https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Kosong
Adalah sebuah bohong,
Jika aku mengatakan aku ini hidup.
Adalah sebuah amarah,
Jika aku mengatakan aku butuh harapan.
Hembusan demi hembusan
Oh, bukankah aku seharusnya sudah terbiasa?
Presensi yang menghilang hari demi hari ini.
Aku kehilangan diri sendiri.
Aneh, kufikir.
Adakah alasan untuk tetap?
Kenapa harus aku tetap.
Rasanya aku ini sudah hancur.
Tusukkan angin yang menerpa badanku,
Seakan tidak ada ujungnya dari perihku.
Badanku seakan diangkat terbang menjauh,
Menjauh, hingga aku kehilangan aka
Tarik Ulur
Dia adalah bukti, dari segala mimpi burukku.
Segala pelu dan air mata yang mengalir.
Di tengah keramaian, dia meraihku.
Sebenernya apa dalih kita tarik ulur?
Tali merah yang telah susah payah kita sambung
Dengan tangan yang kian menulis sejarah
Kita mengikis perlahan tali merah ini
Sangat pelan tetapi pasti.
Semesta seakan menertawakan kita.
Seperti menonjolkan betapa bodohnya kita.
Kenapa kita tetap seperti ini?
Kita ini sudah menjadi kaset rusak.
Apakah ada cara untuk membenarkan ini?
Kondisi yang sudah ruyam.
Apakah ada cara untuk membenarkan kita?
Kita yang sudah ruyam.
Monokrom
Percakapan-percakapan aneh
Hingga rasanya waktu sekedar ilusi
Bisakah aku mengulang ini?
Debaran yang kau picu tidak bisa hilang.
Tatapanku selalu nanar.
Tatapanku selalu hampa.
Tapi bagaimana bisa kamu ubah?
Kamu seakan seorang pesulap.
Monokrom, dan monoton.
Tidak ada bercak warna sedikitpun.
Tetapi kamu datang, dan merubah segalanya.
Sebenernya kamu ini siapa?"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.