Jangan Tanya - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Jangan Tanya


Jangan tanyakan apa aku lelah, Isi hatiku mungkin berbisik 

Aku tak lelah, aku tak seperti orang dijalanan itu

Lalu lalang sedari pagi hingga senja

Aku tak seperti seorang dari pria berdasi pagi itu di ibu kota,

Menjinjing Map kuning, keluar masuk kantor tak berhenti.

Pun pula seperti seorang lelaki yang menatap awan di siang hari.

Lelaki penopang dagu yang resah kecapaian mondar mandir mencari duit tuk mengisi kantong yang kering

Lelaki pencari kepastian di jalan, aku bukan seorang dari mereka. 

Jangan tanyakan apa aku lelah. 

Nuraniku akan bersua, berteman dengan lelah akan menuntun pada ketakpedulian tuk berusaha

Jelas hanya menatap arak-arakan di jalan, hanya resah, tak berguna. 

Selagi hari masih pagi dan napas masih panjang, lelah bukan kelemahanku.

Aku lelaki yang berkelahi dengan ragaku.Tampak gagah perkasa dan kekar, mau kemanakah akan ku sembunyikan topeng lelah itu, bila terpampang di wajahku.

Sekali lagi, jangan tanyakan padaku apa aku lelah.

Aku tak lelah, bisiku pada waktu yang selalu bersua di meja belajarku.

Aku bahagia, bahagia aku memburu di atas meja, memburu kata demi kata yang teruntai rapi

Aku bahagia menjinakan kata-kata buas yang sering membuatku menerawang dengan pening,

Namun pada saatnya aku kenyang.

Aku tak perlu turun ke jalan mencari kepastian hidupku, toh dijalan banyak duri melirik langkahku. Aku tak perlu berkelana ke negeri seberang, cukup dari atas mejaku saja.

Bukan pula aku seorang penikmat sepi dan sendiri, aku pencinta duniaku.

Masa depanku ada pada guratan tanganku, walaupun aku sukar menyelami.

Aku bahagia bukan lelah. Nikmat memburu di atas meja, berteman pena yang setia melukis jejak

Berteman segudang lembaran berwarna, memacuku tuk terus berkelana

Maka, jangan tanyakan padaku apa aku lelah, 

Tanya saja pada siapa berkeliaran di jalanan itu dikala fajar hingga petang. 

Aku hanya berteman dengan sepiku, diriku, meja tempat aku berburu dan penaku. 



Tentang Rasaku


Aku punya rasa

Rasa yang selalu dibalut rindu

Rasa yang tak selamnya ada

Dan itulah rasaku.

Rasa itu menyapaku diawal pagi ini hingga aku tertegun

Rasa rindu itu aku miliki

Menemani pagiku yang membisu.

Namun datangnya merombak memoriku

Memori lama di tahun-tahun berlalu

Itulah rasaku, indah datangnya rasa itu menyapaku.

Aku punya rasa,

Rasa lama yang terlupakan, kini datang menyapaku sekali lagi

Aku lupa bagaimana aku menyambutnya

Aku lupa bagaimana aku menyapanya

Tuk kesekian kalinya, aku lupa.

Lupa pada rasa yang sempat singgah.

Aku lupa bagaimana mengatakannya sekali lagi

Aku terlanjur nyaman dengan rasaku kini.

Tuk kesekian kalinya aku lupa, 

juga pada rasamu.



Tentang Ayah


Ayahku seorang pelaut, tangguh dan gagah bersahabat

Tatkala senja hendak mengaduh ke pangkuan alam,

kakinya melangkah perlahan sembari menunggu sunggingan terakhir sang senja.

Bertemankan angin laut dan deru gelombang mengadu nasib di lautan lepas,

Untuk sebuah rajutan kisah kelurga palaut yang tangguh.

Tatkala angin darat berhembus, hatinya tak pilu, tak juga lesu

Untuk sebuah nama terlukis indah di bumi.

Ayahku seorang peladang, rajin dan bersahaja

Pandai dan gagah berani.

Tatkala jago memanggil fajar

Ayaku terbangun dari buaian mimpi malamnya,

mimpi mengadu nasib untuk istri dan anak.

Ayahku pemberani dan bukan pembual.

Guratan wajahnya penuh harapan bahagia di hari esok

Tatkala fajar menjelma terik, 

Bukan kepalang panas mencumbui tubuhnya yang tak lagi mudah termakan usia

Alam seakan-akan enggan bersahabat, tega menyaksikan tetasan keringat suci membasahi pijakannya

Dan senja pun kini berbalik ke peraduannya, ayahku pulang

Tertinggal sebuah nama indah ayahku

Lekaslah kembali.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.