawan bangsa

Karya: Agustin Febriyanti



Pahlawan...


Engkau datang dengan tekad


'Tuk wujudkan angan-angan bangsa


Membangun semangat menggebu-gebu dalam negeri




Betapa bodohnya aku


Yang tak hargai seluruh perjuangan mu


Membakar semangat dalam diri 


Rela bertempur demi tanah air


Tak hiraukan darah yang menetes


Bahkan nyawa pun rela ditaruhkan


Hingga akhirnya engkau gugur disana




Maju tak gentar


Berteriak mendeka atau mati


Berlari demi satu kata


Merdeka


Berjuang demi mendapat kebebasan


Merdeka,merdeka




Pahlawan...


Terimakasih atas jasamu


Memberikan cahaya terang bagi bangsa


Dan kini engkau bersemayam selalu dihatiku




Indah negeriku

Karya: Agustin Febriyanti




Kupejamkan mataku 


Kurentangkan tanganku


Tenang dan harmonis 


Bagaikan aliran air




Ribuan pulau tersenyum padaku


Gunung indah menjulang tinggi


Desiran angin pantai yang damai


Buat daku bersyukur 


Lahir di tanah surgawi




Wahai negeriku 


Pesonamu tak terkalahkan


Berkilau,memancarkan keindahan


Yang memukau




Negeriku


Akan kujaga dirimu


Bagaikan permata tak ternilai


Indah bagai bak surga"""


Pelita Terpanggil Takdir - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Pelita Terpanggil Takdir 

karya : Alya Nurul Ramadhani


Pelita yang selalu menghangatkan 

Menghadiri rasa bahagia setiap waktu nya 

Pelita yang selalu mendekap erat tubuh ini dengan senyuman terukir di wajah nya 


Namun, angin berguncang 

Tanda sang takdir telah hadir 

Membawa pelita itu, pergi tak pernah kembali


Tak ada lagi senyuman manis yang kulihat 

Tak ada lagi hangat nya setiap rasa yang ia hadirkan 

Kini, Yang ada, hanyalah sebuah duka disertai rindu yang menjalar di sekujur hati.


Hi pelita ku, yang pergi tak akan pernah kembali 

Aku ikhlaskan engkau yang pergi 

Aku ikhlaskan senyuman itu yang tak akan pernah kudapati lagi 

Ku ikhlaskan ketetapan-NYA, yang tak akan terganti. 



Bahagia itu,Bersyukur

karya : Alya Nurul Ramadhani


Semilir angin menerpa diriku 

Embun pagi nan sejuk menyentuh wajah ku 

Betapa sejuknya udara di kala fajar ini 

Memejamkan mata, membiarkan kicauan burung menyanyi nan indah 


Sesuatu yang paling indah di dunia ini adalah bersyukur 

Bersyukur dengan takdir -NYA

Bersyukur dengan udara yang masih bisa ku hirup hari ini


Senja mulai menampakan diri nya 

Ku bersyukur, di senja kali ini, aku bisa mengenal mu

Bahagia itu, ketika kita bersyukur pada ketetapan-NYA 



Mengenal Kamu 

Karya : Alya Nurul Ramadhani


Desiran angin menembus masuk 

Melewati jendela kaca kala itu 

Menerbangkan sehelai demi sehelai kain gorden 


Mata ku berbinar kala membaca kisah mu 

Lembar demi lembar ku lewati di bawah cerah nya sang mentari kala itu 

Di hari yang cerah itu 

Aku Tersenyum, karena kisah mu yang berhasil menggemai hati ku 


Hari itu, aku tau siapa dirimu 

Hari itu, aku mengenal mu 

Mengenal mu, yang kini tak akan bisa ku sapa

Mengenal mu, yang kini sudah pergi tak akan kembali 


Tak sadar sejak saat itu, ku merajut rindu 

Tapi, aku bersyukur karena mengenal mu 

Mengenal mu, yang membuat siapa saja akan  terkagum oleh sosok mu. 

Terimakasih Tuhan, karena kau telah mengijinkan aku tuk mengenal dirinya. 



"


Kerisauan Bahasa dan Sastra Indonesia - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Kerisauan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh : Muhammad Dika Wardana


Apa yang terjadi dengan kita

Menggumam dengan berbagai tuturan kata

Bercerita sepanjang masa

Tanpa memperhatikan waktu belaka

Memudar hanya seketika

Menyajikan fakta morgana  

Sejatinya hanya isu semata

Yang menelantarkan keberagaman Bahasa dan Sastra Indonesia

Banyak diantara kita yang kurang tahu apa itu Bahasa dan Sastra

Memunculkan berbagai pertanyaan yang saling memusatkan perhatian

Meramaikan malam yang sunyi

Hanya dengan perdebatan Bahasa dan Sastra

       Menumbuhkan jiwa jiwa berbahasa

       Menyatukan aktivis sastra yang ada

       Merangkul mereka yang tak peduli 

       Demi eksistensi Bahasa dan Sastra

Kegundahan menyelimuti hari

Merasakan hawa panas sang mentari

Yang memancarkan sinarnya ke bumi

Hanya untuk menerangi hati ini

Zaman telah berevolusi

Masa sudah berbeda

Bahasa dan Sastra harus tetap terjaga

Meraungi kita semua yang haus akan Bahasa dan Sastra


KEPEDULIAN UNTUK SANG HIJAU

Oleh : Muhammad Dika Wardana


Hijau nan rindangnya pesonamu

Membuat sekelilingmu takjub akan suasana

Kepedulian mereka terhadapmu

Menjagamu tanpa batas waktu

Kehijauannya tak luput dari pandanganku

Ku tertarik dan bersimpuh

Tanpa sadar masuk ke duniamu

Bergejolak hati dan fikiranku

Kesunyian yang tercipta darimu

Mengundang para tamu

Menghirup udara sejuk darimu

Menelan suasana indah nan haru

Haru akan mereka yang tak kunjung sadar

Melantarkan engkau begitu saja

Melampiaskan gelisah gundah yang tak begitu jelas

Dikorbankan demi nafsu semata

Ku berjanji akan merawatmu

Memelihara dan melindungi

Bak surga duniawiku

Semoga tetap bersahabat denganmu

 


RAPUH

Oleh : Muhammad Dika Wardana


Ku hanya bisa mencuat

Merasakan kepedihan yang kuat

Menyambut luka-luka yang mendarat

Meninggalkan sakit yang amat hebat

Bukan hanya meredam

Tapi juga membekam

Menyelasar semua kenangan

Menelisik dalam kerenungan

Kobaran api yang membara

Membakar elemen kehidupan

Meruntuhkan seribu kepercayaan

Tak memperdulikan romansa kehidupan


"


Coretan pilu - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "

Coretan pilu


Biarlah terlarut dalam cerita derita

Entah apa nanti ada yang membaca

Atau semua ketikan asa

Kan larut dan berlabuh pada nestapa


Terbit hingga terbenam

Harapan ingin ku pendam

Piluku menusuk kalbu

Ragaku hancur menggebu


ratap tangis terdendang biasa

Asmaraloka  terlihat dikala lara

Menyingsing dikala senja

Didapati seusai reda





Aku ingin


Aku ingin berdiri di sebelah mu 

Aku ingin menatap matamu

Aku ingin berlama lama menggenggam jarimu

Aku ingin berbincang denganmu


Aku ingin mengejar mu tanpa harus berlari

Aku ingin memelukmu tanpa harus mendekap

Aku ingin menatapmu tanpa harus berjumpa

Aku ingin kau mau jika menjadi syair  puisi ku


Aku ingin aku dan kamu menjadi kita

Aku ingin keluargaku menjadi keluargamu

Aku ingin ibuku dan ibumu menjadi besan

Aku ingin Tuhan mau menyatukan kita






Harapan


Jika kau tertidur

Aku ingin aku yang ada dalam mimpimu

Jika kau terbangun

Aku ingin aku tetap ada dalam ingatan mu


Jika memang takdir

Tak usah berlelah-lelah berpikir

Jika memang cinta 

Tak perlu susah payah memendam rasa


Jika rindu datangi

Jika suka ungkapkan

Jika tidak suka utarakan

Jika tak mampu berkata tahan sejenak

Biar proses dalam waktu yang  menentukan"


Kerinduan Hanyalah Ibu - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Kerinduan Hanyalah Ibu

            Sajak Selly Ramadhani


Oh ibu..

Ibu engkaulah cinta dan kasih sayangku

Yang begitu tulus menyayangiku 

Ibu, di balik kerinduan ada senyummu

Kau selalu tersimpan di hatiku


Ibu,

Yang begitu berarti dan teristimewa di hatiku..

Ibu, engkaulah wanita yang kurindukan

Dalam hidupku, meskipun ibu jauh dariku

Tapi ku selalu ingat dengan senyumanmu ibu..


Yang begitu berarti untukku selalu

Karena di balik kerinduanku,

pasti ada senyumanmu yang selalu tulus untukku ibu..


Dan juga engkaulah yang rela mengorbankan nyawamu demi anakmu ini

Dan terima kasih ibu

Karena telah melahirkan dan membesarkanku dengan penuh perjuangan


Terima kasihku padamu ibu..




               Ayahlah Pahlawanku

         Karya Selly Ramadhani


Oh ayah..

Engkaulah yang mampu menafkahi ku

Dengan penuh perjuangan yang begitu tulus,

Engkaulah yang membesarkanku dengan ketulusanmu


Dan ayah engakulah yang selalu berarti di hatiku

Ayah, seandainya kamu pergi dari hidupku,

Maka hidupku kaan terasa kesepian tanpamu ayah 

Dan hidupku tiada dirimu ayah pasti akan berubah


Dan terima kasih ayah karena engkaulah sang pahlawan hidupku dengan tulus engkau menyayangiku dan membesarkanku dengan penuh keikhlasanmu ayah


Terima kasih ayah..

   "


PERGI DARI NEGERI - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "PERGI DARI NEGERI

Yulianti Fatmawati


Minggu pagi kita masih bisa pergi

Menikmati keramaian, berbaur dengan alam

Namun masa itu hilang saat sang virus datang

Belum tuntas masalah korupsi di negeri ini

Belum adil hukum negeri ini

Belum tercipta kedamaian negeri ini

Belum hilang keraguan masyarakat kepada wakil rakyat

Kini kau hadir menambah luka baru 

Pergilah dan sudahi drama ini 

negeriku sudah tak sanggup lagi

Kami rindu keluarga

Kami rindu sekolah

Kami ingin keluar rumah

Kami ingin mencari nafkah

Pergilah dan sudahi drama ini

Biarkan negeriku pulih dari luka yang telah kau beri



MALAM TANPA BULAN

Karya : Yulianti Fatmawati


Bagaikan memukul gitar

Memetik drum

Menggoyangkan seruling

Mencoba menulis di atas air

Hingga senjapun hilang

Semua yang ku lakukan sia-sia

Semua orang mulai menghina

Menganggap ku sudah gila

Namunku tetap bertahan 

Meski Tanpa bulan

Ku ingin kau kembali 

Bersamaku lagi

 Melewati kerasnya hidup ini



WAKTU YANG BERUBAH

Karya : Yulianti Fatmawati



Ketika ruh hanya mampu memandang

Wajah-wajah orang yang di sayang

Dan kita yang belum tau akan jatuh kemana

Hanya menerawang tinggi mengangkasa

Diantara debu dan nyanyian awan

Dan mengharap semuanya tak kan pernah berubah

Meski mereka telah meninggalkan kita sendiri

Hanya deru angin yang menemani

Dan semut yang mulai bercanda

Mulai menertawakan keadaan

Daun berbisik melihat kita

Yang masih terdiam 

Tak bisa berbuat apa-apa

Wahai angin yang berhembus

Wahai awan yang berarak 

Sampai kapan semua seperti ini

Akankah burung tak berkicau dengan merdu

Atau api jadi membeku

Semua mulai tak tau apa yang akan terjadi

Biarlah sang waktu yang merubah semua itu

Jangan biarkan mentari sepi tanpa kehangatan

Namun izinkan hujan datang 

Tuk menghapus jejaknya

Bersama tetes hujan berlalulah kepiluan

Dan berharap mentari tersenyum kembali

Bersama keindahan pelangi

Bunga merekah, rumput bergoyang

Dan dedaunan bersenandung

Seolah mereka semua riang

Seakan alam semesta ikut bergembira 

Melihat wajah yang penuh harap 

Di masa yang akan datang

Pelangi melambaikan keindahan

Seakan memberi pertanda

Takkan ada lagi kesedihan

Semua akan kembali indah pada waktunya



SENYUM TERAKHIR

Yulianti Fatmawati



Dirimu hadir saat kurapuh

Dirimu yang menghapus air mataku

Meski jarak jauh kau menjagaku

Senyumanmu membuatku tenang

Namun yang bertemu pastikan berpisah

Aku yang lemah hanya bisa pasrah

Karna kita hanya bisa berencana

Dan waktu telah merubah segalanya

Meski penyakit menggerogoti tubuhmu

Dirimu tetap menunjukkan senyum

Bahkan dirimu tetap mampu menguatkanku

Tanpa kau tunjukkan sedikitpun rasa sakit itu

Sampai hari kepergianmu 

Dirimu masih menunjukkan senyum

Dan membuatku tak sadar 

Bahwa itu senyum terakhirmu

Semoga dirimu bahagia dialam sana



RASAKU TELAH LETIH

Yulianti Fatmawati


Aku bukan menyerah

Hanya berserah pada sang pemberi arah

Karnaku mulai lelah 

Pada situasi yang tak kunjung berubah

Apakah tindakanku salah ?

Kini ragaku mulai lemah

Mengurung diri di rumah

Menjadi caraku menenangkan diri 

Dari sebuah masalah yang tak kunjung berhenti

Masalah yang setiap hari menghampiri

Dengan berjuta perkataan yang menyakiti hati

Bolehkah aku tidak peduli ?

Pada dia yang hadir, lalu memilih tuk pergi

Karna rasa sakit yang belum terobati

Aku juga ingin seperti mereka 

Menari bahagia bersama yang berujung tawa

Bukan sebuah cerita yang memberi rasa luka

Hujan selalu hadir dengan berjuta kenangan tentang dia

Namun senja, mengajariku bahwa yang pergi akan kembali

Aku tidak akan pernah berhenti menanti

Meski dirimu tlah mati

Biarpun orang berkata bahwa aku lemah, aku kalah"


PEMUDA - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "*PEMUDA*

Lihatlah pemuda...

Adakah iba dibalik masyarakat yang meronta...

Adakah syukur dibalik kegelimangan harta...

Adakah hati yang masih tergoyah akan kemanusian bersama...

Adakah pemuda,

Masihkah ada pemuda

Sosok-sosok pemimpin negara

Pejuang bangsa

Yang tidak tergiur akan martabat dan kuasa

Masihkah ada pemuda Indonesia

Bangkit untuk jaya bersama, bukan nafsu belaka

Bangkit untuk negara tercinta, bukan atm semata


 Kali ku kenal negriku

Negara yang amat ramah akan lingkungan

Mungkin, sekejap tak terasa dan tak terlihat akan kekurangan yang begitu banyak

Saat kecil kayuh sepedahku

Hp pun tak ada yang bisa kukatakan wa,instragram

Kala itu yang masih bersosialisasi akan sesama

Lihat pemuda,

Masihkah ada banyak orang disawah

Masihkah ada masa muda yang mengerti akan jajanan pasar

Masihkah ada yang bermain petak umpet dikalangan anak sebaya

Bukankah gedjet, bukan kah kotak tipis yang sekarang menjafi pusat perhatian. 


Bolehkah aku tertawa, kecewa atas diriku sendiri

Atas negriku sendiri

Betapa sakit jika kau rasa negara yang tak kunjung redam

Betapa lelah hanya dipermaikan oleh dunia yang semakin kejam

Betapa ingin kau bangkitkan dan majukan negara tapi tidak ada pendukung yang tidak takut akan kebenaran

Hanya senyum tipis yang hanya bisa tertahan

Menohok hati yang sepintas ingin menggelegar

Liurpun tak tega ku telan, saat kabar duka tak padam

 

Ya, inilah negara kalian pemuda

Negara yang harus dipertahankan

Lihatlah pemuda, 

Kau paham apa yang harus kau lakuakan tanpa merusak tatanan negara




*KUNCUP RASA*

Semerbak bunga harum kurasa

Tiupan angin senja menyejukan jiwa

Tat kala langit menghiasi bumi

Inikah yang dinamakan melengkapi tanpa ambisi..


Terukir akan hasrat rasa dalam ungkapan cinta

Benarkah ini cinta, atau hanya sekedar kupu” yang hinggap di kelopak saja.

Ah, benarkah...

Apakah ini sekuncup rasa

Yang ingin bertabur aroma nan keindahan untuk dunia.


Rasakan...

Pejamkan matamu...

Pesona itu nyata

Pesona akan ribuan kuncup bunga

Berjuang akan keindahan dalam pesona mata

Tat kala mekar mewarnai alam semesta 

Bersama langit yang akan slalu ada 


Aku tak tahu apa itu rasa

Perasaan cinta yang tak pernah ku toreh sebelumnya.

Jika cinta ini adalah nyata,

Maka dekatkan tanpa ragu padanya

Jika baik kurasa,

Maka eratkan dalm setiap bencana

Tidak ada yang serumit benang kecuali perjalanan cinta yang mendatang


Langit kutitipkan sekuntum bunga ini

Bukan untukku, tapi untuk kita






*RINDU*

Bulan silih berganti pandang 

Bersama bintang yang menemani malam

Malam, kuaktakan rindu ini bersemayam

Memenuhi pikiran yang tak kunjung redam

Yang tahu tahu dimana akan pergi menghilang


Kala pertemuan hadirkan senyun dan tawa

Seolah terikat sepasang mata.

Tidak ada kata yang terucap

Hanya tibgakh yang dapat Menjawab.


Bersama angin malam 

Kutitipkan salam untuk dia seorang

Lewat dinginnya angin malam

Yang emnjadi saksi rasa terpendam.

Biarkan aku diam,

Tanpa perlawanan

Karena akan ada saatnya diwaktu yang tepat dan orang yang tepat untuk ikatan yang erat





*Puisiku*

Puisi itu sajak,

Keluar akan setiap ungkapan rasa.

Entah pernah, akan dan melihat.

Puisi itu hati,

Berpaut dengan diri.

Dari imajinasi,

Keluar gelora kata puisi


Apa salah, jika sajak tak bernuansa terukir

Bebas bergelanyut tanpa aturan dalam ungkapan rasa.

Puisiku bukan kalimat cantik yang mengindahkan

Bukan kalimat merona yang penuh riasan.

Hanya sajak sederhan

Ungkapan terpendam yang tak bisa terucap

Tak bisa tertulis, dan hanya jadi angan

Hingga hanya pikiran yang berpaut akan sajak yang manis perasa 

 Itulah puisi, kata indah tak terlihat tapi terkenang 



*SEMI HATI*

Aku tak suka kesemuan

Tapi, kenapa rasa aneh ini, tidak bisa teralihkan?

-karena kesemuan adalah pembelajaran

 Dimana senyap harapan itu cobaan

Siapa yang bertahan melawan,

Disana ada Tuhan yang akan menjadikan


Tapi, itu Mempersakit hati

Yang hagkikatnya, hati patut dilindungi

- dan apakah Tuhan semudah itu mempersatukan hati

Hati yang hakiki, yang menjaga hal suci 

Tenang, takdir tak akan berbuah jauh dari benihnya


Apa yg patut aku lakukan untuk ini?

- jadilah diri sendiri, yg ikhlas pada takdir

Ikuti kata hati, untuk isi hari""

Muhasabah pada sang Illahi karna dia jawaban hati yang bersemi

"


Hujan - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Hujan 

Ciptaan : Muchamad Ari Choirudin


Langit berubah menjadi kegelapan

Awan menjadi kelabu

Suaramu mengentarkan jasadku

Kedatanganmu selalu bersamaan


Daun-daun menjadi kebasahan

Rintikanmu membuat diriku terdiam

Angin yang selalu berhembusan

Mengelilingi hamparan jalannya


Pandanganku mulai sirna

Tak bisa menatap dengan sempurna

Kedatanganmu membuat diriku

Selalu menepi


kabulkan Doaku Ini

Ciptaan: Muchamad Ari Choirudin


Cinta...

Seni yang terlukiskan oleh qalbu


Ku ingin sekali berjumpa denganmu

Ku ingin sekali memandang wajahmu

Ku ingin menatap matamu

Yang begitu mempesona bagiku


Getaran basirahku membayangkan dirimu

Seraya ada yang menusuk dibelahan atmaku

Ku ingin bersamamu

Walaupun kita terpisahkan oleh alam 


Sejenak terdiam pikiranku 

Tubuhku terbaring kaku

Kata-kata apa yang kuucapkan

Apakah doaku ini terkabul?


Ya Allah...

Aku yakinkan diriku ini

Hanya kepadamulah aku meminta

Tolong kabulkanlah permintaanku ini

Walaupun ku korbankan nyawaku

Demi bertemu dengannya


Bangkit 

Ciptaan: Muchamad Ari Choirudin


Waktu telah memisahkan kita

Rangkaian kata akan terus mengalir

Bunga yang bermekaran

Akan berjatuhan seiring waktu


Hari akan terus berlalu

Andai waktu bisa terulang Kembali

Ku pastikan, hari itu

Tidak akan ku sia-siakan


Heningnya malam

Terdiam diriku

Merenungkan apa yang terjadi

Apa aku ini bisa bangkit?


Bangkit…

Angin mulai bersiul

Masuk kedalam jiwaku

Tak lama, membangkitkanku

Untuk meraih yang kuinginkan

"


RIBANG SEMU - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Lutfi Dwy Candra Rini


RIBANG SEMU

Berhimpitan dengan waktu

Jarakpun menjadi matrik temu

Sudah lama dikau merapah tak tentu arah

Tuturmu rindu kudengar suaramu lara

Mengapa dikau tak kunjung tandang

Celotehmu rindu semu

Tutur manismu candu terasa nyata ternyata dusta

Tikam nestapa amat kurasa

Muak dengan tutur palapamu

Rasaku seperti lembayung temaram

Serayu dalam syham menyadarkanku

Segala ucap rindumu kelabu

Sadrah Sumarah membancang

Harsaku telah pergi

Melihat dekap rinduku kau dustai




Rindu terpancang


Ku haturkan rindu meniti aksara

Berbisik dengan sang khalik,atas anugerah yang tak dapat dicegah

Rindu tak mampu patuk tuturkan, hanya doa sahaja ku panjatkan

Meski rindu mulai menggebu

Meski pilu tumbuh dalam kalbu

Rinduku tetap kupendam kejam

Dikau tak perlu tau romansa rindu

Tugasmu hanya menunggu

Menunggu jawaban atas doa-doaku

Lamun rinduku terkubur tak akan mudah hancur

Berkat setia berbisik kepada tanah

Ternyata mampu ditembus antariksa

Bersujud harap doa terwujud

Percayalah sang pencipta berkenan menyuarakan rinduku pada tuannya




ROMANSA PITARAH


Melangit bersama cahaya 

Mengobar bersama cakrawala

Sengat - menyengat mencabar baskara

Segala adorasi selaksa masih menikam

Nestapa yang dirasa masih tandang

Menguatkan dekap,harap tumbuh semangat

Atma rapal mengucap sumpah janji ibu Pertiwi

Lima sila jadi derai pondasi

Undang-undang empat lima bukti reliku

Terbelenggu kesatuan dalam hati

Tanpa Sumarah merah putih tetap padmarini

Penuh nafsu rajaswala bersatu,meraih harsa milik negara

Patik dan dikau bertahan,bersatu menyatu memapah galaksi

Demi dahayunya bumi pertiwi"


Harapan Negeri - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Harapan Negeri

Karya: Agustin Febriyanti


Kami generasi penerus bangsa

Kami memang bukan pahlawan 

Yang berjuang mati dimedab tempur

Kami hanya lah generasi emas

Yang menjamur dan menjadi cahaya negeri


Jangan engkau hanya diam merenung

Akan tetapi berlarilah...

Berteriak bahwa angan-angan  

Yang diinginkan tanah air

Terwujud oleh karya tanganmu


Berlarilah tanpa kenal lelah

Demi mencapai harapan negerimu

Meskipun jurang yang akan kulewati

Daku tak perduli 

Ku terjang semua rintangan

Demi wujudkan harapan bangsaku


Wahai kami penerus bangsa

Mentari bagi tanah air 

Bangunlah...

Dengarlah doa negerimu

Karena 

Karena negeri

Menunggu hadirnya dirimu

Secercah cahaya terang

Yang hidup dalam harapan negeri



Generasi emas Indonesia

karya: Agustin Febriyanti


Kami generasi emas

Membangun karakter bangsa

Yang bereligius,nasionalis,dan persatuan yang teguh

Untuk memajukan tanah air tercinta Indonesia


Kami memang bukan pahlawan

Yang berjuang di Medan tempur

Dan membela rakyat yang tersiksa

Kami hanyalah para pemuda

Yang diharapkan menjadi generasi emas

Generasi yg menjadi perintis perubahan

agar membentuk kehidupan bangsa yang lebih baik


Ini saatnya kita para generasi emas

Memajukan Indonesia

Jangan takut akan perbedaan

Karna kita generasi emas

Saling menghargai adalah tujuan kita bersama


Wahai para generasi emas

Jadilah lentera bangsa

Jadilah penerang bangsa

Karna hanya kita hanya satu-satunya harapan

Dan cahaya bangsa kita ini


Pendidikan yang menjulang tinggi

Karakter yang tercipta baik

Kini haruslah kita lakukan

Sebagai bekal masa depan

Agar Indonesia negara tercinta kita lebih baik lagi


Untuk kita para generasi emas

Tuntutlah ilmu sampai setinggi langit

Gapailah mimpimu sampai menyentuh ribuan bintang

Jadikanlah Indonesia tersenyum

Akan kehadiranmu di tanah air tercinta ini



Terimakasih pahlawanku

Karya: Agustin Febriyanti


Hari-hari diwarnai

Merahnya darah

Demi meremukan musuhmu

Mengalir sungai merah di tubuhmu


Engkau mengorbankan nyawa mu

Menantang maut menghadang

Demi taklukan mereka iblis bernyawa

Tak luntur api semangat dalam dirimu


Semerbak harum perjuanganmu

Dengan tekad setinggi langit

Api semangat yang membara 

Namamu telah terukir dalam hati rakyat


Pahlawan 

Berjuta doa menyetaimu

Meneruskan perjuanganmu

Memperjuangkan negeri tercinta

Jasamu akan selalu ku kenang dihatiku



Pahlawan bangsa

Karya: Agustin Febriyanti


Pahlawan...

Engkau datang dengan tekad

'Tuk wujudkan angan-angan bangsa

Membangun semangat menggebu-gebu dalam negeri


Betapa bodohnya aku

Yang tak hargai seluruh perjuangan mu

Membakar semangat dalam diri 

Rela bertempur demi tanah air

Tak hiraukan darah yang menetes

Bahkan nyawa pun rela ditaruhkan

Hingga akhirnya engkau gugur disana


Maju tak gentar

Berteriak mendeka atau mati

Berlari demi satu kata

Merdeka

Berjuang demi mendapat kebebasan

Merdeka,merdeka


Pahlawan...

Terimakasih atas jasamu

Memberikan cahaya terang bagi bangsa

Dan kini engkau bersemayam selalu dihatiku


Indah negeriku

Karya: Agustin Febriyanti


Kupejamkan mataku 

Kurentangkan tanganku

Tenang dan harmonis 

Bagaikan aliran air


Ribuan pulau tersenyum padaku

Gunung indah menjulang tinggi

Desiran angin pantai yang damai

Buat daku bersyukur 

Lahir di tanah surgawi


Wahai negeriku 

Pesonamu tak terkalahkan

Berkilau,memancarkan keindahan

Yang memukau


Negeriku

Akan kujaga dirimu

Bagaikan permata tak ternilai

Indah bagai bak surga"


merajut asa - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 " merajut asa


Anila membanting daun kering di pohon itu

menjadikannya terbang terbuai..

hiruk pikuk, lalu lalang seakan tiada hentinya


Ia mengayuh pedal rimpuh nan keropos itu..

menelusuri aspal jalanan di tengah kota

meski keriput, keringat bercucur

meski otot otot terukir di lengan

sinar matahari menusuk membakar kulit


Kau, tetaplah kau

bagai jembatan kayu keropos yang tetap terbentang demi menyambung jalan


Debu rasanya sudah menjadi bekal sehari hari

hujan badai seakan tak menjadi halangan untuk terus berjuang

demi secercah harapan untuk terus hidup. 



judul: titik perpisahan 


Ibarat nabastala dan bentala

aku dan kamu adalah daksa dan atma yang tidak akan bisa bersama

meski dibekali kasih sayang


Seperti hujan yang selalu membutuhkan bumi untuk jatuh

begitu pula daku yang membutuhkannya untuk tempat berlabuh


Semesta yang adiwarna

tidak kah engkau memberi waktu lebih lama lagi 

untuk daku dekap tubuhnya 


Nayanika kini telah aksa

menyisakan mangata

beserta rindu yang amerta..


judul: penantian


Sore itu, 

redum kelabu menyelimuti kalbu

berjalan di bawah tangisan awan yg semakin menderu

selangkah, dua langkah, tak kunjung memberinya arah akan kemana


Kembalilah, Tuan...

untuk seseorang yang tlah kehilangan tempat berpulangnya


Layaknya kapal yang sedang berlayar tapi tak kunjung berlabuh..

adakah hasrat untuk kembali, Tuan? 


Menanti tak apa, 

meski tak didapat asa

untuk harapan yang tlah diujung jalan"


Rasa Yang Salah - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "

                    Rasa Yang Salah

               (Karya : Mahdatul Liza)


Baru saja kita berbagi cerita

Canda tawa hadir di antara kita

Suka duka kita lalui bersama

Tanpa sadar, aku ini siapa?


Yang rela melakukan apapun, 

agar bisa memilikimu seutuhnya

Bodoh! Memang aku sangat bodoh

Menyukai seseorang yang bahkan,

Sekarang saja ia memang tidak ditakdirkan untukku


Tiada kata yang bisa kuucap

Selain menangis di antara beribu rasa

Menahan hati yang perih

Atas cinta yang telah bertahta

Menyendiri dengan air mata kecewa


Memang ini salahku

Mencintaimu tanpa tahu siapa kamu

Mengharapkanmu walau kutahu dirimu bukanlah untukku

Meskipun aku menanti, selamanya aku tetap begitu



                 Sahabatku Keluargaku

                  Karya Mahdatul Liza


Sahabat...

Kau termasuk bagian keluargaku

Bahkan engkau menemaniku

Dan juga melindungiku


Kita bersama dalam suka maupun duka

Saling mengingatkan di tengah canda tawa

Aku berharap dan berdoa

Kita kan terus melangkah bersama

Menggapai ridho dan cintanya


Sahabat..

Terima kasih untuk segalanya

Dan biarkan kisah kita terus bertayang

Kini, esok, hingga masa depan

Aku merasa sangat bangga mendapati dirimu..


Kisah yang tak pernah berakhir

Meski ditelan waktu

Ayo jalani bersama

Takdir kita jalani dengan penuh perjuangan




         Ringkuk Tangis Sang Budak Kecil

                   Karya Mahdatul Liza


Aku lihat dan yang kulihat

Hanyalah kebingungan

Orang-orang berjalan dengan wajah yang bahagia

Tetapi aku...


Hanya bisa berlutut dan menangis

Aku mengira hidupku saat ini sangatlah sulit

Aku begitu sangat lelah

Dengan kondisi saat ini


Melihat orang tuaku yang tiada

Habisnya bertengkar satu sama lain

Hati mereka dipenuhi dengan emosi

Tetapi kosong dengan cinta


Aku berteriak, berkelahi, tetapi tidak ada yang mendengarku

Di pusaran ini hanya berwarna hitam

Aku tidak bisa lagi melihat cahaya 

Dan juga sulit tidur di malam hari


Aku sangat lelah dan aku sangat lemah

Orang tuaku menghancurkan hatiku

Apa dayaku saat ini melainkan

Bersabar atas apa yang aku pikul


"