https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
UANG
Oleh : Sitti zaenab alfitriyah
Uang... Uang... Uang...
Pesugihan makan tumbal seakan rela
Mencuri seakan mudah
Jual diri seakan biasa
Demi dapatkan ""uang""
Terlalu sibuk mencari uang
Anak ditelantarkan
Kurang didikan
Kurang arahan
Hanya karena ""uang""
Mereka menuntut pandai
Mereka menuntut bisa
Mereka menuntut sukses
Demi dapatkan ""uang""
Harga BBM naik
Rakyat kian tercekik
Bayi-bayi dijadikan tumbal
Mengemis-ngemis di lampu merah
Hanya karena ""uang""
Oh... Kami tidak butuh
Tidak butuh janji manis
Tidak butuh bualan kosong
Tidak butuh omongan palsu
Kami hanya butuh belas kasih
Penopang tuk bertahan hidup
Hanya Tuhan harapan satu-satunya
Tempat kembali dari kerasnya kehidupan
BUMIKU SAKIT
Oleh : Sitti zaenab alfitriyah
Kuhirup udara subuh
Sejuk merasuk ke jiwa
Menyegarkan
Indah sejauh mata memandang
Embun di dedaunan
Rimbun pepohonan
Gunung menjulang tinggi
Seakan ada negri di atas awan
Ombak - ombak berkejaran
Pasir putih seakan es krim menjilati kaki
Karang - karang yang kokoh
Angin sepoi-sepoi memanjakan kulit
Namun kini....
Udara tidak lagi sesegar dulu
Kebakaran hutan merajalela
Pohon - pohon tersingkir gedung raksasa
Sampah - sampah plastik
makin tak terkendali
Daratan maupun lautan
Hanya memperoleh sampah
Bumiku sudah tua
Kekacauan terjadi dimana-mana
Oleh kehendak yang Kuasa
Turunkan virus corona
Bumiku sakit
Perlu istirahat sejenak
Dari campur tangan manusia
Cepat pulih bumiku
LUKA
Oleh : Sitti zaenab alfitriyah
Pahatan demi pahatan indah terukir
Seolah menyatu dengan jiwa
Bagaikan benang kusut
Terus memutar berkelana di kepala
Tertutup pagar gigi
Setajam pedang zulfikar
Menikam siapa saja
Tanpa darah namun sangat menyakitkan
Jatuh membasahi bantal
Hanyut di bawah hujan
Mengalir ikuti aliran darah
Tenggelam dalam lautan keputus asaan
Tatapan kosong...
Sarat akan luka
Seolah tertutupi senyum menawan
Penuh dengan topeng kepalsuan
Kita hanyalah seonggok daging bernyawa
Mencoba melawan kerasnya kehidupan
Namun tak sekuat yang terlihat
Nyatanya engkau juga butuh sandaran
Kemarilah...
Bersandar di bahuku
Tenggelamkan diri dalam pelukanku
Keluarkan keluh kesahmu
Bergerak menghapus air mata
Seiring dengan kata penyemangat
Mengelus surai indah milikmu
Berharap sedikit luka terobati
Merapalkan doa mengetuk dinding langit
Berharap engkau tetap bertahan
Ada waktunya tuk beristirahat
Saat tertimbun dengan tanah di bawah batu nisan
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.