Jurusanku Tak Disetujui Mama - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "                                                          

          Jurusanku Tak Disetujui Mama

                       Oleh : Khairun Nanda


Sejak kelas 10 , aku sangat menyukai kimia, khususnya materi atom. Tak lebih lagi, aku sangat terinspirasi dengan para ilmuwan muslim.  Mereka sumber motivasiku untuk menjadi seorang penemu dan apoteker.  Walaupun begitu, kadang-kadang aku insecure sama kemampuan eksperimenku yang selalu terhambat karena pengetahuanku yang begitu minim dalam memahami pencampuran kimia . Hal itu membuatku semakin tekun untuk terus mencoba menghasilkan produk dan berniat  untuk mengambil Jurusan Farmasi setelah lulus SMA. 

 

Sayangnya, Mamaku nggak setuju kalau aku kuliah Jurusan Farmasi. Katanya ""Jurusan Farmasi itu mahal, apalagi keuangan kita nggak mencukupi"". Akhirnya, mamaku  memberikan pilihan jurusan yang aku akan ambil, yaitu Jurusan Komputer atau fisika. Sayangnya, aku tak terlalu menyukai kedua jurusan itu. Di balik ketidaksukaanku pada fisika. Fisika mengajarkanku untuk selalu berpikir kritis akan alam semesta dan membuatku kepo dengan alien, sedangkan komputer aku diajarkan  mengenai  artificial Intelligence (Al) yang membahas pembuatan robot.

 

Mendengar perkataanku tadi, bukannya kaget atau kagum gitu sama anaknya malahan Mamaku berkata,  ""Nanti aja lanjut kuliahnya kalo gitu mending setelah kamu lulus SMA , Mama akan masukkan kamu ke sekolah agama!"". ""Berarti harus gap year dong, Ma? tanyaku. ""Iya"" sahut Mama.

Mendengar perkataan Mama tadi, bukannya senang malah aku semakin bimbang dan meratapi  diriku sendiri . Aku bingung yang harus diprioritaskan itu kuliah dulu atau memperdalam ilmu agama. Agama emang penting sih bagiku. Tapi disaat itu, aku benar-benar pengen banget kuliah. Rasanya, aku pengen teriak sekencang-kencangnya sampai dunia tau kalau aku ingin sekali kuliah di UGM . Tapi itu percuma aja nggak ada efek apapun ke Mama. Karena bagi Mamaku, agama itu penting dari segalanya. Walaupun begitu,  aku akan terus berusaha untuk ngeyakinin Mama dan mencoba untuk menjadi anak yang Mama inginkan.


Tapi, masalahku tak berhenti di sini aja. Abangku yang merupakan anak kesayangan Mama lebih daripada aku. Membuat masalahku terhadap pemilihan  jurusan dan  kampus  semakin runyam. Abangku bilang, ""Kamu itu ambil jurusan sesuai keuangan Mama aja!"" .

""Tapi, Bang gak bisa gitu"" sahutku dengan muka cemberut. ""Kenapa nggak bisa?"" tanya Abang.  "" Masa sih, Bang! Aku ngejalanin jurusan bukan dasar dari minat aku"" sahutku. ""Bodo amat, yang penting kamu bisa kuliah"" sahut Abang dengan nada ngeledek. 

"" Gak gitu juga kali ,Bang"" sahutku. Mendengar perkataanku tadi, Abangku tertawa terbahak-bahak tanpa memikirkan perasaan adiknya. Melihat hal itu, aku berkata ke Abangku, ""Abang kan kalau milih jurusan langsung disetujui Mama"".  ""Iya, emang benar"" sahut Abang. 

""Tuh kan bener, Abang itu kan anak Mami makanya cepet diturutin, wkwk"" candaku.


Seketika itu pun, aku langsung lari ke kamar dengan raut muka yang sangat sumringah. Saking senangnya ngeledekin Abang sendiri sampai lupa mikirin jurusan.  

Beberapa kemudian…

Aku teringat dengan perkataanku kalau aku ingin ngeyakinin Mama. Aku pun langsung mengambil  selembar kertas di kolong meja belajarku. Menulis beberapa strategi dan rencana untuk aku lakukan dalam sepekan ini.  Setelah selesai menulis strategi, aku pun langsung  ke tempat tidur untuk tidur dengan harapan kalau esok strategi yang aku buat berjalan dengan lancar.

Rencana pertama pun dimulai dengan aku bergegas pergi  ke sekolah bersama Abangku  dengan memakai baju yang rapi dan bawa bekal yang sudah disiapkan Mama. Ketika diperjalanan, aku melihat ada remaja yang melakukan kegiatan sosial dan berniat untuk ikut berpartisipasi juga. "" Bang, aku boleh ikut kegiatan sosial itu nggak?"" tanyaku. ""Boleh ,tapi pulangnya jangan larut malam!""sahut Abang. ""Siap, Bang"" sahutku. Aku pun langsung menghampiri remaja tersebut dan bertanya, "" Kak, aku boleh ikut kegiatan sosial ini setelah sepulang sekolah?""tanyaku.          

"" Boleh, Dek"" sahutnya. Setelah mendengar perkataan kakaknya tadi, hatiku senang banget. Tinggal beberapa rencana lagi yang kulakukan untuk minta persetujuan Mama.


Aku pun langsung menghampiri Abangku yang duduk di sepeda motor untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah. Sesampainya di sekolah,  aku pergi ke perpustakaan dulu dan kantin berniat untuk meminjam buku dan mengisi perutku yang keroncongan.  Ketika aku sampai ke perpustakan begitu banyak anak ambis di sana , termasuk seangkatanku. "" Wah, banyak banget yang belajar di sini"" ujarku. Tapi aku nggak peduli yang penting tujuanku  ke perpustakaan untuk meminjam buku motivasi dan matematika.  Buku motivasi yang kupinjam berjudul ""You(th)"" dan matematika yang mencangkup materi basic. Karena basic matematikaku jauh banget dari kata bagus. Setelah itu, tempat yang kutuju selanjutnya adalah kantin. Di kantin, aku makan beberapa makanan ringan sambil membaca buku motivasi tadi.  Tak lama kemudian, bel sekolah pun berbunyi dan aku pun masuk ke kelas. Selama di kelas, aku tak mengerti apa-apa. Pikiranku dipenuhi dengan rencana yang harus cepat diselesaikan. Aku pun bergegas untuk pergi melakukan kegiatan sosial dengan penuh ambisi yang kuat.


Selama kegiatan sosial berlangsung, aku merasakan kehangatan yang tak pernah aku rasakan di keluargaku. Aku melihat kebersamaan mereka. Mereka penuh canda tawa dan saling ngedukung sama lain. Terbesit dipikiranku, kalau aku ingin membicarakan jurusanku lagi dengan Mama.  Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang lebih dulu dari kegiatan sosial.


Sesampainya di rumah,  aku mengambil  beberapa batang buah naga dan batang patah tulang di pekarangan rumah.  Untukku  jadikan obat tradisional buatan sendiri. Setelah selesai membuat obat tradisional, aku berencana untuk meletakkannya di dekat  televisi. Agar Mama dan abang percaya kalau aku serius menekuni Jurusan Farmasi.  Tak lama kemudian, Mamaku melihatnya dan bertanya kepadaku,"" Ini obat apa ya?"" tanya Mama. 

 ""Ini obat buat nyembuhin kakiku, Ma""  sahutku."" Oh  gitu"" dengan raut muka kaget.

 ""Kalo gitu boleh nggak,Ma. Kalau aku beneran ambil Farmasi dan setelah udah selesai, aku bakalan lanjut memperdalam agama di Mesir?"" tanyaku. ""Boleh sih, tapi kamu harus ganti jurusan aja ya!"" pinta Mama. 

"" Kenapa gitu, kan aku udah bisa buat obat-obat,Ma"" kataku. "" Ya,  Mama setujunya kalau kamu ambil Jurusan Peternakan aja dan bakalan mama daftarkan  ke UGM"" kata Mama

Sebenarnya mendengar perkataan Mama tadi, hatiku sakit banget udah buat obat sepenuh hati, tapi tak dihargai. Di salah satu sisi, aku senang banget bisa kuliah di kampus impianku . Sayangnya, bukan jurusan yang aku inginkan. Padahal, kalau dilihat dari  rencana yang aku susun kemarin begitu sempurna dan sesuai rencana. Sayangnya,  rencana yang kubuat ini tidak meluluhkan hati mamaku.

 Akhirnya, tanpa pikir panjang aku pun mengiyakan perkataan mamaku untuk lanjut kuliah di UGM dengan Jurusan Peternakan.



Yang membuatku yakin untuk menyetujui permintaan mama. Aku teringat kata temanku "" Selama kita numpang di rumah orang tua , ya kita harus turutin dong!"". Dan aku percaya Tuhan tau apa yang sedang kita butuhkan ke depannya. Mungkin juga apa yang kita pengenin sekarang belum tentu berjalan dengan lancar. Restu Tuhan terletak pada restu orang tua. Aku percaya itu.









"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.