SATU HATI JELAMPAH DI BAWAH LANGIT SENJA - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "SATU HATI JELAMPAH DI BAWAH LANGIT SENJA

Karya: Bellissima Quisha Arimta



/1/

Di bawah langit senja, satu hati terdiam memekur berteman nelangsa

Mencoba mengurai gumpalan nostalgia yang bertahun mengeras bak bunga es membeku rasa

Serpih demi serpihnya begitu tajam laksana sembilu yang menikam dan mencabik asa

Meretas mimpi mengoyak selaksa harap hingga lepas memburai hempaskan daksa 

Memaksa satu hati jelampah dalam ruang hampa tanpa secercah harsa


/2/

Di bawah langit senja yang sama, kian balam rona jingga pada lembayung

Pelan demi pelan jingga menjelma ungu, lalu ungu menjelma hitam sepekat kelam

Satu hati bertahun dulu penuh romansa, tetiba memudar dan hirap tertelan mendung

Derai ayar dari mata adalah saksi, satu hati telah terkubur nestapa mendalam

Bertabur butiran duka dalam bingkai elegi, tatkala renjana tak lagi merdu bersenandung 


/3/

Di bawah langit senja yang bersilih temaram

Warni jingga pada lembayung kian memuram 

Ketika aksa tak kuasa menatap dalam buram

Satu hati nan repui berakhir karam

Rengsa nelangsa mengurai gumpalan kenangan yang suram


Tabanan, 8 November 2021.




SENANDUNG CITA AMARILIS

Karya: Bellissima Quisha Arimta



Dalam hening

Di antara selaksa malam

Pesona bening

Meluruh jiiwa nan kelam


Aku menanti di penghujung perdu

Berharap bilakah engkau merindu

Hadirku laksana akara

Dengan cinta membara 


Kepadamu dayita impian, Amarilis

Cinta milikku berlabuh seutuhnya

Jangan buat ragaku ini menangis

Terimalah aku hingga selamanya 


Tabanan, 4 Oktober 2021.




Asrar Ilahi

Karya: Bellissima Quisha Arimta



Sepasang aksa terpaku kelu dalam diam.

Sendiri, hanya berteman hening senjakala.

Repui menggelayut sepi kala baskara terbenam.

Membayang kelam di penghujung cakrawala.


Sepasang telinga tak kuasa tuk mendengar.

Selaksa caci yang menghempas, mencibir.

Serapah membuncah di sepanjang tepian bibir.

Dan asmaraloka redup tanggalkan binar.


Terbersit candala pada hati yang nelangsa.

Pada jiwa yang kehilangan asa.

Terselubung nista yang terlahir oleh bhama.

Berharap sesal mampu hadirkan aksama.


Sepasang kaki menepi tak sanggup berdiri.

Rapuh tergerus gelebah dalam diri.

Jiwa inginkan tobat agar dosa terbenahi.

Sadrah sumarah akan asrar Ilahi


Tabanan, 19 September 2021.




YANG RIMPUH DALAM KENANGAN

Karya: Bellissima Quisha Arimta



Di luar, rinai hujan berjatuhan silih berganti

Bak air mata dewa yang membasahi pertiwi

Cahaya rembulan pun gata tinggalkan malam

Akara dalam gelap hadirkan kenangan kelam


Terpaku menatap lembar repui di genggaman

Setengah usang tanpa sentuhan warna

Darinya telah membias selaksa makna

Meluluhkan sukma hingga berakhirnya jaman


Padanya tergambar sosok rimpuh

Dengan kulit renta yang melepuh

Penuh gurat laksana pohon kepuh

Kepadanya ragaku jatuh bersimpuh


Hujan membuncah tatkala jiwa larut dalam kenangan

Terhadap sosok sepuhnya yang kini tinggal bayangan

Serpihan rindu hadirkan bayangnya melintas nostalgia

Seuntai doa harapkan keabadian kan buatnya bahagia


Nabastala tak lagi terlihat, hirap bersama malam

Dingin semakin merajam menusuk relung terdalam

Kian erat tergenggam lembaran repui hitam putih

Tergambar jelas sosok rimpuh yang berakhir letih


Tabanan, 2 Oktober 2021.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.