Pemuda Penuh Mimpi - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Pemuda Penuh Mimpi

Cipt. Zefanya Suci Putra Hutabarat


Aku pernah bermimpi jadi Presiden Negara

Tapi, aku bukan dari suku Jawa

Dan agamaku pun bukanlah mayoritas di Indonesia

Aku pernah bermimpi jadi seorang Tentara,

jadi seorang abdi negara

Tapi, fisikku tidaklah sempurna


Aku pernah bermimpi jadi seorang Dokter,

pun jadi seorang DPR

Tapi sayang, pendidikanku hanyalah sampai SMA

walaupun aku selalu jadi peringkat pertama

Tapi sayang, sekolahku tidak mengenal beasiswa


Semuanya kini jadi impian yang tak akan pernah kucapai

Aku sudah berusaha, mencoba menggapai mimpi

Namun semuanya terasa sia-sia

Seperti jalanku tak ada cahaya


Kau takkan percaya bila kuceritakan semua yang telah aku perjuangkan

Dan kini yang kulakukan hanyalah menapaki jalanan

Hanya berharap bisa bertahan dari hari kehari

Bisa bertahan dalam menjani hidupku yang malang ini


Sedih

Seolah-olah tak ada jalan lain yang bisa kutempuh

Sudahlah

Mungkin sudah nasibku, huh

Sudahlah

Aku terlalu larut dalam sedihku


Selamat malam ucapku pada diriku

Sambil tengadah berharap kepada sang pencipta 

mendengarkan keluh kesah ku

Dari seorang pemuda yang tak berguna


Medan, 28 Oktober 2021



Mimpi Si Anak Kedua

Cipt. Zefanya Suci Putra Hutabarat


Aku hanyalah orang sederhana

Tidak terlahir dari keluarga orang kaya

Karena itulah

Aku harus bisa segalanya

Menghadapi segala masa

Bila tidak

Aku hanyalah orang yang tak berguna

Bila aku gagal

Kepada siapa aku akan meratapinya?

Ayah? Bunda? Hmm

Bahkan melihat mereka lesu pun

Aku tak bisa

Tak mampu menyalahkan siapa

Karena itulah 

Aku harus berusaha

Setiap malam aku selalu terjaga

Seolah-olah harus ada yang kujaga

aku masih belum paham

akan hal yang membuatku selalu terjaga


Tapi saat ini aku remaja

Masih mencoba memahami semuanya

Sampai kantukku mulai terasa


Selamat malam kataku dalam dada

Berharap harapan yang kujaga

Bisa kucapai saat aku dewasa

Melihat kedua orang tua

Bahagia, tertawa

Ingin membayar perjuangan mereka

Sambil berkata

Aku mencintaimu ayah bunda

Jangan menangis lagi karena biaya

Jangan panik lagi ketika tagihan listrik, air dirumah sudah pada waktunya untuk dibayar

Jangan lagi berhutang ketetangga

Jangan lagi tersenyum paksa saat kutanya

Aku sudah tak mampu menyimpan air mata

Doakan saja

Anakmu ini sedang berjuang

Semoga segala sesuatunya dimudahkan oleh Dia

Sang pencipta


Medan, 29 Oktober 2021



Memori di Medan Perang

Cipt. Zefanya Suci Putra Hutabarat


Dengan semangat dan kebencian yang membara

Ia dan pasukannya bergegas berpacu dengan kuda

Menuju Medan pertempuran

Dengan senjata dikiri kanan


Perlahan ia mulai membuat rencana

Dengan pasukan terbaiknya

Mengendap-endap bak taktik gerilya

Mencoba mensiasati dengan sempurna


Setelah tiba dimedan pertempuran

Mereka mulai menjalankan taktiknya

Menyerang dengan satu tusukan

Sampai berakhir dengan memenggal kepala


Tak lama selang menjalankan taktiknya

Ternyata sang penguasa yang kelam mampu membaca

Hingga pasukan lawan mengepung tempatnya

Menembaki mereka dari ujung kaki sampai kepala


Dengan rencana yang sempurna, mereka masih bernyawa

Mereka tidak mati sia-sia

Mereka melindungi jantungnya

Dengan pelindung dikepalanya


Dengan Atma yang masih membara

Dengan tubuh yang masih tersisa

Mereka mengambil senjata yang tergeletak ditanah

Bergerak perlahan menghampiri mereka yang lengah



Namun tetap saja, walau mampu melumpuhkan beberapa

Mereka tetap mati semuanya 

Dan hanya 1 yang tersisa

Ialah dia yang mengatur strateginya


Dengan atma keberanian yang melekat ditubuhnya

Berakhir dengan menancapkan senjata

Tepat di jantung sang penguasa

Sambil berteriak ""Merdeka!!!""


Hingga akhirnya 

Maut menjemputnya juga

Berakhir dengan Patung Kuda 

yang mengangkat kedua kakinya


Medan, 31 Oktober 2021



"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.