Lost - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "Lost

Matahari menghilang saat malam datang, bulan pun hilang saat pagi menyapa, seseorang menghilang dan kembali dengan kabar kematian, kupu-kupu menghilang saat ia sudah tidak menginginkan bunganya lagi. Dan yang tersisa dari itu semua adalah rasa kehilangan bagi siapa saja yang ditinggalkan.

Sebuah permainan kata yang sangat sederhana namun perlahan mengiris hati dan bahkan mematahkan tujuan hidup manusia. Banyak orang menyukai kata menghilang namun tidak menyukai kata kehilangan. But, hei! Bukankah menghilang dan kehilangan berasal dari kata yang sama? Bukankah tidak adil jika manusia hanya menyukai kata menghilang saja?

Terlepas dari semua itu makna dari hilang itu sendiri tidaklah indah. Seseorang memilih menghilang karena suatu masalah dan seseorang merasa kehilangan juga karena suatu masalah. Rasa yang menyakitkan yang hampir bisa membunuh siapapun. 

Disinilah aku, terjebak antara kata menghilang dan kehilangan. Aku mengingat semua yang terjadi di hidupku seolah aku baru saja merasakannya lima menit yang lalu. Semua terasa begitu menyakitkan. Bahkan tanah tempatku berpijak saat ini terasa seperti menusuk kakiku. Aku datang kemari untuk berduka namun, tidak ada nisan untuk bersandar dan tidak ada bunga untuk diletakkan. 

…….

14.09.2019

Hari ini aku memahami siapa Ami yang sebenarnya. Pagi tadi ia berhasil membuatku melampiaskan amarahku pada barang-barang yang berada di kamar kami, semua hancur berantakan. 6 tahun kami lewati dan aku baru menyadari kebodohanku sekarang.  Semalam aku mendapat kabar bahwa adikku harus dilarikan ke rumah sakit karena keadaannya yang semakin memburuk,aku yang seharusnya berada disampingnya dengan segala keterpaksaan yang ada aku hanya bisa menetap di kamarku dipenuhi dengan rasa khawatir. 

Tak lama Ami datang dan saat aku menceritakan semuanya satu kata sialan itu keluar dari mulutnya.

""Yaelah ra, ujian lo Cuma segitu aja, gak usah lebay!""

Saat itu juga aku mengamuk sejadi-jadinya. Sudah cukup aku menahan amarahku selama enam tahun karena semua tingkah lakunya. Aku tahu dia menghargai aku dengan semua uang yang diberikannya padaku. Keadaanku memang memaksaku untuk terhambat dalam masalah ekonomi tapi bukan berarti dia bisa meremehkan aku. 

Selama enam tahun aku selalu mengabaikan orang-orang yang memperingatiku akan dirinya. Aku selalu percaya bahwa dia adalah orang baik, aku percaya padanya disaat menuduhnya sebagai pencuri. Aku membelanya saat orang-orang membully-nya. Aku selalu membantunya saat ia mendapatkan tugas yang menumpuk. Dan sekarang aku dan kepercayaan bodohku telah menghancurkan diriku sendiri.

Dan disaat itu juga, semua bangkai yang disimpan Ami aku temukan. Seakan semua kejadian itu tengah aku saksikan. Aku meihat bagaimana ia menjelekkanku saat ia bersama dengan teman-teman kampusku, aku melihat bagaimana ia berfikir bahwa uangnya bisa membodohiku. Teman yang selama ini selalu aku bela dan kupercayai  sudah membunuh diriku. 

20.08.2020

Lagi-lagi aku dan pemikiran bodohku kembali menghancurkan diriku. Keluarga yang selalu ku anggap tempat yang paling aman untuk aku kembali berubah menjadi tempat yang mengerikan. Pertengkaran hebat itu membuat aku bergidik ngeri. 

Aku tidak tahu apa sebabnya akan tetapi pertengkaran kedua orang itu membuatku kembali mengingat hal-hal buruk. Pipiku yang mulai terasa panas dan memerah mengingatkanku saat aku berusaha membuat sebuah gambar dan ayahku mengapresiasi  hasil usahaku dengan kata-kata buruk. Serpihan kaca yang menusuk kakiku mengingatkanku saat aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja saat aku sakit dan  ibuku selalu mengeluh bahwa aku membuatnya tidak merasa baik. Memar yang timbul di lenganku mengingatkanku bagaimana ayahku melontarkan kata-kata kasar saat aku melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya.

Sekali lagi orang –orang dan tempat yang kupercaya kembali membunuhku.

………

Dua kejadian besar yang diikuti kejadian kecil lainnya itu telah berhasil membuat diriku menghilang dan membuat diriku yang sekarang kehilangan sosok lamaku. Aku rindu bagaimana dulu aku bisa dengan mudah menjadi ramah pada orang lain, aku rindu bagaimana dulu aku bisa dengan mudahnya mendapat kepercayaan diriku, dan aku yang dulu selalu merasa bahwa semua akan baik-baik saja.

Sosok diriku yang baru merasa bahwa semua orang seperti monster. Sosok diriku yang baru mulai tenggelam dalam kegelapan. Sosok diriku yang baru selalu beranggapan bahwa semua orang hanya penasaran terhadap apa yang terjadi pada diriku bukan peduli. Aku yang sekarang selalu memohon pada mereka para pelaku utama untuk mengembalikan diriku yang lama.

Ya.. Aku kehilangan diriku sendiri.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.