Rapuhnya Asa

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


"Rapuhnya Asa

Karya : Reza Muhtadin


Inginku masih sama

Menanti terkabulnya harapan dalam keheningan malam 

Terdiam kuterpaku dalam setitik asa

Mengharap akan sebuah keajaiban semesta


Namun apa hasilnya? Ku s'lalu menelan kekecewaan 

Semakin rapuh dengan cita yang telah lama terbangun 

Hanya sebatas angan dalam mimpi

Lama kelamaan menjadi ilusi

Fantasi semu yang basi


Derita kini kurasakan

Ketakutan kian merekah

Akh begitu rapuh dalam patahan

Begitu layu dalam cobaan 


Sekarang, aku tak mampu bersinar ketika bulan bintang menyapa 

Seulas senyum palsu kini menjadi teman setia

Aku tak sekuat dulu

Hanya tersisa badan lunglai bagai butiran debu


Tuhan, akankah kudapat bahagia? 

Ataukah aku terlalu lancang memaksa? 

Tak mengharap maupun meminta dengan semestinya


Tuhan, kumohon beriku bahagia 

Kurapuh tak bisa lepas dari labirin duka lara

Tuhan berilah aku asa

Untuk menghapus segala tumpahan air mata

Akibat dipercundangi alam semesta


Rantauprapat, 11 Oktober 2021



Jejak Asmaraloka dalam Semesta

Karya Reza Muhtadin 


Denting rintik air menghiasi

Selepas awan hitam menghujani bumi

Udara menerpa hati dengan sejuknya 

Terlihat jelas semesta sedang bersenandung ria


Arunika menemani dengan kilauan sinar senja

Alunan melodi indah menambah syahdu suasana

Betapa riang hati ini berbunga-bunga

Merekam jejak senyum kekasih tiada tara


Rasa ini sudah semakin dalam kurasakan

Menghangatkan hati yang dulunya kelam 

Rasanya tak mungkin lagi kulupakan

Sosok engkau yang menghangatkanku di kala temaram


Teruntuk dirimu sang dewi pengikat hati

Kutuliskan syair sederhana tiada arti

Aku mencintaimu tanpa tahu kondisi diri

Ku akan selalu menanti walau dari jauh dan sendiri


Rantauprapat, 11 Oktober 2021



ASA DI BATAS CAKRAWALA

Oleh Reza Muhtadin


Dingin bersama gelapnya sang malam 

Keheningan mulai merasuk dalam jiwa Angin berhembus berbisik lembut di telinga 

Oh angin...

Akankah citaku tercapai?


Hidup seiring tarikan nafas yang menggema 

Aliran darah nadi tak pernah henti bermuara 

Kerja organ yang berkolaborasi menyatukan asa

Dengan kehendak-Nya hasrat memuci tuk gapai cita


Tegarkan hati atas buah bibir dari gunjingan menyakitkan 

Hingga bibir pun bergetar atas liku yang tak terkirakan 

Anugerah doa dan energi yang turut menguatkan


Menapaki jalan terjal yang tak mulus 

Mengikuti arima hati nan tulus

Hiruk pikuk bercakap berbagai masalah serius 

Bertindak lekas mengindahkan jalan yang lurus


Biarlah prosesnya dituangkan dengan berbagai rasa 

Bangkit dari keterpurukan hingga terjanggal sesak di dada

 Yakin ada pelangi indah tertuang pada rintikan air mata 

Layaknya inginku gapah dari arah yang baswara


Wahai diriku...

Terimakasih untukmu

Engkau bertahan dan berjuang hingga detik ini 

Lihatlah ke depan dan jangan goyah 

Tersenyum dan sapalah dunia


Rantauprapat, 11 Oktober 2021

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.