Kebersamaan Dalam Perbedaan di Zaman Milenial - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


KASIH SAYANG TUHAN

BY : AHMAD OKVANI TRI BUDI LAKSONO 


Matahari tampak malu malu melihat dunia, dihadang gerombolan awan seakan mengisyaratkan bahwa hari ini tidak akan baik baik saja. Memang benar hari ini tidak baik baik saja, Sabtu 16 Januari 2021 saya mendapatkan berita kurang menyenangkan. Setelah selesai sarapan saya siap siap bergegas berangkat bekerja. Tapi , kepala outsourching menelpon saya, Pak Shobirin Namanya

"" Maaf mas, kamu istirahat dirumah dulu, karena kamu reaktif covid 19"". Rasanya waktu berhenti tepat saa

 "Kebersamaan Dalam Perbedaan di Zaman Milenial

Karya : Aulia Rahma

Pada suatu hari, dengan suasana yang sejuk dan nyaman untuk saling tukar menukar ilmu, yang berada di tempat peristirahatan di sekolah atau yang sering disebut dengan gazebo. Yaitu ada 4 anak yang baru membicarakan dan memperdebatkan tentang radikalisme atau moderasi beragama. Empat  anak itu yang terdiri dari Rona, Aulia, Angga dan Fikar. Di salah satu dari 4 anak tersebut yang salah satunya ada yang beragama non muslim, dan mereka selalu bersama-sama dalam kegiatan apapun. Walaupun mereka berempat di salah satunya ada yang berbeda agama, tetapi yang mereka bertiga selalu ingat dengan moderasi beragama. Karena setiap umat muslim pasti mengetahui bahwa agama islam mengajarkan kebaikan. Kebaikan tidak hanya di haruskan dalam interaksi sesama muslim bahkan juga lebih dari itu. Dan kita sebagai umat harus menghargai non islam yang berbeda agama. Mereka tersebut juga saling menyikapi dengan menjaga persaudaraan antar agama. Mereka ini membicarakan dan memperdebatkannya dengan cara dialog. 

Rona: Eh, aku mau Tanya nih, kalau moderasi agama itu kita harus saling kek gimana ya? (dengan ekspresi yang bingung)

Aulia: Ooh.. jadi, moderasi beragama itu yang memiliki arti kita itu berada di tengah-tengahnya. Yang dimaksud dengan tengah-tengah, kita tidak memilih kanan atau kiri, padahal semua itu juga sama aja dan kita juga sama-sama manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Kalau menurutku dan setahuku yaa gitu sih Ron.

Fikar: Iyaa betul sekali itu, tapi ini aku mau sedikit menambahin. Jadi, moderasi beragama itu yang selalu di cantumkan dengan bertoleransi yang dimaksud dengan toleransi yaitu kata toleransi ini pun juga sudah tidak asing di masyarakat, yang berarti kita selalu menghormati satu sama lain, yang terutama dalam perbedaan (Agama, Suku, Bangsa, dan lain-lain).

Rona: Ooo gitu yaa.. Siip nih aku jadi sudah tau, dan aku ketika di Tanya tidak bingung lagi, Insyaallah juga sudah bisa menjelaskan kembali. (Dengan ekspresi yang senang)

Angga: Waaww kalian ini hebat-hebat yaa!! Aku senang sekali mempunyai teman yang seperti ini. (Ekspresi yang senang hati)

Dalam heningnya waktu, dan setelah kita berempat membahas pengertian moderasi beragama. Ada seseorang yang menghampiri kita, yaitu bernama Naufal dan ternyata dia kelas 10 MANPK. Akhirnya, dia ikut bergabung bersama kita untuk sharing ilmu tentang apa sih moderat itu, fungsi, dan lain-lain? Akhirnya semua jadi sama-sama ingin tahu, dan setelah itu di bicarakanlah bersama-sama. 

Naufal: Eh, aku mau bercerita nih. Kan ada nih seseorang, namun suatu saat aku melihat seseorang yang setiap selalu melewati depan rumahku, yang lebih dari tiga empat kali dalam sehari dia melakukannya. Aku pun berfikir apa yang ia lakukan, kemana dia sebenarnya. Akhirnya aku pun mengikutinya seperti sherlock holmes. Dia ternyata memasuki bangunan besar “Ah mungkin itu gereja” fikirku. Aku menunggunya di luar karena aku penasaran akan apa yang dia lakukan, bukankah ke gereja hanya pada akhir minggu saja tapi ia melakukannya setiap hari. Apakah yang anda lakukan di bangunan seperti gereja ini? Apakah kau sembahyang?” Pertanyaanku sepertinya mengejutkan orang ini. Dan dengan sedikit terkejut orang ini menjawab “Ya, kau benar aku sembahyang. Tapi kau salah ini bukan sebuah gereja ini masjid. “Masjid?” (Tanyaku heran, karena aku tidak pernah tau apa itu masjid). “Ya, ini sebuah masjid tempat sembahyang”, “tapi kenapa kau kemari setiap hari? Apakah kau bukan kristiani, lalu siapakah kau.” Tanyaku untuk mendapatkan kejelasan akan apa yang selalu ia lakukan. “Aku bukan kristiani, aku muslim.”, “muslim? Islam?”. “Ya, kau benar agamaku islam.” Jawabnya.

“Kenapa kau sembahyang setiap hari? Apakah itu perintah” tanyaku lagi, sepertinya dia tidak terganggu akan apa yang aku lakukan. 

“Ya, itu perintah” terangnya “dan apakah kau seorang kristiani?” Sambungnya untuk bertanya kembali padaku.

“Tidak, aku seorang atheis.” (Jawabku singkat) “Apakah pentingnya sebuah agama. Aku percaya tuhan ada tapi apakah agama juga penting? Agama hanya menyebabkan perpecahan.” (Sambungku).

Dia pun terdiam sejenak, sepertinya dia sedang berfikir untuk mencerna pertanyaanku tadi sebelum melanjutkan percakapan ini. “Kenapa kau berfikir seperti itu?” Tanyanya padaku. “Bukankah memang begitu” jawabku singkat. 

“Tidak kau salah. Bukan agama yang menyebabkan perpecahan tapi pemikiran seseorang bahwa agama mereka yang paling benarlah yang menyebabkannya.” Jelasnya panjang.

“Lalu, apa fungsi agama?” Tanyaku lagi, aku mengharapkan jawaban yang lebih darinya. 

“Apakah kau percaya kehidupan setelah kematian?”, “ya, aku percaya.”

“Apakah kau percaya syurga”, “ya, aku percaya”

Dia terdiam sejenak. 

“Jika kau percaya kehidupan setelah kematian dan juga surga, kenapa kau menjadi atheis?” Tanyanya heran.

“Ya, bukankah untuk masuk ke syurga itu hanya perlu menolong orang lain dan tidak berbuat kejahatan.” Jawabku.

“Sepertinya kau salah pemahaman.” ,“Salah pemahaman?”

“Jika kau percaya surga itu ada, maka pasti kau akan menginginkannya bukan?”, “Ya, tentu”

“Jadi ibaratkan itu sebagai tujuan, ibaratkan sebagai kelulusan”, “Kelulusan?”, “Ya, seperti saat kau sekolah.” Sahutnya.

“Maka dapat diibaratkan agama itu sebagai sekolah/universitas itu sendiri. Karena kelulusan takkan kau dapat tanpa kau sekolah. Layaknya dalam sebuah sekolah pasti terdapat peraturan-peraturan dan ujian yang harus ditaati dan dijalani ibaratkanlah itu seperti kewajiban-kewajibanmu untuk sembahyang dan menyembah tuhan, juga ada peraturan-peraturan dan larangan. Jika kau sudah masuk sebuah sekolah, dan mengikuti peraturan, dan menjalani kewajibanmu mengikuti ujian pasti kau akan lulus nanti. Jika kau sudah masuk sebuah agama, dan mengikuti peraturan, patuh akan larangan, dan menjalani kewajibanmu menyembah tuhan pastilah kau lulus ke syurga.” Terang pemuda itu dengan panjang dan rinci yang dapat membuka pemikiran dan juga hatiku tentang agama dan hidup yang benar.

“Menurutmu agama apa yang tepat dan benar untukku.” Tanyaku pada seorang itu.

“Itu semua terserah padamu ikutilah apa kata hatimu.” Jawabnya.

Nah, jadi dari cerita yang aku sampaikan itu tadi sudah terlihat jelas dan kita juga bisa menangkap permasalahan yang sekarang ini pada zaman milenial menjadi semakin hancur. Jadi, mulai sekarang banyaklah untuk memahami dan saling menghargai tentang agama-agama yang lain, dan kita jangan sekali-kali selalu melihat dengan pandangan fisik atau luarnya saja. 

Setelah kita berempat mendengarkan dan mencermati cerita dari Naufal. Walaupun si Angga itu berbeda agama dia pun juga merasa senang hati dan dia tidak gengsi dengan teman yang lain. Karena kita semua ingat dengan semboyan “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua”. Akhirnya kita berlanjut dengan komunikasi dan memperdebatkannya. 

Rona: Iyaa Mantapp tuhh sekali. Terus apa yang menyebabkan mereka bisa seperti itu sih?

Aulia: Mmmmm.. kalau setahuku ada 3 yang menyebabkan mereka bisa seperti itu yang pertama, mereka kurang pergaulan. Jadi, pergaulan pun juga mendapatkan manfaat yang banyak dan juga sangat penting, tapi jangan sampai pergaulan dengan sembarang orang lain dan itu pun juga harus tahu mana yang baik dan mana yang salah, agar kita tidak meniru pergaulan tersebut. Yang kedua, mereka kurang open minded. Jadi, kita jangan cukup untuk bersharing di whatssap, facebook, instagram. Tetapi, kalau bisa kita juga sering membaca-baca tentang berita entah dari twitter, line, dan masih banyak lagi. Atau kita langsung berbicara dan bertanya kepada orang yang sangat menguasai tentang ilmu moderasi beragama. Yang ketiga, kurangnya menelaah informasi. Yang tadi sudah aku sedikit singgung yang tadi, jadi kalian jangan sekedar cukup mendengarkan jawaban atau berita dari orang lain. Akan tetapi kalian juga haru pintar-pintar menelah informasi mana yang nyata dan yang benar. Jadi, kalian itu harus mencari informasi dimanapun saja kalian berada. Menelaah informasi juga sangat penting itu. Jangan, sesekali kalian menghiraukan dengan adanya informasi tentang moderasi beragama atau yang lainnya. (Kalau menurutku dan setahuku sih itu saja) 

Fikar: Waaaww mantap sekali nih penjelasan dari aul !! Tapi kurang satu lagi yang bisa menyebabkan orang seperti itu, ini pun sebenarnya sangat penting dan berharga, akan tetapi kebanyakan orang-orang melakukannya, yaitu Tidak Bisa Menghargai. Padahal menghargai saja pun manfaatnya sangat luar biasa dan itu pun yang membuat kita salah satunya menjadi orang yang sukses. Kita juga harus pintar-pintar bisa menghargai satu sama yang lain, walaupun itu berbeda agama, suku, ras dan lain-lainnya dan juga bisa menghargai pendapat dari orang lain yaa. Itu sih tambahan dari aku. 

Rona: Allhamdulillah Ya Allah jadi tau tentang ini semua, dan apa yang masih kurang dalam diriku, setelah mendengar jawaban ini tadi. Insyaallah aku harus berusaha untuk merubah sifat dan belajar yang 4 itu tadi. (Dengan wajah senyum dan senang hati)

Angga: Nah, aku ini tanya juga tidak apa-apakan yaa. Jadi, dari beberapa jawaban itu tadi, otomatiskan pengetahuan kita sudah jelas ya, faktor yang bisa mempengaruhi seperti itu tadi apa saja dan lain-lainkan. Jadi, apa sih pengertian moderasi beragama dari definisinya itu tadi? Aku tanya kayak gini juga biar tahu dan bisa melakukannya. 

Fikar: Yaa jadi, moderasi beragama adalah sikap yang dimiliki manusia untuk berada di tengah jalan Wasathiyah. Wasathiyah juga mempunyai makna ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil, seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut dengan kata 'moderat' dalam semua dimensi kehidupan.

Angga: Oohh iya-iya, mantapp sudah jelas nih. (Ekspresi senyum manisnya)

Rona: Tapi apa ada sih dalam hadist atau kitab anjuran untuk bermoderasi beragama?

Aulia: Wehh ada donkk.. Nihh yaa, yang berbunyi: ""Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyianyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. 

Jadi, makna dari firman Allah ini adalah sebagaimana kabah merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula kami menjadikan kalian umat yang pertengahan. Yakni kami jadikan kalian dibawah para nabi tapi di atas umat-umat yang lain. Makna alwast adalah adil. Asal dari kata ini adalah bahwa sesuatu yang paling terpuji adalah yang pertengahan. 

Rona: Wahahaha siipp jawaban aul sangat lengkap dan memang ada buktinya. 

Tak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan sore hari, dan kita berlima itu tadi sudah mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dan menarik nih. Dan wajah-wajah semua menjadi membuka inspirasi untuk membangun di lingkungan manapun kalian berada. Akhirnya kita semua untuk pulang ke rumah sendiri-sendiri. Dan Naufal kembali ke asramanya sendiri. 

“Semesta meredupkan senja di jingganya meredakan hujan yang lagi derasnya dan menggelapkan langit ketika cerah-cerahnya.” 

Maka dapat disimpulkan dari cerita pendek itu tadi, bahwa: Moderasi beragama itu juga sangat penting dan pada zaman sekarang ini semua sudah mempunyai teorinya tetapi mereka semua belum siap untuk mempraktikannya. Apalagi kita sebagai umat islam yang sudah banyak penjelasan dalam Al-Qur’an, jangan sekali-kali membuat perpecahan dalam dunia ini dan ingatlah kita sebagai orang moderat harus benar-benar orang yang bersih dan yang berada di tengah-tengah. 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.