Sebuah Kisah tentang “Merelakan” - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Sebuah Kisah tentang “Merelakan”


Datang akan pergi. 

Lewat kan berlalu. 

Ada dan tiada. 

Bertemu akan berpisah.

Sepenggal lirik lagu dari Endank Soekamti berjudul “Sampai Jumpa”. 

Lirik lagu itu  seperti memberi peringatan padaku bahwa semua yang datang akan pergi dan satu kata yang tersisa kita harus bisa “Merelakannya”. 

Saat pertama kali bertemu denganmu di sebuah Universitas Negeri di ibu Kota, memang tidak ada yang spesial. Tidak seperti di drama korea atau bahkan cerita dongeng kerajaan. Namun, setelah mengenalmu lebih lama maka tak bisa ku menolak gemuruh hati ini untuk mengatakan bahwa... “Yes, I’m Falling in Love With You”. Bodoh, sangat bodoh mengapa baru sekarang aku merasakannya ?. Disaat kita brdua telah menginjak semester tujuh, yang seharusnya fokus pada laporan akhir. Namun, kehadiranmu dalam hati ini sungguh tidak kusangka, kau hadir tepat pada waktunya, kau hadir mengisi hatiku yang baru saja terluka. Senang ? tentu saja, kehadiranmu tidak bisa ku tolak. Seorang Rena Alma Putri kini sedang merasakan jatuh cinta kembali, dengan waktu yang sesingkat itu.

Kejadian itu bermula saat dia menghubungiku via pesan online.

“Lo kenapa lagi ?, kan udah gua bilang. Cowo kaya gitu jangan dipertahanin, kaya ga ada cowo lain aja si !, malam ini kita jalan biar lo nggak sedih lagi”. Suara dibalik telfon itu seketika membuatku tenang, air mata yang mengalir seakan berhenti. Ajaib !.

 Dua minggu berjalan, apa apa ini ? kenapa bisa nyaman ? mantra apa yang dia beri ?.

Duniaku tak lagi memikirkan pria yang telah menyakitiku, yang selalu membuatku menangis karenanya. Duniaku kini jauh lebih baik, kehadirannya sangat berkesan bagiku.

“Farel” 

Yaps, namanya Farel Yudistira, pria yang tidak terlalu tampan, juga tidak terlalu tinggi, berkacamata, berkulit sawo matang, namun memiliki sisi lembut dibalik karakter betawinya, hahha iya, saat berbicara sedikit ngegas. 

“Rel, besok ada acara nggak ?” tanyaku lewat pesan online.

“Hmmm, nggak ada kayanya, kenapa ?” balasnya.

“Bagus, temenin gue ya, nanti gue kasih sharelocnya”.

Tanpa penolakan apapun, dia mengiyakannya. 

Dia ada saat kubutuhkan, saat dia berbicara diatas motor...

“Cewe tuh lebih baik menggunakan baju syar’i kaya gamis atau rok, ya alasannya simple agar terlihat indah, anggun dan ini paling penting baik untuk kesehatan”.

Kata-katanya itu membuatku ingin merubah cara penampilanku keesokannya. Benar saja, saat aku datang kekampus dan bertemu dengannya. Dia berkata..

“Al, lo lagi kesambet apaan si ?, tumben amat pake gamis hari ini ?” tanyanya bingung.

“Hahah apaan si, lagi pengen aja” jawabku singkat dan sedikit salting.

Ternyata, memakai pakaian seperti itu, membuatku nyaman. Maka hari-hari berikutnya, kuputuskan untuk memakainya. Entah dia sadar atau tidak tapi kutak peduli, memang awalnya kumerubah penampilanku hanya untuk mendapatkan simpatik darinya, tapi kutersadar itu tidaklah baik.

Setelah beberapa hari bersamanya hingga suatu ketika aku memberanikan diri untuk jujur padanya.

“Rel, gue lagi baper sama orang nih “ tanyaku saat berboncengan dengannya.

“Sama siapa ? jangan bilang sama gua ?” 

“Kalo iya gimana ?”

“Al, kan lo tau, kalo lo itu temen baik gua banget, kenapa harus bapernya sama gua ?, kita kan friend banget Al” 

Mendengar penjelasannya, membuat hatiku sakit untuk kedua kalinya, otak ini berputar sangat cepat. Seakan tubuh yang awalnya bekerja normal kini berantakan dan rasanya ingin menghilang. 

“Hahaha, ya bukanlah !” jawabku palsu.

Kini air mata yang tak kurindukan kembali hadir membasahi pipiku, bergilir turun dan terbuang begitu saja. Kini, aku harus apa ? apa harus berkata jujur ?, tidak aku tidak siap jikalau dia benar-benar ninggalin aku, kurela jika aku harus berpura-pura dihadapannya, menganggapnya teman seperti dia menganggapku. Aku hanya butuh seseorang untuk bisa menceritakan kisahku ini. Lisa Anggraeni, wanita yang sudah kuanggap sahabat, kupercaya padanya, segala kisah kuceritakan padanya. Seperti kisah yang pelik ini. Ku coba menghubunginya melalui telfon seluler, dengan cepat ia mengangkat telfonku.

“Lis, mau curhat (emot nangis)”.

“Ada apa Al ? kamu nangis ?” jawabnya fast respon.

Malam itu juga aku ceritakan semuanya, menangis hal yang sudah tidak asing bagiku. Lisa, dia berusaha untuk menghiburku...

“Udah Al, masih banyak cowo diluar sana, btw aku punya stok cowo banyak nih, kali aja mau gitu kan wkkw” 

Kata-katanya membuatku sejenak melupakan sakit hatiku dan berbincang hal lain dengannya.

Hingga suatu ketika, aku mendapatkan info bahwa Farel berusaha untuk mendekati Lisa, kecewa ? tentu saja, bahkan lebih dari itu. Ternyata saat aku menceritakan bahwa aku telah menaruh hati pada Farel, maka saat itu juga Farel telah mengisi hati Lisa. Lalu, aku tau info darimana ? apa Lisa yang menceritakannya ? tidak dia menutupinya karena takut jika persahabatan kita akan hancur, takut jika aku mengetahuinya aku akan menjauhinya, tidak akan bercerita lagi padanya. 

Hubunganku dengan Lisa memang bisa dikatakan sangat akrab, bahkan apapun masalah yang ada padaku akan kuceritakan padanya. Sebab itu aku kecewa padanya, namun kuakui ini tidak sepenuhnya salah Lisa, dia hanya ingin menjaga perasaanku agar tidak terluka. Lisa sosok wanita yang cantik, pendiam, manis, dan juga agamis, lihat saja penampilannya kriteria Farel banget. Yaps, dia berbusana syar’i baju gamis dan berkerudung panjang, pria mana yang tidak tertarik padanya.

“Al maafin aku ya, Al, aku mundur deh kalo memang kamu mau berjuang untuk dia”

“Ga perlu, lagian jika gua berjuang tapi dianya tetap berjuang untuk lu, bukannya gua tambah sakit ?, tenang aja gua juga ga bakal cuekin lu ko, gua lebih baik pilih sahabat dibanding cinta yang tak pasti !, satu pesan gua, jangan sampe info kaya gini gua tau dari orang, gua pengen lo yang harus menceritakannya ke gua langsung!”. Ancamku padanya.

Lisa sosok wanita yang cantik, pendiam, manis, dan juga agamis, lihat saja penampilannya kriteria Farel banget. Yaps, dia berbusana syar’i baju gamis dan berkerudung panjang, pria mana yang tidak tertarik padanya. Setelah kejadian itu, apa semua berjalan baik ? jawabannya tidak. Setiap kali bertemu dengan mereka aku harus memakai topeng. Sampai pada suatu ketika didalam benakku terlintas..

Sudah cukup, waktunya berhenti sejenak dalam ke pura-puraan ini.

Luka seperti apa yang membuatmu menebar senyum palsu itu ?

Tertawa paling keras tapi menangis dalam kesunyian.

Pasti berat ya ? dipaksa senyum saat hati ini penuh luka.

Pasti sakit ya ? harus berbohong pada diri sendiri.

Seolah bermain peran dalam sebuah pertunjukkan dihadapan orang banyak, mendalami karakter dalam sebuah seni peran. Hingga lupa mana wajah yang sesungguhnya. 

Hanya sebuah kata “Merelakanlah” yang sekarang bisa ku lakukan. 

Lagi-lagi merelakan seseorang yang belum sempat ku dapatkan. Dipaksa oleh keadaan untuk berhenti berjuang. Mengikhlaskan dan melihatnya bahagia dengan pilihannya. Kini lagu “Sampai Jumpa” benar-benar terjadi padaku.

Kau datang dan kini kau pun pergi. Bertemu dan akan ada saatnya berpisah. 

Ku simpan semua kenangan yang kau berikan padaku, semua kebaikanmu, semua nasihatmu, semua yang ada pada dirimu akan menjadi kenangan yang paling berharga dalam hidupku. Terimakasih atas semuanya, sekarang hingga nanti kau adalah kisah yang paling indah dan berkesan dalam sejarah perjalanan hidupku.

Namun, kisah ini belum sepenuhnya berakhir, setelah mengetahui segalanya. Ternyata, aku tidak bisa jauh darinya secepat itu.

Bahkan karakter itu telah melekat pada diriku seakan dihadapannya tidak ada yang tersakiti, mendengarkan dia bercerita tentang kedekatannya dengan sahabatku, membuatku itu adalah hal yang sudah biasa. 

“Al, menurut lo, Lisa suka balik kegua nggak ya ?” dia mengirimkan pesan via online padaku.

Pertanyaan itu membuatku sesak, namun harus tetap ku jawab bukan ?

“Gua rasa si nggak secepat itu, ada hati yang tersakiti dulunya, maka dari itu harus lo obati dulu lukanya”. Jawaban yang benar-benar mendukung hubungan keduanya.

Entah sampai kapan topeng ini akan terus melekat pada wajahku. Sampai aku dan dia sudah tidak saling bertemu ? atau mungkin hingga tidak saling mengenl ?, namun, yang terpenting sekarang adalah selagi dia tak menjauh dariku, semua akan baik-baik saja.

 “Merelakan yang terkasih demi sahabatku adalah caraku saat ini”. End. 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.