https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Terjerat masalalu
Menatap pagi dengan sunyi
Bayangmu yang semu hadir kembali
Dengan serpihan luka yang pernah ada
Menyatu dan membuatku runtuh tak berdaya
Kaki terus melangkah tabah
Namun raga tak mau mengalah
Bolehkah hati dan logika searah
Untuk menyerukan kata menyerah
Kau tahu?
Ada rasa yang ingin dilepas
Namun hati tak mau ikhlas
Mencintaimu bukan penyakit
Tetapi kita bersatu itu sangat sulit
Tertampar realita, diperdaya ekspetasi
Sungguh ini menyiksa diri
Aku diam merenung
Bahkan semesta pun ikut bingung
Akankah aku terbebas seperti capung
Terbang tinggi bagaikan burung.
Cinta sepihak
Banyak goresan kata yang ku buat
Hanya mampu membuat ku kembali terpikat
Terpikat dengah hati yang jelas beda frekuensi
Kita memang beda
Gelombang yang dibuat pun tak searah
Aku yang tak ingin kalah dan kau yang tak mau mengalah
Seiring berjalannya waktu
Yang mempunyai gelombang hanyalah diriku
Tak ada kata yang mampu menggambarkan
Yang ada hanya rasa kekecewaan
Gelombang yang aku ciptakan perlahan pudar
Ritme yang sering aku dengar perlahan samar
Aku kehabisan energi untuk mengejar frekuensi yang ingin aku samai
Perlahan aku mulai mengikhlaskan
Membiarkan gelombang yang ada pada diriku, berjalan mengalir dengan seiringnya waktu
Tak mampu aku membuat kata perpisahan
Lidahku kelu untuk berbicara
Mulutku tak mampu untuk bersuara
Dan akhirnya aku hanya bisa menyurahkannya lewat kata
Bertemu denganmu
Bertemu denganmu bagaikan lampu pijar yang bersinar
Mampu merubah pilu menjadi titik senyum yang sudah lama pudar
Suaramu adalah syair yang paling indah
Hingga menciptakan gelombang hati yang membuncah
Namun hatiku bilang,
Tak usah tergesa-gesa untuk jatuh cinta apalagi kepada sembarang orang
Karena hati butuh rehat dari remuk yang telah jelas terpampang.
Aku biarkan garis takdir yang menentukan
Entah itu memisahkan atau mempertemukan
Biarlah doa yang berperang
Tuhan lebih tau siapa yang harus menang
Bolehkah aku berpesan?
Tetaplah menjadi sinar matahari yang tak pernah padam
Agar kau tak merasakan apa itu kelabu dan hati yang banyak luka lebam.
Tentang diriku
Ini adalah sajak sederhana
Tentang diriku di realita
Banyak hal yang ingin aku rangkai
Terutama untuk sesuatu yang ingin aku gapai
Aku sering hilang akal oleh asumsi yang datang menerpa
Membutakan mata dan menulikan telinga
Hariku penuh dengan pikiran seperti halnya buku yang menumpuk
Dan berakhir bagaikan paku yang sedang ditancapkan diatas tanduk
Yang menjadi nahkoda didalam kapal kehidupan itu diri sendiri
Tetapi mengapa aku takut dengan badai buatan yang terus menghampir?
Yang sekarang ku lakukan adalah menerima diri
Tanpa peduli banyaknya asumsi
Karena itu hanya penyakit hati
Yang membuatku tak mengenal siapa diriku ini."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.