Kehangatan sajak - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "1.Kehangatan sajak

  

Di setiap untaian kata

 selalu mewariskan cerita 

Terurai dan terbentang panjang mengembara

 dalam  makna penuh  penasaran 


Begitu terasa bisikan sukma 

lambat laun menyambut  heningnya  jiwa dalam alunan kata

Kehangatan sajak pun begitu terasa.


Sajak nan indah bahkan menggema getarkan jiwa-jiwa nan beku 

Alunan sajak  mencairkan 

Rasa-rasa terpendam terwakili  


Menghayati untaian akrasa

 dalam sajak yang kian menggema 

sungguh elok dan mendera


Sajak mengajak penuh makna

 dalam  barisan lirik 

Tentang arti terpendam dalam kalbu 

terlontar ke segala penjuru bergenderang-berpalu bersatu-padu

 bahkan termangu takjub.

Sesungguhnya ini hanya susunan kata yang terbentang dalam bahasa.


2. Gemparnya di balik Matahari 


Nampak kulit berderai hitam 

menjadi pelangi di jidatku

kakiku tertanam di dalamnya sunyi

yang ku takuti 

merinding melihat provokasi yang menolak bersatu 


semakin nyaring larutan mesiu 

karena batu menjadi sekap 

melesat hampir di badan sembrawu


sosok pemimpin ingin berpisah dalam kejamnya dusta isyarat 

menimpa harapan dalam sebuah peperangan


ku tahu itu bayangan di hujan gugur semakin memanas semakin menitikkan air mata 

yang tak tahu apa-apa dijatuhi Belenggu karena mereka yang ingin selalu menang 


orang terkuat menjadi pemimpin dalam gemanya hutan yang mengguntur

 lebih berhak dari penganut asli 

menjadi sebab kezoliman itu


 perkenankan mereka menikmati nafas yang menjiwai nya 

ialah yang mengagumi kekayaan bumi yang dijaga dari purba terdahulu


 jangan terhasut wahai para penakluk Cendrawasih 

merintik syahadup pada Ibu Pertiwi

kamai selalu menggotong kebaikan mu


3. Rindu rumah


 Dalam gemerlang angin di negeri asing perasaanku musnah bentuk Rapuh sungguh pahit 

aku tidak bisa berpaling


 keliling ku dipenuhi ributnya suara perahu mengukur jalanan mengingat tunduk menjadi kenyataan yang wajar di pertanggungjawabkan 


Dalam Rindu berselempang 

Semakin menanti tak bisa menahan kemudian aku lelah sibuk


 angka-angka dolar mencuri pandanganku akan rumah yang berdebu

 aku tahu itu sangat hancur tapi itu menjadi pertempuran ku


 aku malu bila berpalung dengan diam aku bertajuk 

maka itu menjadi penopang ku untuk berderit dibalik semangat tanpa ragu-ragu 


genteng-genteng yang merona 

dalam diamnya suara rumahku 

Padang padi dan sawah mmbatu seisi rumahku"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.