Mentari dalam rengkuhan ilahi - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Mentari dalam rengkuhan ilahi


Wahai mentariku yang tak lagi bersinar

Walau kita tak akan pernah berjumpa lagi

Aku percaya sekarang engkau disini

Melihatku tengah berdiri disini


Telah lama ku berbisik pada langit

Apakah waktu bisa diputar kembali

Ada sesuatu yang harus kuperbaiki

Yang tak lain adalah penyesalan


Beban yang saat ini kubawa

Sungguh tak berarti apa-apa

Jika dibandingkan kebahagiaanmu di surga


Nuansa malam mengingatkanku padamu

Di kala mata ini terpejam untuk mengingatmu

Memutar kembali semua masa lalu bagaikan sebuah film

Hingga ku dapat merasakan kembali momen yang sudah terlewatkan


Kini aku hanya bisa merangkai semburat pilu

Menata semangat, demi seonggok harapan cerah

Dan lihatlah... Aku pasti bisa berarti



Lintas Cahaya Waktu


Waktu berlalu begitu cepat

Seolah-olah menyadarkanku disini

Bahwa momentum yang selama ini kita lalui

Hanyalah sebatas khayalan indah


Bagaikan cahaya yang berpesat begitu cepat

Roda waktu terus berputar tanpa lelah

Hingga membuat kesunyian ini melekat erat dalam benakku


Keresahan yang tak lain adalah alasanku disini

Perasaan yang selama ini menuntun hidupku

Membuatku ingin berteduh dari rintiknya hujan

Namun tak seorang pun yang akan peduli hal itu


Kelu nya bibir ini merupakan sebagai bukti

Selama engkau tak lagi berada disini

Selama itu juga kenyataan pahit menamparku


Sebuah titik kecil cahaya yang kulihat

Yang selalu menerangi pandangan buramku

Dari gelapnya lorong waktu yang kulewati

Telah hilang ditelan waktu


Sejenak pekik lirih batinku meronta ronta

Berusaha lari dari beriaknya jeritan gundah ku

Jangan biarkan aku terkalahkan oleh riuhnya sembilu

Aku tak bisa menyerah. karena perjalanan hidupku yang masih panjang



Secercah Harapan


Sejatinya, engkau lah tujuanku

Setiap kaki ku melangkah

Engkau lah yang selalu menuntunku

Hingga sampai saat ini


Mengobati rasa sakit

Dari hujaman pisau kehidupan

Biarkan perasaan ini menetap sementara

Ditemani oleh purnama di malam hari


Di saat pikiranku tertuju padamu

Yang kurasakan hanyalah perasaan damai

Seolah memberitahuku

Tak ada yang perlu dipikirkan


Kelemahan pondasi dinding jati diriku

Yang kian hari semakin rapuh

Tertutup oleh kehadiranmu


Tanpa letih mendorongku dari belakang

Diiringi oleh suara lembutmu

Yang membuatku temukan arti dari tujuan hidup

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.