PELAKON - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "PELAKON

Karya : Masyitah


Berdasi lihai mencuri

Berbaju safari bersembunyi belati

Ada juga bersayap malaikat berperilaku laknat

Langkahmu sarat akan khianat


Wahai kalian para pelakon hebat

Ini hanya muslihat atau memang tabiat

Menjunjung adab tapi kalian biadap

Berselimut ilmu tapi kalian penipu


Ingin ku teriak “bangsat”

Memaki pada jiwa-jiwa yang sesat

Kalian gaungkan kata sahabat

Tapi nyatanya hanya menjilat


Wajah berseri pelakon sejati

Mencari rezeki tanpa nurani

Seolah diri akan abadi

Berbangga hati tak takut mati




SANG PENAKLUK PELUH

Karya : Masyitah


Dia, sang penakluk peluh

Menantang waktu tanpa mengeluh

Bermahkota semangat tangguh

Berjubah sungguh


Dia, sang penakluk peluh

Jejaknya menjadi saksi di jalanan sepi

Tekadnya berapi menantang sang mentari

Sentuhannya menjadi bukti sulitnya hari


Dia, sang penakluk peluh

Tubuhnya rapuh tanpa mengaduh

Kakinya melepuh tak harap sembuh

Demi wajah pemberi teduh


Dia, sang penakluk peluh

Kini melemah termakan waktu

Menatap sendu pada senja mendayu

Tersenyum syahdu menyapa masalalu


Dia, ayah




RINDU SANG MUSAFIR

Karya : Masyitah


Rindu sang musafir

Berbisik manja pada jiwa nestapa

Memeluk luka dengan janji menyapa

Merengkuh rasa dibuai syahdu dalam syair-syair pujangga


Riak gelisah terlukis tegas pada rupa sang musafir

Menanti, terlena, kecewa

Bersahabat rindu dalam pangkuan semesta

Menanti kata jumpa dari yang tercinta

Lagi, hanya air mata jadi pengobat lara


Rindu sang musafir tiada pernah akhir

Mencari jalan berlari dari takdir

Tapi rindu mencengkeram langkah

Membelenggu arah

Memaksa menyerah

Berselimut darah dan jiwa yang patah


Rindu sang musafir

Terbujur lemah di gurun tak bertuan

Menanti Ilahi berbelaskasihan

Mendatangkan sang penawar kedalam pelukan."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.