Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
gemuru menggadu dalam pilu tanpa hadirmu
memadu bersama nanar di penantian semu
ketika itu bait-bait elegi menjama pada pemuda yang telah membisu
jiwanya mati bersama hati yang remuk dalam pangkumu.
""bukannya kau telah mengaku untuk bedamai bersama hati?
membagi pilu untuk tidak lagi menyakiti diri?""
namun mengapa hadirmu tak juga kutemui?
mengapa kau biarkan aku sendiri disini?
se-egois itukah kau, yang menyakiti lalu tak kunjung mengobati?
ingatkah kau tuan?
dimalam yang telah kau tetapkan sebagai prasasti perpisahan,
berderet harapan mengepung pekarangan
berharap kepulanganmu tanpa suatu kekurangan
tapi tidak berselang lama aku untuk menunggu kabar
samar-samar teriakan menggempar dari luar
membangunkan dari lelap di malam badai berpetir
sebelum jauh aku beranjak dari pintu keluar
seorang parubaya menarikku masuk ke tengah hujan
di genggamnya lenganku menuju ke simpang jalan
tidak seorang memberi tauku tuan,
sesampainya di ujung jalan.
samar diantara guyur hujan lebat
seseorang telah terkapar menahan sakit.
begitu lemas tuan,
raga tak dapat berdiri ketika kutau kau yang kudapatkan
seorang pemilik hati yang kutunggu berbulan-bulan
kini bermandikan darah di atas aspal jalanan
Tidak tuan!
Kau yang menyiksaku, dengan sakit kronis yang kau tinggalkan.
aku berlari menujumu
saat itu ku genggam tanganmu yang nyaris berujung kaku
sesak mencekik nafas yang beradu
semua pekik sentak membisu.
dengan setengah bahasa terbata-bata
kau meminta ku untuk berdamai dengan hati yang patah
sungguh tak sanggup lagi aku menahan tikam pada jiwa
tak sanggup pula lisan ini berkata-kata.
kuceritakan kepadamu tuan
selepas kepergianmu dimalam yang mengerikan
tak ada lagi akalku untuk bertahan dalam kehidupan
berlari sendiri dalam semu harapan yang kau janjikan
kau melambai dangan senyum setelah mengucap pamit
dengan sebongkah semangat untuk mengaminkan akad
sekarang meningalkan dengan luka yang teramat sangat
dimalam setelah pemakamanmu itu tuan
yang kulakukan hanya mengurung diri dalam kamar
membiarkan rindu memukul hati hingga memar
aku tak sanggup lagi tuan
biarkan aku menyusulmu di alam keabadian
hingga cinta kita menjadi satu dikemudian
aku mencintaimu tuan.
Keabadian.
Ginta.
05.09.21"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.