https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
"Puisi 1
Melupakanmu? Tidak...
(Surat buat teman kecilku)
Kita terlahir dari rahim yang terpisah, ditempat berbeda
Kita bertemu dalam kabut pekat, disaat cita-cita masih dengan gembira saling berbicara
Dimana takut hanyalah kata yang kita kenali tanpa diketahui
Dimana sedih hanyalah rasa yang kita lalui tanpa diselami
Kala itu, waktu adalah perihal yang sering terlupakan dan dilupakan
Sesaat menangis karena kehilangan
Bersorak riang kemudian disaat mendapatkan
Walau itu sesuatu yang bukan diinginkan
Kita sering ribut dengan pagi, tapi tak bertengkar dengan hari
Melewati siang dengan berlari, di ujung senja pun bernyanyi
Kita terkadang mendustai malam, karena jujur dengan hati
Selalu berlindung dalam keramaian sampai terlelap sendiri
Akhirnya, kita terpisah teman kecilku
Kita tak berpikir itu dikarenakan waktu
Namun oleh cita-cita, sebuah perjalanan yang harus kita tempuh
Tentang misteri dimana kita harus bertaruh
Layar telah dikembangkan, kehidupan menampilkan warna-warni perjalanan kita pada layar itu, waktu membuatnya menjadi hitam putih setelahnya - namun jika sampai ke jantung hati, perasaan kembali membuatnya berwarna.
Jika kamu merasa, aku telah melupakanmu, bahwa waktu telah membunuh ingatanku. Faktanya tidak !
Karena bagaimana aku bisa, jika kamu telah tinggal didalamnya.
bein_aran
6 November 2021
Puisi ke 2
Jatuh Cinta
Malam tak lagi dingin, sejak hasrat mu ku simpan disaku kemeja
Nada-nadanya mendekap erat saat ku tertidur
Cakrawala pagi semakin hangat, sejak suara manja mu adalah kebisingan yang membahagiakan
Bahkan embun sekarang cemburu padamu
Dewi ku
Seperti dalam legenda masa purba, air susu dewi hera yang tumpah ke bumi saat menyusukan anaknya
Menjadi setangkai yang beraneka warna,
Ratu di taman bunga
Membuai sekitar dengan debar-debar
Menerbangkan udara selatan ke utara
Menggoda harap untuk hinggap,
Menampar asa agar membuka mata
Aku tukang kebun
Bukan kupu-kupu, mencumbu membawa dan menaburkan lagi hingga banyak kau tumbuh
Atau kumbang yang mengambil sari dan pergi hingga kau layu
Aku tukang kebun
Menggantikan fungsi embun yang enggan turun karena cemburu
Mencabut rumput-rumput yang marah karenanya
Lewat udara yang kau hirup, kuselipkan harap
Mekarlah...
Hingga aroma yang kau tebar membuatku betah
Lewat hujan yang menyirami, kubisikkan mimpi
Tersenyumlah...
Hingga pesona yang kau punya membuatku tergila-gila
Semesta...
Aku jatuh cinta
Ijinkanlah
bein_aran
Sintang, 22 Juli 2020
Puisi ke 3
Jejak Kaki di Pasir
Aku ingin menyapanya dengan mesra
Membicarakan kerinduan yang tak pernah sirna
Mengenang satu tahun yang indah
Saat kita bersama di sekolah
Jujur, aku tak pernah tahu
Sejak kapan menganggap dirimu sebagai wanita
Karena pada saat itu
Kita serupa awan dan air yang jika lagi bersama hanya ada gemuruh dan senja
Pernah beberapa kali
Ketika melewati jalan itu
Melihat tempat dimana kita kadang kesal harus menunggu lama angkutan umum yang dapat membawa kita pulang
Bayang-bayang itu hadir, dan berulang
Begitu juga saat aku mengunjungi kampung ibu
Setiap melewati rumahmu, rasa itu ada disitu
Namun kau sendiri tahu
Kita tak pernah bertemu
Dulu aku yakin, itu hanya sekedar rindu
Semua akan hilang seiring waktu
Namun keyakinan ku tak terwujud
Rasa itu semakin berwujud
Lalu suatu hari
Aku mendengar kabar gembira dan sedih
Kau tak lagi sendiri
Dan ternyata kita tak ditakdirkan menjadi pasangan kekasih
Kau tahu...
Bukan tentang rasa ini tetap kumiliki atau tak bisa memiliki yang ku benci
Namun tentang rasa takutku sendiri
Hingga upayaku hanya seperti jejak kaki di pasir
Sampai akhir...
bein_aran
1 September 2021"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.