https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Arti Kehadiran Cinta
Meninggalkan kekosongan di kemunafīkan
Menanggalkan hati yang tiada ganti
Membakar sesal untuk tidak berbicara
Nuansa cinta ku berbisik Dia masih ada
Dia... Kehadiran yang senantiasa menanti hari
Sosok yang bersahaja, menari dalam ingatan..
Sangat indah untuk seberkas mimpi
Tapi... tetap saja mimpi apapun tidak bisa mengganti nyata
Aku tetaplah orang yang berusaha membakar
sesal, hingga sesal itu berhenti berbicara kekosongan.
Lagi... Nuansa cintaku berbisik Dia kan tetap ada
Meskipun awan gelap menutupi, Dia tepat di sana, pada jarak yang begitu jauh
Laksana takdir dua garis lurus yang sejajar,
Bagai orbit bumi dan bulan.
Menjadi ketetapan bagiku untuk puas dengan hanya bisa memandang
Tak harus memiliki, tidak harus dimiliki
Aku... tetaplah di sini, menanggalkan hati pada kekosongan..
Tertindih Dunia
Debu menetaplah pada tubuh dan pakaian ku di setiap rutinitas harian yang ku jalani...
Aku berharap tuhan menjadi saksi...
Cukuplah aku yang mengutuk dunia
Bukanlah dunia yang mengutuk dengki pada jasad yang fana ini...
Aku tidak peduli dan berusaha untuk tidak akan drama klasifikasi...
Biarkan saja orang lain yang besungguh - sungguh, sedangkan aku enggan !
Ada menyebutku pemalas, iya...
Ada menyebutku anti sosial, bisa jadi...
Sosok yang melawan arus ? Maaf saja aku bukanlah ahli renang...
Diri ini hanya kayu lapuk yang kebetulan tertindih puing - puing bernamakan Beban...
Kilas balik Hari Kepergianku,
Hari itu pertama kalinya bunda bekali Aku dengan segudang air mata di bahu ini
Mengikhlaskan diri ini jauh dari padanganmu
Adalah bagian tersulit dari waktu -waktu selama ini engkau bernafas...
Aku anak mu menyadari itu bunda, sangat mengerti akan beban yang bertambah
Sangat memahami pengorbanan yang harus dibayar untuk kebahagiaan ku, Harapan sejati Ibu terhadap anaknya
Aku tidak akan pernah ragu
Menarik diri dari bayangan lamunan
Aku telah berada di persimpangan jalan dengan pengeras suara dalam genggaman
Aku lantangkan suara untuk satu tuntutan pada banyak gugatan
Aku bangunkan dunia untuk selamatkan negeri yang terancam
Kerasnya suara ku, angin membawanya sampai kepada-mu bunda...
Dan karena ini bunda pastinya mulai cemas dan khawatir...
Maafkan anak mu...
Bukan aku melangkahi janji ku terhadap kalian berdua, bunda, ayahanda...
bukan aku tak ingin menjadi, Aku hanya tak ingin berpaling terhadap dunia yang menangis ini...
Ayahanda, aku selalu mengingatnya, Sungguh teriris hati ini melihat begitu banyak yang sepertinya bunda...
Peluh keringat, memaksa tubuh di hari yang terik seakan-akan dingin baginva...
Mata sayu pakaian basah dan kotor
dalam hujan badai seakan-akan hangat padanya...
Demi apa ? dan siapa ?
Siapa yang peduli ? Siapa yang peduli pada ayahanda ku di sana ? Siapa
yang peduli padamu bunda ?
Seandainya aku begitu sibuk berlarut - larut dalam belajar ku...
Seandainya aku berpuas diri bersenang - senangmenghabiskan waktu dengan teman-temanku..
Bersikap acuh dan tak peduli akan nasib Bangsa
Aku bukan sampah kampus yang harus didaur ulang untuk menjadi ROBOT... Aku adalah anakmu Mahasiswa, yang
memiliki pikiran dan tidak tuli...
Lihatlah Almamater ku bunda, Mahasiswa yang berada di garda terdepan demi perubahan...
Relakan Ananda...
Relakan Darah juang untuk pembebasan...!
Karya : Fajri Alfiansyah
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.