SENJA TERAKHIR - Kumpulan cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


SENJA TERAKHIR

WRITTEN BY Elsa Nurmala


Disebuah wisata alam kota terdapat dua insan yang sedang duduk bersebelahan dengan menutup mata dan tangan disatukan seperti memohon sesuatu. “huffft….” Lilin yang berbentuk huruf satu itu ditiup oleh dua orang remaja yang sedang dimabuk cinta ’’yeeee… selamat anniv yang pertama sayang”riang gadis dengan perawakan ideal dengan gigi kelinci yang terlihat saat tersenyum. “iya sayang.” Jawab lelaki yang berada di sampingnya kemudian mencium kening gadis itu dengan sayang. Mata Dhoni memancarkan kebahagiaan. “Dhon semoga hubungan kita langgeng terus yaa.”ujar Aurora dengan menyenderkan kepalanya didada bidang Dhoni selaku pacarnya. “Aamiin…” jawab Dhoni. “kita itu sama sama penggila senja. Hampir setiap hari pasti kita luangin waktu untuk duduk di sini. Dan bersyukur nya aku, kamu yang slalu menjadi teman aku di sini.” Ujar panjang Aurora. Dhoni hanya menanggapi dengan senyum kalem yang teduh. “dan semoga kita akan selalu seperti ini” sambung Aurora. “pasti.” Jawab singkat Dhoni.



Hari demi hari terus berjalan entah mengapa Aurora merasa Dhoni mulai berubah setiap harinya. Apa karena kita kelas dua belas ya terus Dhoni mulai sibuk juga?. Spekulasi dalam pikiran Aurora. Saat Aurora ingin berjalan Ingin menghampiri kekasihnya untuk mengajaknya menunggu senja seperti hari hari biasanya Aurora malah disuguhkan pemandangan yang membuat hatinya tertohok, namun Aurora tetap menguasai dirinya dan berjalan lurus menuju kearah Dhoni dan Annisa. “ehem ganggu nggak?.” Perkataan Aurora mengagetkan Dhoni dan Annisa yang sedang membahas sesuatu yang jelas Aurora tak mau tahu. “ehh Aurora.. nggak kok. Ada apa?.” Tanya Annisa dengan ramah. “aku boleh pinjem Dhoni nya sebentar nggak?.” Tanya Balik Aurora . “ahh ini kan pacar kamu. Ya udah aku ke kantin dulu ya.” Pamit Annisa dengan beranjak menjauh. Aurora duduk di sebelah Dhoni kemudian memperhatikan wajah Dhoni yang pucat pasi tak seperti biasanya yang walaupun kalem namun nampak cerah. “kamu sakit Dhon?.” Tanya Aurora lembut dengan tangan yang akan memegang dahi Dhoni. Namun sebelum tangan Aurora sampai sudah ditepis terlebih dahulu oleh Dhoni. “aku nggakpapa kok. Kamu ke kelasku mau apa?.” Tanya Dhoni. Hati Aurora sekarang benar benar sakit bukan hanya sepertinya namaun Dhoni sekarang memang sudah berubah. Aurora kuatkan hatinya. “eee.. sebenernya aku mau ngajak kamu buat lihat senja lagi udah dua bulan kita nggak kesana. Terakhir kali saat hari jadi kita yang kesatu. Kesana yaaa.” Mohon Aurora. “maaf aku nggak bisa Ra. Nanti ada les.”jelas Dhoni. “Dhonnn… aku nggak kenal Dhoni yang ini.” Ucap putus asa Aurora dengan lirih kemudian langsung beranjak keluar dari kelas Dhoni.



Kini Aurora sedang duduk di sudut kantin dengan segelas jus alpukat. Jus alpukat ia aduk aduk dengan tak berselera. Kekecewaan yang dibuat Dhoni kemarin menjadikan Aurora kacau. Saat Aurora terlarut dalam pikiranya entah dari mana Dhoni sudah duduk dihadapan Aurora. “Raa..?.” panggil Dhoni. Aurora terkejut namun sebisa mungkin tetap bersikap tenang. “apa?!.” Balas jutek Aurora. Yang sebernarnya dalam hatinya sudah menggebu gebu. “nanti pulang sekolah jangan pulang dulu. Aku  mau ngomong sesuatu dulu sama kamu. Nanti di belakang sekolah yaa.” Jelas Dhoni. Semakin menggebu gebu hati Aurora yang ada dipikiranya hanya apakah Dhoni ingin memberikan kejutan dan meminta maaf?. “yaa..’’ jawab sok jutek lagi oleh Aurora. “ ya udah aku ke kelas dulu. Jus nya jangan di aduk aduk terus dong sama di minum. Bel masuk udah mau bunyi.” Ujar Dhoni dengan senyuman. “iyaa..” jawab Aurora dengan kalem karena Dhoni sudah mulai mau perhatiaan kembali kepadanya



Bel pulang berbunyi dengan nyaringnya semua murid berhamburan keararah gerbang untuk bisa segera pulang, namun tidak dengan Aurora karena janjinya dengan Dhoni. Iapun berjalan kearah belakang sekolah. Ternyata Dhoni sudah berada di sana terlebih dahulu berdiri dengan membelakangi Aurora. “Dhon..” panggil Aurora pelan. “ehh Aurora udah sampai yaa.” Kejut Dhoni dengan senyum canggung. “kamu ngajak aku kesini mau apa?.” Tanya to the point Aurora. Dhoni menghela napas panjang tatapan matanya melembut bahkan berubah sendu . perasaan Aurora menjadi tak enak. “maaf.” Tutur singkat Dhoni dengan menundukkan pandangan. Aurora mengerutkan dahi dengan suasana yang sangat melankolis ini. Mungkin Dhoni merasa sangat bersalah dan bersungguh sungguh meminta maaf padanya, pikirnya. “maaf untuk semuanya Ra, maaf…, aku minta maaf.” Ujar Dhoni dengan berulang ulang. Aurora hanya diam menunggu kelanjutan dari ucapan Dhoni. “ maaf untuk semuanya. Aku pikir hubungan kita sampai sini aja. Kita udah sama sama kelas dua belas udah sama sama sibuk dan nggak ada waktu satu sama lain.” Ujar Dhoni serius. Aurora seketika menjadi kelu untuk berkata kata. Pikirnya pertemuan ini adalah kabar gembira namun ternyata mimpi paling buruk yang pernah Aurora alami. Aurora hanya diam sampai Dhoni berujar “ sukses buat UN nya Ra.” Kemudian beranjak pergi meninggalkan Aurora dengan penuh luka. “ karena kita kelas dua belas? Sama sama tidak ada waktu? Cuma kamu Dhon yang nggak ada waktu buat aku.” Gumam aurora pilu. Saat pulang pun Aurora kehujanan di jalan yang menambah semuanya Nampak begitu buruk.



Akibat kehujanan kemarin Aurora kini terserang flu. Sebenarnya hari ini Aurora tak ingin berangkat sekolah namun berhubung hari ini ada tryout mau tidak mau Aurora tetap ke sekolah. Soal kejadian kemarin juga yang membuat Aurora tak bersemangat namun Aurora tetap berpikiran positif bahwa apa yang diucapkan Dhoni ada benarnya. Aurora ingin pergi ke perpustakaan sekolah untuk meminjam sebuah buku untuk membantu belajarnya. Ia harus bisa lebih giat untuk bisa mendapat nilai bagus dan mungkin bisa sedikit melupakan Dhoni dalam benak dan hatinya. Namun di ambang pintu perpustakaan Aurora berhenti melangkah karena melihat Dhoni dan Annisa yang sedang didalam dengan duduk bersebelahan. Hatinya kembali merasakan nyeri ia berjalan mundur mengurungkan niatnya untuk meminjam buku.Aurora tak kuat melihatnya iapun pergi tergesa ke toilet untuk menangis menumpahkan apa yang rasa rasanya menyumbat hatinya. Sekarang Aurora merasa dibodohi. Dhoni bilang karena kita udah kelas dua belas agar lebih sukses dalam UN namun apa yang di lihatnya. Spertinya memang Dhoni sudah bosan dengan Aurora, batinya. Setelah puas menangis Aurora menyemangati dirinya sendiri bahwa ini merupakan jalan yang paling baik dari Tuhan untuk hidupnya. Annisa gadis pandai,cantik, ramah mungkin lebih baik di sandingkan dengan Dhoni daripada dirinya. Yang bisa dikatakan beruntung bisa mendapatkan Dhoni.



Hari terus berjalan, Aurora menjalani hari harinya dengan belajar,belajar,dan belajar tanpa henti. Pemandangan Dhoni dan Annisa yang slalu Nampak mesra di setiap harinya sudah biasa di pandanganya, yaa pandangan Aurora namun tidak dengan hatinya yang masih menyuarakan rasa sakit yang begitu dalam. Tapi anehnya sudah terhitung tiga hari Aurora tidak melihat Dhoni dengan Annisa atau di mana pun itu. Namun apa peduli Aurora sekarang toh Aurora bukan siapa siapanya. “Raa..” panggil seseorang yang membuat kesadaran Aurora kembali. “ehh apa?.” Kaget Aurora. “maaf ngagetin.” Sesal Annisa. Aurora shock hatinya tiba tiba sakit saat melihat Annisa berada di hadapanya. Aurora pun segera bergegas pergi berniat untuk tak mau berurusan dengan apapun yang berhubungan dengan mantanya itu. “sebentar. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat Ra.” Tutur Annisa. “maaf aku lagi banyak urusan .” bohong Aurora dengan jutek. Annisa menghela napas panjang dan langsung menyeret Aurora ke parkiran sekolah. “looo kamu kok maksa sih nis.” Ucap Aurora dengan kesal. “udah ikut aja.” Paksa annisa. Saat Aurora ingin membuka pintu mobil ternyata mobinya sudah di kunci oleh Annisa. Annisa mengendarai mobinya dengan kecepatan di atas rata rata yang membuat Aurora sedikit takut “pelan pelan nis.”



Tiga puluh menit untuk bisa sampai ketempat tujuan yang ternyata rumah sakit.”loh mau apa kita kesini. Siapa yang sakit nis?.” Cerocos Aurora. “nanti kamu tahu sendiri. Ayoo.” Ajak Annisa dengan membawanya ke kamar dengan nomor  033. “masuk Ra..” perintah Annisa pelan yang langsung di turuti oleh Aurora yang perasaan nya sudah tak karuan. Aurora masuk dengan perlahan dan berhenti di samping bangsal dengan seseorang yang terbaring lemah dengan banyaknya alat terpasang di tubuhnya. ‘’Dhoni?.” Tanya Aurora dengan bergetar. Entah kapan masuknya Annisa sudah berada di samping Aurora “yaa Dhoni, seseorang yang sangat sangat mencintai mu Ra.” Aurora pun menoleh kearah Annisa “bukankah dia pacarmu?” tanya Aurora penasaran yang dijawab gelengan oleh Annisa “dia sepupuku Ra.”. “maksudnya? Jadi selama ini?.” Bingung Aurora. “Dhoni Cuma pengen liat kamu baik baik aja saat dia udah nggak ada karena penyakitnya Ra. Sebenernya udah lama Dhoni ngidap penyakit ini.” Menangis,hati Aurora rasanya pedih, sakit sekali. Dhoni selama bersam nya tidak pernah bercerita apa apa tentang sakitnya namun sekarang apa ini. Waktu bergulir dengan Aurora diam seribu bahasa dan Annisa yang menatap Aurora dengan prihatin tidak lama Dhoni bangun dari tidurnya yang membuat Aurora dan Annisa mendekat dan antusias. Dhoni menatap Annisa, Annisa yang paham pun memberi waktu untuk Aurora dan Dhoni. “Raaa..” ucap pelan Dhoni. “ iya ada apa?.” Balas Aurora tak kalah pelan. “jangan Nangis.” Tutur Dhoni dengan senyuman lemah. “aku nggak nangis, ayo cepet bangun cepet sembuh trs kita liat senja lagi. Udah lama banget kan kita nggak liat?.”  Ucap Aurora dengan pura pura tegar dan senyum yang di buat ceria.  “ aku minta maaf  Ra, kalau aku nggak bisa nepatin janji untuk slalu jadi temen kamu untuk liat senja di setiap harinya.”. “ kamu ngomong apa sih Dhon. Kamu harus optimis kamu pasti bisa sembuh.” Tutur Aurora pilu. Dhoni hanya tersenyum dan berkata “ kamu cantik hari ini. Aku sayang banget sama kamu. Kamu harus janji sama aku untuk bisa jadi dokter di masa depan dan hidup dengan lebih baik lagi dengan atau tanpa aku sekalipun ya Ra.”Dhoni tersenyum kemudian memejamkan matanya. Aurora melebarkan matanya. “Dhonnnn Dhonnniii…” teriak Aurora dan mengundang  Annisa masuk kemudian berlari keluar lagi untuk memanggil dokter. Namun semua sudah garis takdir yang Maha Kuasa. Dhoni sudah berada dalam tempat yang sangat indah di sana.

Pedih, satu kata yang bisa menggambarkan mata dan hati Aurora. Bukan hancur karena masih ada janji  Dhoni yang harus ditepati oleh Aurora



Setelah acara pemakaman Dhoni selesai Aurora memutuskan untuk pergi ke tempat biasa ia dan Dhoni melihat senja. Aurora naik ke gazebo tempat biasanya. Kemudian menunggu senja Nampak di langit dengan warna  keorange nanya. Biasanya ia berada dalam dekapan hangat Dhoni namun sekarang hanya angin yang meniup sepoi sepoi. Saat senja mulai terlihat Aurora merasakan kehadiran Dhoni dengan senyum teduh kearahnya. “ mungkin senja tak mengizinkan selamanya kita bersama tapi mungkin surga tempat kita menetap berdua.” Ucap lirih Aurora"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.