The colour’s - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


The colour’s

Karya: Salma Depriyanti


   Hembusan angin menerpa pohon-pohon, membuat pohon-pohon itu seperti menari-nari. Burung berkicauan dan terbang kesana kemari tanpa arah dan tuju. “Esok adalah hari yang kita nanti. Hari dimana kita semua yang berada di Erendelle, hidup diatur oleh warna yang telah di tentukan!” ucap madam Elice kepada 3 orang pemuda pendatang baru di Erendelle.

   “Apakah ini pertama kali hidup seperti ini di Erendelle?” tanya Sofier si lelaki tampan. Madam Elice berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan kearah jendela dan menatap langit yang tersapu bersih. “Tidak! Raja Gandu Kavman melakukan ini setiap 4 tahun sekali dan tepat pada tahun kabisat.” Jelas madam Elice. 

   “Apakah kita bisa mengetahui apa saja warna yang di tentukan?” tanya Navieer wanita cantik berhati lembut. “Pasti itu di rahasiakan untuk pendatang baru seperti kita ini!” ketus Hendrik kakak dari Navieer. “seharusnya kalian pendatang baru harus di beri tahu untuk masalah ini. Namun pada saat kalian datang kesini, kerajaan Erendelle sedang sibuk dengan peperangan.” Jawab madam Elice sembari Kembali ketempat duduknya. Mereka bertiga hanya terdiam dan terus memperhatikan madam Elice berbicara di depan mereka. 

   “Ada 4 warna yang harus kalian ketahui. Warna yang pertama adalah warna merah, jika seseorang ini mendapatkan warna merah ia di perintahkan untuk ikut ke medan peperangan Erendelle!” sambung madam Elice.

   “Warna yang kedua, yaitu warna biru. Saat seseoraang itu mendapatkan warna biru ia sangat beruntung karna menjadi tangan kanan raja Gandu Kavman. Lalu… warna ungu menjadi seseorang yang sangat tidak beruntung, ia menjadi buronan warna putih untuk dibunuh dihadapan raja dan seluruh rakyat Erendelle!” jelas madam Elice membuat mereka terkejut dengan warna ungu dan putih.

“Aku yakin aku mendapatkan warna biru!” seru Navieer.

“Ck! Tidak mungkin kau mendapat kan warna ungu. Aku harap kau mendapatkan warna ungu, HAHAHA!” ledek Hendrik membuat Navieer takut. Tiba-tiba Sofier berdiri “jaga ucapan mu Hendrik, bisa saja kau yang mendapatkan warna ungu itu!” ketus Sofier.

“Sudah-sudah mari kita Kembali ke asrama untuk beristirahat. Dan untuk mu Hendrik, jaga lisan mu liar itu!” ucap madam Elice. Setelah itu  mereka kembali ke asramanya masing-masing untuk beristirahat, karna nanti malam seluruh pendatang baru ikut makan malam bersama raja Gandu Kavman.

   Waktu terus berjalan dari siang hari menuju malam hari. Para pendatang baru mulai berkumpul di ruang makan menunggu raja yang belum hadir di meja tersebut. Semua merasa senang dengan acara ini namun di sisi lain ada rasa takut yang membuat tidak tenang karna aturan hidup yang aneh.

“selamat malam para pendatang baru!” sapa raja Gandu Kavman yang sangat tampan dan gagah “malam raja!” jawab serempak seluruh pemuda pendatang baru.

“maafkan saya terlambat untuk menghadiri acara ini.” lanjut raja Gandu Kavman. Setelah itu mereka memulai acara makan malam, mereka semua sangat asik berbincang dengan raja. Acara berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apa pun.

“siapkan diri kalian untuk tahun kabisat nanti, apa pun warna yang kalian dapat itulah warna yang terbaik!” ucap raja lalu meninggalkan meja makan setelah selesai berbicara. Saat raja pergi meninggalkan meja makan, semua tunduk kepada raja menandakan mereka menghormati raja Gandu Kavman. 

“baik! Setelah ini tidak ada kegiatan apa pun selain istirahat!” suruh madam Elice. Semua serempak kembali ke asramanya masing-masing.

   Saat Navieer akan pergi dari meja makan itu, lalu Hendrik memanggilnya “hai adikku sayang, jangan terlalu berharap dengan warna biru yang kau ingin kan, WHAHAHA!” ledek Hendrik yang mulai bertambah dikepala Navieer. Tanpa merasa bersalah Hendrik meninggalkan Navieer, tak disadari dari arah belakang madam Elice dan Sofier melihat kelakuan Hendrik terhadap Navieer. 

“Hendrik sangat keterlaluan, semoga keberuntungan selalu berpihak kepada Navieer tidak untuk Hendrik.” Gumam madam Elice, Sofier yang mendengarnya hanya mengangguk pelan dan terus menatap Navieer.

   Dari ruang makan menuju asrama tidak terlalu jauh. Saat Navieer akan memasuki asrama dari arah samping Sofier berlari menghampiri Navieer “Ku harap kau tidak memikirkan ucapan kakak mu itu.” ucap Sofier dengan napas terengah-engah karna berlari dari ruang makan menuju asrama Navieer. 

“kau tenang saja, aku baik-baik saja disini, kau tak usah khawatir.” ucap Navieer dengan lembut.

“aku sangat khawatir pada mu. Ya sudah, aku kembali untuk beristirahat.” pamit Sofier kepada Navieer, Navieer hanya membalas dengan senyuman manis. 

   Saat Navieer ingin memasuki kamar, Sofier memanggil Kembali Navieer. “Aku mencintai mu, ini hal yang aneh namun aku ingin kau juga merasakannya.” ucap Sofier dengan tekad yang besar. Navieer yang mendengarnya terdiam lalu tersenyum, “jika kau tahu aku pun mencintai mu dari 8 tahun yang lalu, Sofier Marstique” jawab Navieer membuat wajah Sofier mem-blash tersipu malu. “kini sudah larut malam, kau kembalilah untuk beristirahat dan bersiap untuk besok malam.” ujar Navieer dengan sangat lembut seperti sutra.

    Lalu Navieer memasuki asaramnya. “huuuh, akhirnya rasa ini terbalaskan.” gumam Sofier dengan perasaan hati yang senang. 

   Jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik yang telah berlalu dengan cepat. Langit mulai gelap, matahari telah menghilang. Jantung berdetak sangat kencang seperti ingin lepas dari tempatnya.

   Malam ini, malam penentuan kita semua para pendatang baru, antara hidup atau mati. Bel istana menjerit menandakan acara penentuan akan segara di mulai. Seluruh pendatang baru diharapkan untuk mengenakan pakaian bernuansa hitam dan mengenakan topeng hitam yang telah di sediakan oleh istana. Semua bersiap dengan takdir yang di tentukan. Mereka berharap warna itu menjadi takdir yang terbaik untuk mereka. 

   Semua telah berkumpul di dalam ruang penentuan. Madam Elice sudah menunggu  kita semua di dalam ruangan bersama prajurit-prajurit istana. Jantung Kembali berdetak lebih kencang dari sebelumnya suhu tubuh menurun seperti berada di Kutub utara saat raja memasuki ruangan dengan memegang sebuah bola kristal membuat bola itu menjadi sorotan untuk para pendatang baru. 

   Ternyata bola kristal tersebut adalah bola kristal peninggalan nenek moyang Erendelle. Setelah raja menyimpan bola kristal tersebut, raja menyapa seluruh para pendatang baru yang sebentar lagi hidup mereka di tentukan oleh sebuah warna. 

“ingat! Warna yang kalian dapatkan itu adalah warna yang terbaik untuk kalian!” ucap raja Gandu Kavman. “30 detik setelah ini kalian harus menutup mata kalian dan berdoa meminta yang terbaik untuk diri kalian sendiri.” suruh raja kepada seluruh pendatang baru. Lalu Navieer yang berada di kerumunan tersebut mencari cari Sovier dan Hendrik. Ternyata nihil Navieer tidak menemukan Sofier dan Hendrik. 30 detik berlalu, saatnya mereka menutup matanya.

   “mari kita mulai!” teriak raja. Langit mulai bergemuruh karna bola telah di masukan kedalam ruangan listrik give colour’s kilat menyambar kesana kemari.

“Hitungan 3 kalian boleh membuka mata kalian dan bersamaan dengan kilat terakhir!” suruh madam.

“satu…”

“dua…” 

“tiga!” 

DUUAARR

  Lalu mereka membuka mata saat kilat menyambar sangat besar. Seluruh pendatang baru berteriak ntah senang atau sedih. Navieer sangat bersyukur mendapatkan warna putih meskipun tidak mendapatkan warna biru. Di sisi lain Hendrik yang berada di ujung ruangan terdiam dan menatap seluruh orang yang berada di dalam ruangan itu dengan tatapan kosong. Lalu Hendrik keluar dari ruangan tersebut.

   Setelah itu Sofier menemukan Navieer yang sedang berbincang dengan Duke Ergy, lelaki yang sangat handal dalam berkuda dan memanah. “hai nav, kau mendapatkan warna apa?” tanya Sofier dengan wajah girangnya. “oh, hai sof, lihat lah aku mendapatkan warna putih, semoga ini yang terbaik ya, bagaimana dengan warna mu?” tanya Navieer, saat Duke Ergy mendengar itu, ia langsung pergi dari hadapan mereka kan takut mengganggu obrolan mereka “lihat lah ini sesuai dengan keinginan ku.” Jawab Sofier sambil memperlihatkan punggung tangannya. Navieer terkejut dan merasa senang dengan kabar itu.

   Sisi lain Hendrik berlari kearah kamarnya untuk mengubah warnanya menjadi warna lain. “bagaimana caranya aku mengubah warna ini?” tanya Hendrik kepada dirinyaa sendiri sambil memikirkan apa rencananya. Lalu Hendrik mendapatkan ide untuk mengubah warnanya menjadi warna biru dengan menggunakan cat permanen untuk menutupi warna ungu tersebut. “semoga tidak terlihat.” gumam Hendrik.

    Setelah selesai mengecat warna ungu tersebut menjadi warna biru, Hendrik mendapatkan ide jahat ntah darimana datannya ide tesebut namun Hendrik akan melakukannya nanti setelah selesai acara penentuan ini.

 Acara telah berlalu dengan cepat dan lancar “esok akan asa satu orang dari golong warna ungu menjadi yang pertama sebagai contoh untuk semuanya!” ucap madam Elice. Semua orang masih merasa kebingungan siapakah yang mendapatkan warna ungu tersebut. Lalu seluruh pendatang baru Kembali ke asramanya masing masing, begitu pun dengan Navieer dan Sofier. “kau berias dirilah dengan cantik untuk tugas pertama mu ini!” pinta Sofier dengan ujung bibir terangkat membentuk senyuman. Navieer hanya mengangguk lalu pergi menuju asramanya.

   Sofier telah Kembali kedalam asramanya, saat Sofier tertidur lelap seseorang memasuki kamar tidur Sofier dan mengubah warnanya menjadi warna ungu dengan menggunakan cat permanen “lihat besok pagi.” Gumam seseorang tersebut.

   Pagi telah tiba semalam hujan sangat deras menimpa Erendelle. “AARRGGGHHH!” teriak Sofier didalam ruangan ramuan, madam Elice terkejut melihat punggung tangan Sofier berubah menjadi warna ungu “ini bagaimana bisa begini?” tanya Navieer dengan rasa panik. Sofier terdiam dan terus menunduk. “kalau begitu aku ingin kau berias dengan cantik saat kau melakukan apa yang harus kau lakukan!” ujar Sofier dengan mata yang berkaca kaca menahan sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan air matanya tersebut.

   Navieer menggelengkan kepalanya menandakan Navieer tidak ingin membunuh Sofier “tidak! Tidak! Aku tidak mau Sofier!” tolak Navieer dengan cepat.

“huffft… kau harus melakukannya demi ku, Navieer Nakulla.” Ucap Sofier dengan sangat lembut menyentuh pipi Navieer. Saat madam Elice dan yang lainnya menangis ada seseorang yang memerhartikan mereka semua di dalam “aku sangat berdosa.” Gumam seorang mistrerius.

   Langit penuh dengan bintang bintang yang menerangi bumi. Saatnya Sofier menyerahkan nyawanya di mala mini. Semua orang sudah berkumpul ditempat para golongan warna ungu untuk dibunuh. Sofier sudah menunggu Navieer memasuki ruangan tersebut, namun Navieer tak kunjung datang. 

   Beberapa menit kemudian keluarlah sosok wanita mengenakkan dress mewah berwarna hitam dan di balut oleh jubah merah. “akhirnya kau mengikuti pinta yang terakhir, kau sangat cantik mala mini Navieer melebihi bintang-bintang di luar sana!” puji Sofier yang sedang duduk di depan Navieer tidak bisa menutupi tangisannya. Tangisan Navieer pecah ditempat.

   “cepat tembak sekarang!” teriak seorang prajurit lain yang sedang menyaksikannya. Lalu Navieer menatap Sofier yang sedang tersenyum dan saat hitungan ke 3 tembakan akan di luncurkan.

“s-satu...” Ucap Navieer dengan tangisannya yang terus mengalir

“d-duaa…”

“TIGAA!” teriak Navieer

DUUARRR

   Saat Navieer membuka matanya, ia terkejut mengapa Hendrik kakanya yang terkena bukan Sofier. Tanpa rasa ragu Navieer menghampiri kakanya yang sudah tergeletak bersimpah darah “KAKAK KENAPA KAU YANG ADA DI SINI!” teriak Navieer dengan histeris. Lalu Hendrik kakanya memperlihatkan punggung tangannya.

   Ternyata berwarna ungu, Navieer terkejut lalu Hendrik menarik tangan Sofier dan mengeluarkan sapu tangan yang di basahi alcohol itu ditempelkan ke telapak tangan Sofier lalu warna ungu itu menghilang dan menjadi warna merah. “maaf kan aku, aku sangat berdosa kepada kalian, Sofier aku minta kepada mu, jaga Navieer adikku.” Pinta Hendrik lalu menghembuskan napas terkhirnya di tempat. “ini yang terbaik untuk dia.” Ucap madam Elice sambil merangkul Navieer.

   Setelah itu Hendrik di makamkan disisi pemakaman orang tuanya. “engkau sangat menyebalkan Hendrik kakaku tersayang!” ucap Navieer sambil menatap kearah pemakanan Hendrik.



"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.