https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
"“Nebula”
Derai air mata tumpah tertampung dalam tangisan
Langit menjerit terisak-isak menahan perih
Lukanya terasa hingga bumi pun merintih
Terasa sesak dadaku merasakan pula sakit Sang Langit
Serasa tercengkeram seluruh raga hendak mati
Sakit perlahat sakit memberi luka yang pahit
Aku berada di ujung maut
Terdiam tapak kakiku membeku di atas danau es tipis yang beku
Takut aku tenggelam
Merasakan gelap dingin yang menusuk dikala hari mulai terselimuti oleh malam
Dimanakah kamu?
Kutagih janji manis yang kau ucapkan padaku
Kelak akan tetap bersamaku walau dinginnya malam akan mengupas kulit indahmu
Dimana kamu?
Aku rindu mata indah mu yang bahkan lebih indah dari jajaran bintang yang berdansa manis dengan semesta
Rindu dengan tangan mungil hangat yang sanggup memelukku dengan erat
Dimana kamu?
Aku rindu
Kembalilah padaku
Aku menunggumu di waktu kita pertama bertemu
Di antara bintang di langit malam, tuhan menciotakan takdirku akan kamu
Nyanyian merdu tuhan yang Ia ciptakan hanya untukku
Aku mencintaimu
Nebula indahku
_
""Waktu Dan Sakura""
Guguran bunga perlahan turun mencium bumi
Hembusan angin lembut nan sejuk menyelimuti hari demi hari
Pagi demi pagi
Sang Bunga yang indah tersenyum berterbangan
Menari nari indah bersama Sang Angin
Waktu menjadi saksi hangatnya setiap momen Sang Bunga bermain-main dikala dia turun dengan anggunnya
Berdrama ria dengan Sang Angin sebagai penontonnya
Rasi Bintang sebagai pemain-pemainnya
Juga Sang Bumi yang jadi panggung Maha Akbar pementasan Sang Bunga
Waktu juga menjadi tanda bahwa Sang Bunga mulai beranjak dewasa dibawah amatnya
Masa demi masa
Dan lagi
Waktu kian menjadi bukti keanggunan serta keindahan Sang Bunga perlahan mengkerut
Tak seindah rupa awalnya
Sang Waktu dan Sang Bunga sejatinya terikat dalam hubungan garis takdir
Takdir mengutuk Sang Waktu dengan perjalanan tiada henti
Dan Sang Bunga yang terus terlahir kembali
Sedih memang
Namun itulah naskah pentas Sang Takdir
Mahakarya yang bahkan Romeo dan Juliet pun tak kuasa menahan tangis
Kisah pilu Sang Waktu dan Sang Bunga Sakura
Dongeng kebahagiaan dengan waktu-waktu fana nya.
_
“Sistem”
Aku binatang kasta paria
Hina aku
Kotor badanku penuh nais tak layak pandang
Aku dirantai duri tajam belasan tahun
Terpasung
Tercambuk tusukan racun yang disebut sistem
Kata orang-orang atas, kami dicambuk biar terlatih
Menjadi sosok kuat tidak tertatih
Aku terbuai
Terjerat aku oleh kail
Keluar akal ku dari jasad hendak lari
Tertangkap tercuci bersih
Impiku mudah sekarang
Menjadi satu dari orang-orang atas yang mencambukku
Tidaklah sulit pasti itu
Wahai orang-orang atas
Terima Kasih ku atas jasamu
Karena mu kini aku punya tujuan
Tergenggam kini cambuk berduri
Merantai budak anak pertiwi
_
“Pesan”
Telah dapatkah kau?
Suara makhlukmu yang menjerit jauh disana
Meminta ampun dari cercah siksa manusia
Bengis, kejam. Persetan dengan itu semua
Telah dapatkah kau
Ketika gema adzan kian samar
Tergantikan rintihan derita
Menjerit seakan maut menghampiri
Mendekati, mengikuti
Dari manapun mata bisa memandang arah
Telah dapatkah kau?
Tiap detik selongsong peluru menembus kulit
Menghujani kerabat dengan keji
Terasa terkuliti
Hampir mati dikebiri
Oleh iblis yang tak kenal itu tangis
Telah dapatkah kau
Ketika makhlukmu terpisah arwah dari jasad
Kembali ke pangkuanmu seakan tak rela
Meminta merdeka dengan usaha
Dengan ikhtiar dan do’a
Tapi percuma saja
Lagi dan lagi
Kian banyak do’a tertadah
Berharap dengan pasrah
Hanya meminta “Tuhan merdekalah!”
Tapi seakan tak mendengar
Walau para setan itu
Membabi buta
Ingin menyiksa
Dan sekali lagi
Makhlukmu ini akan bicara
Bertanya mendesak padamu yang disebut tuhan
Pesanku yang mana telah kau dapat
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.