TERIKAT CINTA KARENA SEBUAH PERJANJIAN - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


TERIKAT CINTA KARENA SEBUAH PERJANJIAN

Oleh Siti Samra


        Suara sirene Ambulance menggema disepanjang jalan raya. Beberapa menit lalu kecelakaan terjadi pada salah satu siswi SMP Sukma Bangsa. Dan sekarang korbannya sudah di larikan kerumah sakit kota. Saat begitu sampai dirumah sakit para dokter dan perawat setempat lansung bergegas membawa brankar pasien ke ruang IGD untuk diperiksa lebih lanjut.

     Pihak rumah sakit pun menghubungi orang tua pasien, agar segera kerumah untuk mengurus semua biaya administrasinya.Setengah jam berlalu kedua orang tua gadis itu baru sampai dirumah sakit, dengan langkah tergesa-gesa mamanya menuju seorang dokter yang sedang berdiri didepan ruang IGD. 

“Dokter” panggil Reva, mama sang gadis. 

“Iya bu, ada yang bisa saya bantu?” tanya pria berjas pudih dengan nametag Reynald Pranata

“Ruang pasien yang bernama Arabelle Mahardika dimana ya” 

“Oh pasien kecelakaan itu sudah dipindahkan keruang inap kamar 109 di lantai 6” jawab dokter Reynald ramah 

“Mari saya antarkan kesana” dokter Reynald beranjak dari sana menuju kamar pasien dengan diikuti  sepasang suami istri tadi.

      Setelah melewati 5 lantai gedung rumah sakit dengan menaiiki lift akhirnya merka sampai diruangan tersebut. 

“Ya ampun Abel hiks...” Reva menangis dalam peluakan suaminya tak sanggup meliahat anaknya terbaring lemas tak sadarkan diri diatas brankar rumah sakit 

“Udah jangan nangis Abel pasti sadar, dia pasti sembuh kok” sahut sang suami guna menenangkan istri.

“Menurut perkiraan kami pasien akan sadar dalam waktu dekat” dokter Rey membuka suara.

Tak lama setelah mereka masuk, suara rintihan dan jemari Abel bergerak pelan menandakan gadis itu sudah sadar.

“Aduh aku dimana” Abel mengaduh menahan rasa sakit dikepala dengan tangan kanannya.

“Kamu dirumah sakit nak, kamu kecelakaan” jawab Reva memberitahu.

“Minum” pinta Abel pelan, dengan garakan cepat Reynald membantu menduduki Abel dan menyodori air kepadanaya. 

“Alhamdulillah kamu sudah sadar” ucapan syukur yang keluar dari mulut dokter muda itu.

     Kini sudah terhitung 3 hari Abel dirawat di rumah sakit, biasanya orang tua Abel tetap berada di rumah sakit untuk menjaga Abel, tetapi tidak untuk hari ini. Karna hari ini mereka harus menghadiri pertemuan dengan klaen besnisnya. Dan menitipkan Abel kepada dokter Rey Pranata.

Suara dorongan pintu terdengar ditelinga Abel yang sedang duduk di sofa dengan selang infus yang masih melekat di tangan kirinya, dan memalingkan pandangannya kearah pintu masuk melihat siapa yang datang. 

“Wah dokter  ganteng toh yang datang” tuturnya senang.

Ternyata yang masuk keruangan nya iyalah dokter Reynald.

“Kenapa belum sarapan hem?” tanya nya pada Abel setelah melirik nasi diatas nakas masih utuh tak tersentuh

“Oke tapi dokter yang suapin ya” pinta Abel manja, remaja yang berumur 15 tahun itu. 

“Gak kamu makan sendiri udah besar juga” tutur Reynald pada Abel ketus. 

“Oh gak mau? aku bilangin papa nih” ancamnya sambil manaruh handpone berlogo apel itu di telinganya kanannya.

“Huh, iya iya, buruan.”helaan nafas dari dokter muda iti langsung mengambil posisi disamping Abel untuk menyuapi gadis itu makan.

Abel menerimasuapan dokter itu dan mengunyahnya lahap, biasanya ia tidak selahap ini bahkan mama atau papanya hampir selalu memaksanya agar mau makan.

“Kenapa lahap banget kamu makannya?” tanya dokter reynald heran” pasalnya 2 hari lalu orang tua gadis itu mengeluh padanya bahwa putri mereka susah di ajak makan. 

“Karena dokter ganteng yang suapin” Abel tesenyum senang karena nasi habis termakan 

“Aduh kekenyangan dok” adunya 

“Jangan pergi ya temenin Abel” pintanya saat melirik Reynald hendak beranjak dari duduknya.

Dokter Reynald tidak jadi pergi karena permintaan gadis manja itu, dan duduk kembali ditempat samula. Ditengah lamunan ia teringat percakapan antara dirinya dengan papa gadis itu semalam.

“Dokter Reynald” panggil Firman, saat ini mereka sedang berada di kantin rumah sakit. 

“Iya pak, kenapa ?” tanya Reynald melirik kearah Firman seperti ingin menyampaikan sesuatu yang penting. 

“Umur kamu berapa” 

“22 tahun pak, dan saya masih koas pertama” jawabnya 

“Saya minta tolong nak, jaga putri kami satu-satunya, rawat dia semampu kamu, dan jika kamu bersedia maukah kamu menikahinya, karena dengan kamu menikahinya kamu bisa menjaganya sampai kapan pun” pinta Firman papa Abel penuh harap.

“Maksud bapak bicara begini apa ya? Saya gak ngerti” ucapnya, masih ambigu dengan arah pembicaraan pak Firman.

“Lupakan saja kamu akan ngerti diwaktu yang tepat” jawab Firman dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

“Yasudah saya mau balik ke kamar, kamu ikut ? tanya papa Abel pada Reynald yang masih duduk.

“Tidak pak, duluan saja” tolak Reynald denga  senyum canggung, masih tidak ngerti dengan permintaan Firman 

“Aduh gue kudu gimana yah” monoloknya masih mencerna ucapan papa abel, 

 “Dokter”  panggil Abel keras, membuat lamuanan Reynald buyar seketika. Ia bangkit dari duduknya untuk kembali keruang pribadinya, karena ada yang harus ia selesaika.

Jam demi jam berlalu kini matahari sudah lempang berada di atas kepala para penduduk bumi, berbeda dengan Abel gadis remaja 15 tanhun itu sedang menunggu orang tuanya didalam kamar inapnya dengan bermain handpone di tangannya, saat sedang menggulir isi galeri hpnya, suara seseorang mengalihkan pandangannya. 

“Abel” panggil Reynald dengan nafas memburu, membuat Abel duduk tegak ditempatmya. 

“Apa dokter ganteng?” tanyanya dengan senyuman manis.

“Bel, mama sama papa” menjeda ucapannya 

“Kenapa dok, jangan digantung gitu dong ngomomgnya” tutur abel masih santai, sedangkan Reynald berjalan mendekati gadis itu. 

“Mama papa kamu meninggal” bisiknya ditelinga Abel, membuat Abel menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Reynald mendengar kabar kedua orang tuanya yang sudah tiada.

“Dok, ayo ketempat mama papa” pintanya dengan suara isak tangis dan air mata yang membanjiri pipinya 

“Iya, ayo” ajaknya membawa Abel menuju keruangan orang tua Abel.

 Setelah dibersihkan luka-luka akibat kecelakaan, jenazah orang tua Abel dibawa ke kediaman mereka untuk di shalatkan dan dikebumikan. Abel dan dokter Reynald pun ikut serta dalam mengantar kedua insan itu menujut tempat peristirahatan terakhirnya.

Ritual pemakaman orang tua Abel telah usai, dokter Reynald membawa kembali Abel kerumah sakit untuk dirawat lagi, sebab kondisinya yang kembali memburuk karena drop dengan musibah yang menimpanya.

 Hari sudah malam Abel berada di dalam kamar dengan ditemani dokter Reynald, dari siang tadi ia tidak berhehti menangis. Berbeda dengan sekarang, Abel yang dulu periang malam ini lebih banyak diam, tidak banyak tinggkah seperti biasanya. 

“Abel, tidur gih udah malam” Reynald membuka suara untuk menghilangkan keheningan, sedangkan Abel masih diam tak berkutik ditempatnya dengan pandangan kosong. 

“Bel, jangan diam kaya gini” pinta dokter Reynald, tampa diminta air mata Abel kembali meluruh membanjiri pipinya. 

“ Aku sendiri dok, Abel gak punya orang tua lagi” suara parau dari isak tangis Abel mendominasi kesedihan Abel malam ini. 

“Kamu kuat Abel, kamu masih ada saya” Reynald menenangkan Abel yang berada didalam pelukannya 

“Munggkin ini lah jawaban dari permintaan pak Firman 2 hari yang lalu” suara Reynald bermonolog dalam hati.

  Abel tertidur dalam pelukan Reynald karena lelah menangis semenjak siang tadi, setelah menidurkan Abel dibrankar, dokter Reynald keluar ruangan dan pulang.

Keesokan harinya Reynald datang kerumah sakit sedikit terlambat dari biasanya, begitu sampai di rumah sakit, ia langsung menuju kamar Abel dirawat, saat sampai disana nampaknya kamar itu sudah tidak berpenghuni, lagi dengan sprai yang sudah diganti petugas. Reynald sudah mencari keseluruh sudut ruangan itu, saat hendak keluar dari ruangan matanya menangkap selembar kertas yang terletak diatas nakas kamar inap. Dangan langkah cepat Reynald mengambil surat itu dan langsung membacanya.


     Teruntuk Dokter Gantengku 

Kalau dokter udah baca surat ini, berarti aku sudah pergi dari rumah sakit. Aku ingin melupakan kenangan yang amat sulit aku terima. Terima kasih dokter Rey sudah mau rawat dan jaga Abel. Aku gak tau apakah kita masi bisa berjumpa lagi ataupun tidak, yang pastinya aku udah sayang sama dokter, entah itu syang sebagai seorang kakak atau lebih aku tidak bisa memastikannya. Jangan cari Abel, Abel sudah pergi jauh sekarang, sekali lagi thank’s for you everthing my dokter. May be i love you, maaf ganjen pak dokter  i will miss you Reynald . 

Btw umur kita  gak jauh beda xi...xi...xi 

                                                                                                                                                           TTD

                                                          

                                                                                                                                  Arabelle mahardika

Dekter reynald membaca surat itu dengan perasaan haru dengan senyum mengembang yang sudah lama tidak iya terbitkan 

“kenapa harus pergi” ucapnya khawatir mengingat bagaimana ia bisa menjaga abel, jika abel pergi jauh dari jangkauannya. 

Sejak hari itu Arabella Mahardika dan Reynald Pranata tidak pernah berjumpa lagi hingga bertahun-tahun lamanya.

7 tahun berlalu......

Seorang pria dengan jas putih sedang duduk dikursi kebanggaannya yang telah menyelesaikan tuntas pendidikan kedeokteran dengan gelar spesialis yang di sandarkan dibelakang namanya. Ya dia Reynald pranata, pria berparas tampan dengan surat dari seseorang tujuh tahun silam ditangannya, sampai saat ini masih menunggu kedatangan seorang Arabella mahardika.

Suara seseorang yang masuk kedalam ruangan membuyarkan lamunannya. 

“Bro, makan siang” ajak Arga teman seperjuangannya 

“Yoi” sahutnya, mereka berjalan beriringan melewati banyak orang berlalulalang disepanjang lorong rumah sakit menuju restorant terdekat.

Tidak butuh waktu lama kedua pria ini sampai ke restorant yang sangat dekat dengan rumah sakit. Lalu mereka memanggil seorang pelayan untuk memesankan makanan yang mereka inginkan, sambil menggu pesanan datang mereka hanya duduk santai sambil berbincang – bincang  dimeja pilihan mereka. Dilain tempat seorang cewek dengan berpakaian putih hitam dengan topi kokinya sedang menyiapkan makanan yang dipesan pelanggan. 

“Akhirnya siap juga” monolognya, ia melirik kesekitar dapur tidak ada satu orang pun disana, alhasil harus dirinya langsung yang harus mengantarkan pesanan kemeja yang telah memesanya.

Ia berjalan dengan nampan pesanan di tangannya, hingga langkahnya terhenti di salah satu meja dan ternyata itu adalah meja Reynald dan Arga. 

“Apa meja ini yang memesan steak?” tanyanya, takut salah meja yang memesan 

“Iya”  suara itu membuat ucapan Reynald terjeda saat melihat orang yang mengantarkan pesanan mereka. 

“A-bel, ini kamu ?” tanyanya tak percaya. Arabella Mahardika orang yang iya cari bertahun-tahun kini didepan matanya. 

“Hah! bukan” elaknya takut, dan langsung menaruh nampan begitu saja, saat ia akan pergi, dengan cepat reynald mencekal lengan Abel dan tanpa persetujuan Abel ia membawa Abel menuju rumah sakit, lebih tepatnya keruang pribadi sang Dr. Reynald Pranata.

Sekarang gadis itu sedang diintrogasi oleh dokter pujaan hati. “Jawab, kenapa pergi tanpa pamit dengan saya” tanya Reynald meminta alasan serta jawaban dari Abel.

“Kenapa harus pamit dengan dokter sih, dokter kan bukan siapa-siapa Abel” jawabnya santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“Dulu memang bukan, tapi saya pastikan untuk kedepannya  kamu akan menjadi siapa-siapa di hidup saya” jawabnya panjang lebar, Abel yang mendengar ucapan Reynald tercengang sesaat.

“Maksud dokter apa? Aku gak ngerti” Abel masih tidak tau kemana arah pembicaraan Reynald.

“Saya akan menikahi kamu”tutur Reynald membuat Abel bertanya-tanya,

“Becanda nih, pak dokter”elaknya karena salting 

“Saya tidak becanda” Reynald menjawab.

“Kenapa tiba-tiba banget?” heran Abel,

“Karena jika tidak sekarang kamu akan menghilang lagi” sinis Reynald,

“Benar gitu ga sih?” tanya Abel belum puas dengan jawaban sang dokter pujaan,

“ Iyah benar, dan saya akan memenuhi amanah papa kamu yang dititpkan kepada saya, yaitu menikahi dan menjaga kamu” Reynald memberi penjelasan.

“Arabella Mahardika, maukah kamu menjadi pedamping hidupku” Reynald melamar Abel.

“Dokter ngelamar Abel?” tanya nya tak percaya 

“Iya, gimana ?” tanyanya menuntun jawaban Abel.

“Iya, aku mau” jawabnya dengan air mata menelesi pipinya, Abel menangis bahagia, mungkin ini hikmah tuhan mengambil orang tuanya dan sekarang tuhan menggantikan dengan sosok pengganti yang baik.

“Udah jangan nagis, minggu depan udah jadi istri saya,”ucapnya sambil menghapus air mata Abel dengan tangannya, Abel yang mendengar ucapan Dr.Reynald hanya tersenyem malu.

 Setelah satu minggu mempersiapkan persiapan resepsi dan sebagainya, pada hari ini 3 November 2021 pasangan Arabella Mahardika dan Dr. Reynald Pranata sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah. Ini lah kisah mereka berawal dari perjumpaan karena sebuah kecelakaan dan perpisahan karena sebuah kepergian, berpisah bertahun-tahun lamanya antara dua insan, akhirnya mereka bertemu dan bersama untuk menuntaskan perjanjian dengan berujung cinta.



"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.