https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Kilat dan Guntur
Aku bersajak bersama kilat dan guntur
Mereka berjaya, sungguh mutakhir
Bilamana guntur meraung tiada melantur
Kilat pun menerkam buruannya hingga akhir
Kilat terbahak-bahak
Dicurinya bintang fajar dan senja
Guntur tertawa keji
Bernafsu darah dan anggur tak terpuji
Awan
Sekali lagi kakiku berlari
Dan kuharap untuk yang terakhir kali
Ah, Elipsione
Aku mencarimu ke mana-mana
Aku bertanya pada malam kelabu
Di pegunungan sunyi
Di antara kabut sendu
Namun kau selalu selangkah di depan
Jauh, tak terjangkau
Andai dulu awan menahan tangisnya
Ya, dulu, saat kupanggil namamu!
Mentari
Buta, tercekik
Sesak dan ...
Jangan! Oh Tuhan! Pokoknya jangan!
Tak adakah ruang di celah terkutuk ini?
Dobrak! Gebrak! Getarkan!
Diam! Jilati saja borok bobrokmu!
Biarlah mereka berlalu
Dan kau!
Kau dan rel-rel karatanmu!
Menjeritlah!
Dan biar kunikmati gema laramu “bila kau juga”
Selagi mentari tak tahu cara menembus kedalaman bumi
Kala Saturnus Menyanyi
Di sini di bawah pohon marshmallow aku berbaring
Sembari kuamati langit yang retak di bulan Mei
Kala burung-burung jelita bernyanyi
Di sana kudengar merekahnya surya di hari baru
Sembari kucium wangi tanah oleh hujan ungu
Kala gita manis kudengar dari jauh
Hilang lenyaplah apiku bagai pelangi hitam
Terbatas, terlukis di kanvas hitam
Di sini pada akhirnya, kulihat kilasan badai yang tak terhindarkan
Dan pemandangan ajaib, berpendar keperakan
Kala Saturunus menyanyi
Buna Omiya
Tidurlah selagi derap orang-orang berkuda terlampau jauh
Terbenamlah selagi rembulan menyinari wajah mereka yang pucat dingin
Menarilah dalam mimpi bersama badut dalam salju
Mungkin kemarin kau sudah tahu
Bahwa aku pergi ‘tuk selamanya
Esok hari takkan membuka rahasianya
Esok aku berlari menuju kehampaan "
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.