Senja dan Kenangan - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Senja dan Kenangan

Karya: Veronika Supatmi/YumyBlue


               Hamparan pasir putih yang terbentang luas terlihat di mataku, dengan birunya laut ditambah semburat jingga langit yang begitu indah. Semburat jingga langit yang lebih dikenal dengan nama senja, banyak orang menyukai senja dan aku adalah salah satu diantara mereka. Senja yang dilihat di pantai dengan ditemani suara desiran ombak merupakan hal yang begitu menenangkan hati , disini di pantai ini tempat aku menikmati keindahan senja dalam beberapa tahun terakhir ini.             

            Tempat yang penuh dengan  kenangan persahabatan kami, pantai yang dulu penuh canda tawa kebahagiaan saat kami berkumpul tapi kini berubah menjadi penuh kenangan setelah kepergian salah satu diantara kami. Masih segar dalam ingatanku, semua  kenangan itu ketika masih bersama sama dengannya. Tentang dirinya yang selalu tersenyum bahagia, dia yang selalu tertawa ceria , yang selalu mendengarkan curhatan sahabat-sahabatnya, dan dia yang bahkan tanpa mengeluh bersahabat dengan kami. Walaupun dia yang paling pendiam diantara kami ,tapi dia punya sesuatu yang membuat kami para sahabatnya  nyaman dengannya. Gadis yang penuh dengan kata bijaknya itu telah membuatku sadar, seseorang yang terlihat baik baik saja itu sebenarnya dia yang paling terluka.           

             Kami para sahabatnya tidak pernah tahu jika Zeva sahabat yang paling kami sayangi punya luka yang membuatnya menjadi depresi, aku tahu jika keluarga Zeva berantakan dengan kedua orangtuanya yang sudah berpisah, tapi semua cerita itu terjadi ketika aku dan Zeva masih kecil. Selama ini Zeva tidak pernah memperlihatkan rasa sakit dan depresinya, dia begitu handal memakai topeng seolah dirinya baik baik saja. ""Va kenapa kamu meninggalkan aku secepat itu? Ini sudah 4 tahun tanpa dirimu Va."" Tanpa terasa air mataku menetes, aku rindu Zeva. 

            Aku teringat kenangan terakhirku dengan Zeva, sebelum berita itu aku dapatkan. Di pantai ini , juga  pemandangan yang sama dengan yang aku lihat saat ini. Waktu itu, aku dan Zeva baru pulang belajar bersama. Dia mengajakku kemari.

""Ini sudah sore Va,tidak dicari bunda mu?""

""Tidak Vi, bunda masih kerja di Bandung. Apa kamu lupa?"" Aku lupa bunda Zeva yang bekerja sebagai seorang desainer itu, pasti beberapa bulan sekali akan meninggalkan Zeva bekerja ke luar kota ataupun ke luar negeri. Sore itu kami berdua duduk dipinggir pantai, memandangi keindahan senja.

""Vi aku rindu Kak Nico."" Kak Nico yang merupakan kakak satu satunya Zeva telah meninggalkan Zeva untuk selamanya saat Zeva masih SMP.

""Kak Nico udah bahagia di sana Va, dia juga pasti merindukan kamu.""

""Jika suatu saat nanti aku menyusul Kak Nico, gimana Vi?""

""Hush kamu ini bilang apa sih,jangan aneh aneh Va. Iya memang benar kematian seseorang tidak ada yang tahu, tapi setidaknya kita yang masih diberikan kesempatan oleh Tuhan harusnya menikmati hidup dan jangan lupa bersyukur."" Aku tidak tahu jika saat itu perkataan Zeva benar - benar menjadi kenyataan.

            Setelah pembicaraan itu, sikap  Zeva menjadi aneh. Dia seringkali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, namun diantara kami tidak ada yang tahu Zeva sakit apa. Siang itu setelah pulang sekolah, kami memutuskan untuk pergi ke rumah Zeva. Setelah sampai disana, kami tidak menemukan Zeva bahkan dengan bunda nya sekalipun. Di rumah Zeva hanya ada pembantunya, yang mengatakan kalau dia tidak tahu Zeva dan bunda nya kemana atau bagaimana keadaan Zeva. Pembantunya  malah menyuruh kami segera pergi seolah dia menyembunyikan sesuatu tentang Zeva , disitulah kami merasa aneh dengan sikap pembantu rumah Zeva.Saat kami akan pulang, Kayla mendapatkan telepon dari kakak perempuannya. Kak Hani, yang merupakan kekasih Kak Nico sebelum kecelakaan itu terjadi.

""Dik kalau kamu sama sahabat- sahabat mu masih mencari kabar Zeva, kakak punya kabar tentang Zeva.""

""Apa kak?""

""Zeva sekarang berada di rumah sakit,  kemarilah kakak juga disini. Nanti kakak jelaskan."" Setelah mendengar kata rumah sakit, pikiran kami sudah kemana-mana. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Zeva?.

           Setelah sampai dirumah sakit, bukan sebuah penjelasan yang kami dapatkan. Di sana Bu Airin, bunda Zeva menangis di pelukan Kak Hani. Dimana Zeva sahabatku? aku tak sanggup untuk melangkah masuk ruangan yang ditunjuk  Kak Hani, begitu pula Cherry, Imelda dan Kayla. Perasaan kami sudah tak mengenakkan, dan benar yang ada dalam benak kami. Disana didepan mata kami Kak Brian yang merupakan tunangan Zeva, menangis memeluk tubuh kaku Zeva yang kini berwajah pucat. Disitulah dunia kami terasa runtuh, hari itu Zeva meninggalkan kami tanpa sebuah penjelasan yang keluar dari mulutnya. Hari itu kami kehilangan salah satu sahabat yang paling kami sayangi, hari itu sahabat yang paling dekat denganku meninggalkan kenangan kami.

            Setelah pemakaman Zeva, akhirnya kami mendapatkan penjelasan dari Kak Brian.

""Zeva menderita depresi setelah kematian Kak Nico, kalian pasti sudah paham terlebih dengan latar belakang Zeva. Dia mungkin terlihat kuat, tapi sebenarnya Zeva adalah gadis yang lemah. Seharusnya depresi Zeva sudah sembuh, namun ada sesuatu yang membuat depresinya kembali. Dokter  mendiagnosa Zeva terkena kanker otak stadium tiga, itulah yang membuatnya dirinya kembali depresi. Segala cara telah kami tempuh untuk pengobatan Zeva, tapi dia selalu menolak kemoterapi karena tak ingin kalian tahu dengan keadaan dirinya yang sebenarnya. Dia sangat pintar menyembunyikannya rasa sakit, bahkan dengan diriku ataupun dengan bunda nya. Akhir-akhir ini sakit Zeva sering kambuh dan sering bolak-balik ke rumah sakit, beberapa hari yang lalu saat sakitnya kambuh kami membawa Zeva ke rumah  sakit. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini sudah menjadi takdir Tuhan. Aku sendiri tidak percaya, perempuan yang aku cintai  meninggalkan aku duluan. Karena itu, aku dan keluarga minta maaf sebesar-besarnya jika selama ini Zeva punya salah pada kalian. Kalian harus kuat, Zeva sudah tenang di sana dan tak merasakan rasa sakit lagi."" Kak Brian berkata seperti itu dengan senyuman yang sangat jelas dipaksakan, kami mengerti perasaan terpukul Kak Brian.

""Iya Kak,kami kaget saat mendengar berita ini. Tapi kami bahagia jika Zeva tak lagi merasakan rasa sakit dan tekanan, kami juga minta maaf jika kami telat menyadari bagaimana penderitaan Zeva selama ini. Saya mewakili sahabat-sahabat  mengucapkan belasungkawa sebesar-besarnya, semoga arwah Zeva diterima disisi Yang Maha Kuasa dan dilapangkan kuburnya."" Cherry yang memiliki kontrol diri yang lebih baik ketimbang kami,mewakili untuk berbicara pada Kak Brian. Kami bertiga tak sebaik Kak Brian atau Cherry yang masih berpura pura tegar. Saat itu aku melihat Bu Airin adalah sosok yang sangat terpukul dengan kepergian Zeva, aku paham itu apalagi beliau jarang ada untuk Zeva dan kini beliau malah harus kehilangan dua anaknya.

             Aku menangis mengingat semua penjelasan Kak Brian dan bagaimana keadaan Bu Airin saat itu, ini sudah empat tahun tapi semua kisah menyakitkan itu tak bisa aku lupakan. Bahkan yang paling aku saluti sampai sekarang, cinta sejati antara Kak Brian dan Zeva yang  begitu kuat. Kak Brian memutuskan akan tetap mencintai satu perempuan yakni Zeva, dia mengatakan tak akan pernah pacaran atau bahkan sampai menikah dengan perempuan lain. Bu Airin juga memutuskan mundur dari pekerjaannya dan memilih di rumah saja, mungkin beliau menyesali semua yang terjadi selama ini.

            Aku kaget ketika seseorang menepuk pundak ku.

""Astaga Cherry membuatku kaget, kamu disini?""

""Maaf Vi, menurutmu. Aku sudah mencari mu ke rumah, tapi tidak ada. Aku ingat hari ini hari apa, aku yakin kamu disini jadi aku kemari. Ini udah menjelang malam lho,kamu ngga pulang?"" Hari ini memang peringatan kematian Zeva dan ini kebiasaan ku selama ini. Asik melamun, aku sampai tak sadar jika waktu bahkan sudah menjelang malam.

""Bentar lagi Cher, aku masih rindu Zeva.""

""Zeva pasti sudah bahagia disana Vi, ini sudah 4 tahun aku pun rindu padanya. Zeva yang selalu memotivasi diriku meraih cita citaku sekarang, aku tak ingin para remaja terutama korban broken home merasakan hal seperti Zeva. Mereka yang selalu terlihat baik baik saja, tapi nyatanya mereka menyembunyikan luka mental yang begitu menyakitkan."" Aku tersenyum, itulah Cherry yang kini kuliah jurusan Psikiater karena alasan yang mulia.

""Cher ayo selamanya kita wujudkan permintaan Zeva."" Aku dan Cherry saling menatap sebentar.

""Jangan pernah melupakan persahabatan ini sampai selamanya. Ingatlah bahwa senja bukan hanya tentang keindahan alam, tapi juga mengajarkan tentang arti sebuah persahabatan yang indah dan pasti akan dikenang selamanya."" Kami berdua mengucapkan secara bersamaan, yang membuat kami saling mengumbar senyuman.

             Aku pulang dengan rasa lega, rasa rindu ku dengan Zeva sudah terobati. Zeva terimakasih sudah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan ini, terimakasih sudah membuatku tahu arti sebuah persahabatan sejati. Terimakasih juga untuk senja yang  telah menjadi saksi persahabatan kami. Senja dan kenangan tidak akan pernah bisa terpisahkan, karena dibawah senja itulah sebuah kenangan dibuat."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.