PERPISAHAN - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 PERPISAHAN


Taganku peluk tubuh hangatnya.

Lisanku kecup dahi halusnya.

Jemariku usap wajah cantiknya.

Pandanganku tatap mata indahnya.


Aku pun berbisik “ sudah saatnya “.

Dunia sudah tak ada pantasnya.

Bagi seorang ratu cantik tiada tara.

Bagai bunga yang bermahkota.


Sehelai rambut menyentuh wajahku.

Seakan sentuhan terakhir karena tangannya membeku.

Keringat dan air mata menjadi satu.

Karena hati ini tak kuat menahan pilu.

Yang akan berujung pada rindu.


Kalimat do’a seakan penuh dengan namanya.

Terus terulang tak terhingga.

Semoga sang pencipta memeluknya.

Karena tak lagi aku bisa.


Langit menangis menjatuhkan airnya

Bumi berduka membuka tanahnya

Pohon bersedih menggugurkan daunnya.

Sang selir hati pergi dan tak kembali.


Iringan teman berjalan mengantarkan badan.

Satu kali berkata semoga dia bahagia.

Tubuh pengantar mulai bergetar.

Seakan ingin waktu kembali berputar.

PAGI KAN DATANG LAGI

Canda tawa terlaksana tanpa paksa.

Dimulai saat fajar berakhir saat senja.

Langkah langkah cepat ke arah tempat tinggal.

Langit yang jingga semakin dikenal. 


Obor kayu mulai membara.

Tanda sang surya harus ke asalnya.

Langit seakan terpejam tuk sementara.

Jadilah rembulan penerang sesungguhnya. 


Semakin hitam langit diatas.

Bintang berkelip sebagai penghias.

Rumah kayu yang sedikit beralas.

Tempat kami tertidur pulas. 


Rintik hujan dingin suasana.

Tak terkira tiba tiba ada.

Malam ini jadi pintasan.

Bertemu pagi penuh keceriaan.



HUJAN


Tetes air menyentuh bahu gagahnya seorang raja.

Tanda tanya yang sirna muncul begitu saja 

Bersamaan dengan perintahnya. 


Suara langkah kuda pun berbunyi untuk mengiringi sang putri.

Kuda meringkik tanda terik sudah ditarik.

Suara kilatan melebihi suara pecahnya cawan. 


Para prajurit mulai mengatur posisi.

Seakan mengawasi apa yang akan terjadi.

Sang putri selalu dalam tirai besi.

Bersama dayang dayang yang selalu mengabdi. 


Berawal dari ujung rambut.

Berakhir di ujung kaki.

Ada yang turut menyambut.

Ada yang berlari lari. 


Pepohonan mulai bergoyang.

Tanda bertemu sang angin yang datang.

Cipratan mengenai selendang.

Dengan tanda gelap bisa dipandang. 


Semakin ramai air turun.

Hentakan genting semakin tak terhimpun.

Bagi padi ini adalah janji langit yang pasti.

Bagi ternak ini yang harus dihindari. 


Bumi semakin terasa dingin.

Bagi telapak yang menjejak dengan INGIN.

1000 kendi mulai terisi.

Atas peduli fungsi nanti.



PAGI KAN DATANG LAGI


Canda tawa terlaksana tanpa paksa.

Dimulai saat fajar berakhir saat senja.

Langkah langkah cepat ke arah tempat tinggal.

Langit yang jingga semakin dikenal. 


Obor kayu mulai membara.

Tanda sang surya harus ke asalnya.

Langit seakan terpejam tuk sementara.

Jadilah rembulan penerang sesungguhnya. 


Semakin hitam langit diatas.

Bintang berkelip sebagai penghias.

Rumah kayu yang sedikit beralas.

Tempat kami tertidur pulas. 


Rintik hujan dingin suasana.

Tak terkira tiba tiba ada.

Malam ini jadi pintasan.

Bertemu pagi penuh keceriaan.







"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.