https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
KU BACAKAN UNTUKMU, NUMAIRA
Decak decak surya menggempur butala
Menikam pandang hingga ke tulang
Pagi itu langit menyala, mengusir kabut menerobos jendela
Selamat pagi Numaira
Jejak bara bagimu masih dalam titi
Namun setiap harinya terasa begitu syahdu
Berdua kita menerjang gersang dan hujan
Sampai pada masanya harimu dilahirkan
Sejengkal jarimu kian bertingkah
Binarmu kian bersemi
Saat itu kau dapati abimu menimang tubuh mungilmu
Lalu ia ceritakan padamu, tentang kerinduan yang menjadi-jadi
Hingga ia menguburkan sendu di tempat yang sunyi.
ANANTA RASA
Di balik tembok-tembok yang membakar
Di bawah lantai tanpa tikar
Kita berbagi dingin dan angin
Mengintip buku lalu tersenyum satu sama lain
Jakarta adalah sebab derasnya arus rindu
Ia diikat sela kilometer, sela waktu, dan sela temu
Pagi atau petang langit Jakarta tetap sama
Merona meski tak berwarna
Jakarta adalah sebab mencairnya sedu
Berkumpulnya bait-baitku yang tertinggal di balik rak buku
Saat hujan langit kita bersinar, saat kemarau tanah kita bersemi
Mengejar lembayung pagi kita berlari
Berjalan perlahan ketika senja kembali.
PULANG
Hari ini aku pulang menjemput damai
Ku sediakan waktu tersendiri untuk menerawang pemandangan dan menilik potret laut lepas
Nyiur melengkung bertiup ke atas meraih awan
Lalu ke bawah menyambangi tanah
Terbawa angin
Pikirku melayang bersama formasi pantulan mentari
Mengukir pola menjadi grafik tanda tanya
Alih-alih lamunan itu membawaku pada sederet tawa yang mencandu
Mesin menyala dan bergegas ke katulistiwa."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.