Lockdown - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Lockdown


Hari demi hari

Hingga berbulan-bulan lamanya

Kita tetap harus di rumah saja

Karena adanya pandemi ini


Tiada hujan maupun banjir

Hanya badai debu tak terlihat

Bencana ini memang tak biasa

Sulit mengendalikannya


Krisis ekonomi yang dirasa

Tapi kebutuhan semakin banyak

Hilangnya teman secara perlahan

Hingga sulit tuk bergerak


Tapi apa yang mereka lakukan?

Pergi dan datang kesana kemari 

Bebas berkeliaran, mendatangi keramaian

Menikmati tegukan gelas-gelas kopi


Suara angin telah berhembus

Virus corona berpesta ria

Melihat kita yang tak berdaya

Bagai debu yang ditiup


Kita tak bisa berbuat banyak

Hanya berdoa dan jaga kesehatan

Tetap di rumah jalan utama

Untuk memutus penyebaran corona



Hujan sore itu


Sore itu

Kutelusuri jalanan sendiri

Jalanan yang sepi

Hanya ditemani hembusan angin


Tiba-tiba mendung datang

Memaksa sang awan menangis

Yang menemani tangisku sore itu


Rasanya aku benci hari ini

Seperti tak ada yang peduli denganku

Rasanya aku ingin mati sore ini

Tapi bukan takdirku


Jalanan yang mulai ramai ini

Dia datang menemaniku

Menemani di bawah hujan

Hujan yang membuatku senang


Di setiap jalan 

Ia membuatku tertawa

Tertawa malu dan gembira

Malu karena menangis

Dan gembira karenanya


Rasanya ingin kuhentikan waktu

Waktu itu, bersamanya

Dia yang belum lama kukenal 

Dan mulai masuk dalam kehidupanku


Aku jadi tahu arti hujan

Hujan tidak selamanya buruk

Karna hujan membuatku

Ingin selalu dekat dengannya



Sunyi


Kala itu

Aku memilih pergi

Berharap kau bergegas menyusuri kaki ini

Pada sehambar tanah yang sudah ditakdirkan

Aku tak menginginkan air mata yang tertumpah


Tak sebab ego yang tak mau mengalah

Tinggi, lalu meninggi

Marah, penuh emosi

Aku berada dipihakmu atau sebenarnya musuhmu


Dan malam ini

 Kutuliskan kisah-kisah kita

Kita yang selalu bersama


Aku berada disudut ruang yang sepi

Meyakinkan diri

Ia adalah untukku


Nanti kita cari jalan keluar

Menggali pembenaran di setiap kata yang kau bisikan

Hingga gendang telingaku robek tersayat


Sungguh, aku tak ingin berpisah kala itu

Perpisahan seakan panah yang tajam

Melesat lalu menancap

Aku tertidur dengan kesedihan dan kesendirianku ini "


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.