Ku Tunggu Matahari part 1 - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Ku Tunggu Matahari part 1


Saat semuanya gelap

Dan ku merasa sangat sendirian

Saat hujan tidak berhenti

Dan ku tidak bisa pulang

Saat dirasa semuanya hilang

Dan ku hanya ingin berlari

Tidak bisa hujan selamanya

Tunggu saja matahari


Saat keluarga sakit

Ketika teman tidak dapat ku temukan

Saat ku hanya ingin berteriak 

Tapi ku tidak dapat menemukan suaranya

Ketika itu semua salah ku

Dan ku merasa sudah selesai

Tunggu saja matahari

Sinar matahari akan datang 


Badai selalu berlalu

Itu tidak akan bertahan selamanya 

Hujan selalu berhenti dan memberi jalan untuk cuaca bagus

Hari-hari paling cerah dan terhangat masih akan datang

Mohon tunggu sinar matahari

Ia akan segera datang


Orang yang membutuhkan ku

Orang yang masih mencintaiku

Dapat menghangatkan jiwa ku layak nya mentari diatas ku

Ku tidak pernah tidak pernah sendiri

Tidak peduli apa yang telah dilakukan

Ku tunggu matahari

Ku tunggu saja matahari



Awan gelap selalu berlalu

Ku berjanji

Ku menunggu mu

Tunggu saja matahari



 Ku Tunggu Matahari part 2


Senja ku hilang di jemput sang rembulan

Kini cahayanya tinggal secuil

Aku sendiri tak berkawan


Tunggu...

Masih ada nafas tak berirama dan kaki penuh debu

Yang terus menuju kearah angin berlalu


Aku menepi diantara bintang-bintang

Dalam kelamnya warna hitam

Dibawah pepohonan rindang

Yang tak bersuara


Semakin ku ikuti 

Semakin dingin


Aku kehilangan matahari

Waktu pikiran ku tersesat, Nahkoda ku terkoyak

Aku tertipu bayangan menegangkan

Diluar aliran pengananku


Aku kehilangan matahari

Ketika aku lupa akan ayat-ayat mu

Yang dulu pernah ku potret dalam memoriku



Temukan Aku Lewat Mimpi


Aku adalah entitas paling bahagia ketika sadar ditenggelamkan semesta malam

Karena aku menemukanmu sebagai apa pun,


Aku menemukanmu sebagai pohon cendana besar dengan harum seperti seragam putihmu yang tidak pernah lusuh,


Aku menemukanmu sebagai buku-buku antologi puisi lama di perpustakaan kampus yang selalu ku telusuri keindahan sajaknya,


Aku menemukannmu sebagai masjid tua yang teduh dan tenang, dengan tawa anak-anak kurang dari 9 tahun, dengan cahaya yang menyelinap dari bawah pintu-pintu geser pada waktu duha, 

dengan keramahan dari perasaan lepas dan ikhlas.


Aku menemukanmu sebagai bahasa kelembutan seorang adam, 

Dengan setiap kata yang kau keluarkan menjadi bahasa kebapak an yang kurindukan.


Aku menemukanmu sebagai malaikat dengan sayap-sayap harum, 

atau seperti seorang kekasih yang selalu mengirim pesan, 

atau seperti seorang yang terlihat dalam penantian dan kesetiaan yang khidmat dan khusyuk.


Aku membayangkan apa pun itu bentuk kesentosaan dari eksistensimu, 

seperti jari jemarimu yang menyentuh air wajahku yang mendidih merah.


Aku akan melihatmu seharian. 

Hari ini, besok, lusa, atau ratusan purnama berikutnya. 

Tapi sekiranya aku terbangun, 

tetaplah bersamaku."

 

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.