gemuru menggadu dalam pilu tanpa hadirmu

 





Cover buku


Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterupdate x Infolombapuisi Deadline 14 Oktober. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Selembut Salju"


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 gemuru menggadu dalam pilu tanpa hadirmu


memadu bersama nanar di penantian semu

ketika itu bait-bait elegi menjama pada pemuda yang telah membisu

jiwanya mati bersama hati yang remuk dalam pangkumu.


""bukannya kau telah mengaku untuk bedamai bersama hati?

membagi pilu untuk tidak lagi menyakiti diri?""


namun mengapa hadirmu tak juga kutemui?

mengapa kau biarkan aku sendiri disini? 

se-egois itukah kau, yang menyakiti lalu tak kunjung mengobati?


ingatkah kau tuan?

dimalam yang telah kau tetapkan sebagai prasasti perpisahan,

berderet harapan mengepung pekarangan

berharap kepulanganmu tanpa suatu kekurangan


tapi tidak berselang lama aku untuk menunggu kabar

samar-samar teriakan menggempar dari luar

membangunkan dari lelap di malam badai berpetir

sebelum jauh aku beranjak dari pintu keluar


seorang parubaya menarikku masuk ke tengah hujan

di genggamnya lenganku menuju ke simpang jalan

tidak seorang memberi tauku tuan,

sesampainya di ujung jalan.


samar diantara guyur hujan lebat

seseorang telah terkapar menahan sakit.


begitu lemas tuan,

raga tak dapat berdiri ketika kutau kau yang kudapatkan

seorang pemilik hati yang kutunggu berbulan-bulan

kini bermandikan darah di atas aspal jalanan


Tidak tuan!

Kau yang menyiksaku, dengan sakit kronis yang kau tinggalkan.


aku berlari menujumu

saat itu ku genggam tanganmu yang nyaris berujung kaku

sesak mencekik nafas yang beradu

semua pekik sentak membisu.


dengan setengah bahasa terbata-bata

kau meminta ku untuk berdamai dengan hati yang patah

sungguh tak sanggup lagi aku menahan tikam pada jiwa

tak sanggup pula lisan ini berkata-kata.


kuceritakan kepadamu tuan

selepas kepergianmu dimalam yang mengerikan

tak ada lagi akalku untuk bertahan dalam kehidupan

berlari sendiri dalam semu harapan yang kau janjikan


kau melambai dangan senyum setelah mengucap pamit 

dengan sebongkah semangat untuk mengaminkan akad

sekarang meningalkan dengan luka yang teramat sangat


dimalam setelah pemakamanmu itu tuan


yang kulakukan hanya mengurung diri dalam kamar

membiarkan rindu memukul hati hingga memar


aku tak sanggup lagi tuan

biarkan aku menyusulmu di alam keabadian

hingga cinta kita menjadi satu dikemudian


aku mencintaimu tuan.




Keabadian.

Ginta.

05.09.21"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.