SEPERTIGA MALAM - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


SEPERTIGA MALAM


Di malam yang sunyi

Aku terbangun

Melangkahkan kaki kecil ku

Di diiringi dengan basuhan air wudhu yang menenangkan

Ku bertakbir menyebut nama-MU

memantapkan hati ku untuk slalu mengingatMU

Rangkaian sholat pun terlaksana

Ku tadahkan tangan ku ke atas langit

Meminta sejuta ampunan kepada-MU

Menceritakan segala keluh kesah ku

Menggantungkan segala harapan ku

Berharap kau mendengar segala doa ku

Dan membiarkan air mata ini menjadi saksi sholat sepertiga malam ku



MY FIRST LOVE


Tak ada suara yang ku dengar

Ku lihat bulan yang menerangi malam

Serta taburan bintang sebagai pelengkap keindahan langit malam

ku rasakan hembusan angin dingin yang menusuk tubuh ini

Sejenak ku berfikir bagaimana kabar orangtua ku yang sedang bekerja

Mereka rela menembus segala keadaan

Untuk mencukupi segala kebutuhan

Mereka rela memeras keringat 

Untuk kebahagian anak anak nya

Wahai ayah....

Wahai ibu...

Ku lihat kulit mu yang semakin mengeriput

Ku amati rambut mu yang mulai memutih

Ada rasa takut yang menyelimuti diri ku

Aku takut belum bisa menjalankan tugas ku sebagai seorang anak

Mungkinkah saat kau pergi nanti kau masih bisa mewarnai hari-hari ku?

Aku tak bisa hidup tanpa mu

Karna motivasi hidup ku adalah diri mu

Kau adalah alasan untuk ku slalu bangkit

Karna lewat nasihat mu

Ku menjadi lebih baik

Lewat motivasi mu 

Ku tumbuh menjadi anak berprestasi

Lewat doa mu

Ku dapat menggapai kesuksesan ku

Wahai ayah ibu

You are my everything for me



SENDIRI


Deru angin membawa debu

Tetes embun yang jatuh ke bumi

Bagai diri yang menghilang

Tak lagi mengenal rasa

Perlahan ku hitung dengan seksama

Lentikkan jari jemari semakin terasa

Terasa cepat waktu berlalu

Akan kah waktu dapat terulang?

Hingga aku tak mengenal nya lagi

Hujan menangis

Teringat diri mu

Pikiran ku seakan melayang tak tau arah

Rasa rindu pun memekik hati 

Mata pun tak kuat membendung tangisan ini

Ingin ku berteriak kencang memanggil nama mu

Berharap kau datang ke sisi ku

Namun itu hanya angan 

Kini semua nya telah berubah 

Tak ada kamu yang menemani ku

Wahai sahabat

Kembalilah

Aku sendiri

Termenung merindukan mu

Angin..

Bisikan kepada nya

Aku sedang merindukan nya

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.