Lara di langit malam - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Lara di langit malam

Oleh : yulia


Dingin merayang menerpa wajah

Angin berhembus menelisik arah

Tak sulutkan jiwa yang gundah

Tak hentikan asa yang kian resah

Kini, di langit malam....

Lara kian mencekam

Tak biarkan hati tentram

Tak izinkan daksa untuk diam

Lara di langit malam

Mewakili kisahku yang suram 

Menggambarkan nasibku yang kelam

Ya, sangat kelam.....

Aku hanya bisa menatap langit malam

Berangan dibawah rembulan

Menyendiri dalam cahaya temaram

Berucap semoga dalam bergumam

Wahai langit malam

Izinkan aku diam dalam semayam

Mengubur inginku dalam bualan

Menimbun anganku dalam khayalan

Jika nyatanya hidupku dalam permainan


Sukabumi, 01 november 2021


Pemuda dahulu

Oleh yulia


Mereka bersua menyatukan suara

Menyulut jiwa muda kian membara

Menginginkan faham pemersatu bangsa

Menginginkan eratnya bangsa oleh pemuda

Dalam naungan kongres satu dan dua

Mereka bukanlah pesumpah

Pun tak sekalipun bersimpuh

Walau daksanya kian rimpuh

Jiwa mereka tetap tangguh

Tak pernah luruh bahkan mengeluh

Kini pemuda maju bersama

Melahirkan tiga butir ternama

Tumpah darah, bangsa, bahasa isinya

Mewakili seruak keinginan mereka

Sekarang Seluruh bangsa mengenal hasilnya

Seluruh bangsa menjunjung citanya

Sumpah pemuda masyhurnya

Sumpah pemuda lah namanya........


Sukabumi, 28 oktober 2021


Sirna

Oleh : yulia


Inginku terkurung kuasanya

Harapku terkurung tahtanya

Bebasku diatur pula olehnya

Sekarang.........

Tinggal angan sebagai pijakan

Hanya angan yang jadi tumpuan

Hanya angan yang jadi pegangan

Tatkala semua dirampas olehnya

Ya, walaupun realita mendukung akan itu

Semestapun berpihak akan itu

Tapi, setidaknya aku ingin meminta

Secerca harap yang perlahan sirna

Aku hanya ingin meminta

Merasakan angan yang tak kunjung nyata

Tapi faktanya.....

Semua itu khayalan semata

Semua itu hanya ilusi mata

Semua itu manipulasi belaka

Hanya karena kita beda kasta

Hanya karena kita beda tahta

Sampai sini aku faham

Semua anganku memang maya

Semuanya sirna.....

Ya, telah sina....


Sukabumi, 26 oktober 2021"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.