Bukan Mereka Tapi Aku - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Puisi 1: Bukan Mereka Tapi Aku


Tak ada yang setajam siulan mereka yang hasad

Seperti angin yang berbisik pada damar-damar yang menyala

Berkompromi dengan kegelapan yang mulai meremah rasa

Di-selengkat  kuatnya konstruksi masyarakat

Tersungkur dalam jeruji keraguan

Walau asa selalu menyeringai indah

Tidak menghentikan derasnya siulan

Yang menusuk di setiap langkah yang mulai sekakmat


Bukan mereka tapi aku

Bukan mereka yang tidak memiliki perasaan

Tapi dindingku yang keras terlalu rapuh


Bukan mereka tapi aku

Aku yang mulai menggila

Dihakimi oleh perspektif sendiri yang tuna netra 

Melipat telinga dari siulan yang nyaring

Tanpa sesekali melihat bingkisan ajian dibaliknya

Semua terlihat hanya hitam dan putih

Mengangkasa bersama ilusi

Ilusi yang tak pernah bercerita

Bahwa awan yang indah membawa hujan


Bukan mereka tapi aku

Aku yang dikalahkan ego sendiri

Yang membuatku amnesia akan kasih sayang-Nya


Puisi 2: Dear Matematika


Tak peduli mau dikata apa

Biarkan mereka berdemokrasi

Aku tetap pada teguhku

Aku teguh pada rasaku

               Bak mencari jarum dalam jerami

               Bagiku dirimu istimewa dengan unikmu

               Meski seratus kali terperosok

               Rasa ini beribu kali memapahku

Cintaku tak peduli koyakan luka

Tak terbatas bundaran permata

Juga secarik kebanggaan

                Rasaku ku perjuangkan

                Perjuanganku ku teguhkan

                Istimewamu teguhkan rasaku

                Engkaulah masa depanku


Puisi 3 : Sesal


Keraguan tak jarang mampir

Memori seakan terformat

Terpontang-panting kebingungan

Tuhan pun sempat dilupa

Pelita kini mulai meredup

Setitik cahaya setidaknya mampu menuntun


 Tuhan

 Peliharalah aku dalam jalan-Mu

 Dalam sunyi dari surya

 Namun bising tanpa pasar

 Ku tampakkan ketidakberdayaan

 Menapaki kerikil dan lautan


Tuhan

Kutadahkan rintikan mata

Tertatih mengucap noda

Merendahkan kesombongan yang tak pantas

Sembari memutar kemurahan cinta Sang Pencipta

Sampai seakan tamak akan pemberian-Mu

Terus menuntut tanpa patuh

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.