Letih - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Letih


Saat mata ku terbangun

Ku dengar alunan musik fiersa Besari

Di tambah siulan burung perkutut milik ayah

Sembari di temani secangkir teh ibu


Ku duduk di depan teras

Ku pandangi wajah itu

Tampak raut yang tak lagi muda

Tampak lelah karna kerja keras


Getir jiwa tak lagi diam

Saat ku tahun hidup tak lagi mudah

Tumbuh dewasa tak lagi banyak diinginkan

Setelah ku ketahui tangan-tangan kecil yang berdiri di lampu sana

Hanya berharap dapat sarapan


Ku tak bayangkan bagaimana sakitnya

Ketika melihat suatu keharmonisan

Tangisan yang hanya di malam

Menandakan manusia begitu lelah


Tidur di toko tak terpakai

Beralaskan kardus di selimuti nyawa

Saling berharap akan keajaiban tuhan

Mendapatkan kebahagiaan di dalam keharmonisan



Pujaan hati


Dari jauh ku dengar suara mu

Wajah ayu tak lagi asing bagi ku

Dengan senyum tipis tangan melambai

Tak ku ragukan lagi Suara hati


Cantik...

Hanya tawamu yang ku tunggu

Hanya senyum mu menjadi penyemangat ku

Bagaimana bisa aku berpaling dari mu

Tatapan mata mu selalu membuat aku terpaku


Tak bosan lagi aku bersyukur

Telah di pertemukan dengan mu

Gadis pujaan hati..

Jangan kau ragukan lagi isi hati ku

 

Berisik


Hari ini berisik ya

Manusia begitu sibuk dengan dunia nya

Sampai lupa siapa Tuhannya

Terlalu mengejar kebahagiaan dunia


Tak melihat dimana mereka berasal

Orang orang berdasi hanya memikirkan harta

Bagaimana dengan kami kalangan miskin?

Adakah sedikit butiran beras untuk kami?

Apakah kami dapat sedikit bagian?


Ketika manusia sibuk mencari ujung dunia

Manusia lupa dengan apa yang menjadi tempat pulang

Bagaimana bisa mereka? mendapat kebahagiaan

Jika asal kebahagiaan mereka saja mereka lupakan


Kini keluarga sudah bukan tempat pulang

Sebagian orang memilih untuk berdiam di luar saja

Sampai mentari pagi menyapa nyawa

Ditemani segelas kopi di sepanjang malam

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.