LENYAP - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


LENYAP

Oleh Nurul Izzati Aufa


Hai rembulan

Bolehkah ku egois malam ini?

Bolehkah ku menggelegarkan asa?

Bolehkah?


Pepatah yang terukir di hati

Tak sebanding rasanya dengan raga ini

Bisu yang tertelan sunyi malam

Tanpa senyum sang rembulan menemani


Mati

Janji jiwa yang tak kunjung datang

Hingga andil ingin berdampingan

Hilang asa raga

Tanpa rasa kunjung menjemput


Lelah

Analogi jiwa berteriak seiring tangis

Timpang tindih tak henti meringis

Lucunya dunia berperan

Hingga tak ku sadar ku pemeran kedua



MIMPI

Oleh Nurul Izzati Aufa


Saat netra mulai lelah dan memilih terlelap

Pada dipan kayu bustan praja

Ku rengkuh raga

Seakan jabaran alasan sebab penolakan tak pernah sampai


Runguku tak tuli

Sebab ku tahu betul

Wiwit satunggal jabaran keluar dari bilah bibir

Jejak tapak yang kau ukir pada pasir


Ironi

Karena dengannya aku tersadar pula

Senyum kau terulas 

Mengucap larik seutas


“jingga, kita tak lagi sama

Tak lagi senada 

Pada bait-bait frasa

Pun warna-warni dunia”



KETIDAKSENGAJAAN

Oleh Nurul Izzati Aufa


Sepekan kemarin rinduku tak bertuankan kau

Berganti asma lain

Akupun tak tahu sebab apa ia datang

Kemudian alunan gramafon lawas menyadarkanku


Saat itu, 

Saat pelita adimarga kian terkikis gulita

Saat candra mulai menguasai bumantara

Saat itu aku menemukan kau


Di sana, 

Di antara ilalang yang dengan senang hati menari-nari

Di atas dipan kayu

Dengan semilir angin yang mencumbu kulitmu


Aku menemukan kau

Bersama dewi nan cantik jelita 

Kau tertawa

Berbagai afeksi seakan dunia milik berdua



DETIK

Oleh Nurul Izzati Aufa


Ketika dua insan yang berharap untuk di satukan, namun tidak tuhan takdirkan

Ketika dirinya berharap untuk mendapatkan sebuah sapaan

Namun di akhiri dengan kesakitan


Ketika sang fajar di paksa berhenti datang oleh sang rembulan

Dengan akhir sang hujan yang berani menggantikan

Tuhan, ingin rasa ku berjuang dapatkan dirinnya


Diri ini yang masih penuh dengan kesalahan

Namun beharap di berikan satu kesempatan

Semesta datang membawa beberapa dimensi

Dengan tubuh yang penuh dengan jiwa jiwa kosong

Dan waktu yang mulai terbatas

Juga harapan yang tak terlintas


Mati, mati, dan mati

Ketika cahaya lampu mulai di matikan

Dan raga yang mulai meninggalkan

Juga jiwa yang mulai berhenti berdetakan


Iringan syahdu terdengar

Gelap suasana terasa

Terdengar sayup angin bernyanyi

Bersama kesunyian dengan penuh tangisan



BERALIH RAGA

Oleh Nurul Izzati Aufa


Cahaya terang datang menghampiriku

Beralih dan duduk disampingku

Sebuah kisah yang menceritakan tentang diriku

Yang hanya bisa duduk sambil membisu


Tak berdaya rasanya

Ketika janji yang dulu terucap

Untuk diriku yang terpilih oleh dirinya

Namun sekarang beralih kepada raga yang lainnya


Ingin rasa menghampirinya

Bertanya pada dirinya

Tentang apa yang sedang diperbuatnya

Namun tak berdaya rasanya


Semua telah berakhir

Mentari tak sanggup tuk menahanya

Hingga cahaya pun izin tuk meninggalkanya

Dan sekarang sudah tak dapat bersamanya"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.