Perempuan dan drama - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "#1

Merah merekah di kaki kaki penenun tabir 

Putih mendemung di rentet gigi coklat penuh gelak tawa 

Dengan energi utuh mereka menempuh jarak meski itu jauh 

Sebut satu dua tiga, A B C D dan seterusnya

Mengeja, mengaji sekian banyak kata untuk bermuara di ingat. 

Kalian hebat hei penerus jagat, melimpah buncahkan aura istimewa

Memeluk kami jiwa jiwa kembara, meneguk telaga duka yang sempat mampir di peraduan

Pada kalian dunia akan dititipkan, perjuangan dan mimpi akan diteruskan untuk wujud nyata semboyan

Pada langkahmu langit dan tanah akan patuh 

Pada genggammu nasib dan hidupmu menjadi taruh

Dunia merah putih, menjadi dasar bagi nafas yang terhela esok hari 

Jika diijinkan berkata, sering rongga dada ini meradang, melihat kaki mungil telanjang di perempatan, menengadah demi koin koin uang 

Seragam telah berlubang, terkoyak jaman yang sudah usang


#Perempuan dan drama

Ironis 

Pada sebuah sekat tertambat nelangsa di ujung adu rasa

Entah sedang apa dia mencoba untuk mencari terang purnama di setiap jejaknya

Ada seberang jalan yang akan ia tempuh kemudian 

Namun .. 

Pada jiwanya tak sampai penuh untuk menempuh jarak dengan kecepatan penuh

Ya kecamuk menjadi seduh paling tepat untuk cukupkan hari

Ah Tuhan

Mungkin ia kelelahan menempuh perjalanan dengan menahan

Mungkin ia bosan dengan jarak yang tak segera tumpu tujuan

Mungkin ia juga benar perkara ini ujian

Ada waktu yang harus dengan syahdu ditunggu

Ada paru yang harus dijaga untuk tetap bernyawa

Ada koma yang harus segera ia titikkan untuk capai kepuasan

Pada jingga yang sudah lama tak menampakkan diri

Pada shubuh yang hanya ia jumpai ketika butuh

Ia mengaduh 

Untuk semua kelakar di belut belukar

Menakar perih yang tak seberapa menjalar kemana mana

Membenam sembap tuk tak tampak oleh kekasihnya

Sebab tak sampai hati dan relung di dada 

Melihat riuh hampir hanya persoalan aduh saja

Bukankah segalanya hanya butuh terlewati saja dengan sempurna

Perkara ada gugu tawa dan air mata itu sudah kodratnya

Bukankah begitu Tuhan?

Engkau menawar seduh sedan perasaan 

Dan kan disiapkan penerimaan

Sebuah drama perempuan sebab purnama sampai kaki bukit


#sudah

Ini tulisan untuk menutup kedua belas purnama yang sudah hampir senja.

Aku berkisah untuk serangkaian tapi dan jika, di suatu jingga

Kutemu parasnya yang mencuri seka untuk tetes air mata

Aku sejenak tertawa, untuk keangkuhan dan acuhku

Untuk paras nafsu dan harap yang kupikir semu

Tentang jalanan yang menutup langkah kita dengan temu

Aku mengigau seperti pernah mengenalmu sewaktu waktu

Dan palungku berlaku tentang peran rumah di relungmu

Tempat bertambat untuk puja puji cinta

Gema surga semoga selalu terbawa

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.