Jangan benawat kasih - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Jangan benawat kasih

Oleh: Yanti Noviyanti


Sudah ku bilang aku mencintaimu, terjemahkan derap langkah perasaan yang semakin jauh.

Kenapa langit tidak mengerti, padahal bumi memasang wajah merayu.

Jangan benawat, kau kekasihku sepanjang hayat tidak akan ada yang menyayat.

Hayutkan saja egomu jangan berpura-pura tidak mencintaiku.

Belaga pilon agar semua orang tau hanya aku yang mencintaimu

Memang benar adanya, tapi ku rasa buana seindah nirwana seandainya kau beri rasa yang sama.

Memangnya aku tidak cantik? Hingga kau sembunyikan perasaanmu yang dewana itu padaku.

Memangnya kamu malu dicintai oleh bidadari yang begitu dahayu ini?

Aku kesal kamu keras kepala sekali, mungkin saja aku menyerah tapi aku tidak mau.

Biar kamu mengerti, apakah aku harus melempar dama sampai ke rembulan?

Menunggumu mengungkapkannya bagai menunggu padi berbuah intan.

Aku bukannya tidak lelah, aku juga bukannya tidak ingin berpaling.

Kamu, benawatmu itu membuatku semakin ingin meraihmu.

Dengarkan aku, aku ingin nya kamu jangan menawar perasaan itu.

Bicaralah, pintalah padaku apa yang di inginkan kamu.

Sungguh, aksa ku telah terpaku padamu tak mampu melihat yang lain.

Luluhkan hatimu aku disini mencintaimu dengan jelas.

Aku tau kamu juga mencintaiku.

Jangan benawat kasih.



Dewasa tidak menyenangkan

Oleh: Yanti Noviyanti


Dari pagi ke petang aku berjalan melintang arah mata angin

Sibukkan diri demi pagi ke pagi yang indah nanti

Tidak seperti burung yang pergi hanya mencari makan, aku pergi mencari jalan kehidupan

Sudah ku telan usia yang menuju matang, ternyata tak seindah yang dibayangkan

Boleh menginjak tanah manapun, tapi tak boleh salah berpijak

Masih butuh pelukan, tapi dipaksa memeluk lempengan kehidupan

Ruas jalan-jalan yang dulunya ku rasa jauh dan gelap sudah menjadi jalan hidupku

Ingin menepi tapi terpaksa harus pergi

Tak ada yang melepas, tapi seperti di lepas

Aku kira dewasa punya segalanya, segala kekejaman segala penderitaan, segala cobaan dan ujian

Iya, segalanya sang dewasa harus dapat menerimanya

Merintih dalam ripuh tidak lantas menjadi runtuh

Dikekarkan dan kuat memang sudah begitu

Hanya dalam derasnya hujan, mengalir deraian air mata

Dipaksa tertawa dalam luka yang tengah membara

Hanya dewasa sendiri yang dapat memahami bagaimana mengobati

Luka hati, memar jiwa dibiarkan sembuh sendiri

Tak pernah ada yang peduli, tapi tetap harus peduli

Rapuhku dalam malam, yang menyamarkan kegelisahan

Hanya dewasa yang mengerti di setiap pengorbanan akan menuai kebagaiaan 



Taubat

Oleh: Yanti Noviyanti


Mendayuh-dayuh selaras bersyair merdu

Dalam sujud berjuta pinta ku mengadu

Rintih rindu dan rusuh tertuang dalam tadahan tangan

Tak mampu membenahi alur kegaduhan

Salah langkah jangan biarkan aku salah langkah

Demi keabadian yang suci nan mulia apa saja ku lakukan

Bertaruh dosa hamba tak kuasa menahan siksa-Nya

Demi memohon ampunan-Mu, sujudku menyatu dalam sukma

Berikan pelita-pelita itu untuk menerangi jalan menuju keridhoan-Mu

Terang dari segala terang, luas dari yang paling luas

Izinkan memetik bunga surgawi, meski harumnya saja tak pantas ku dapati

Jemari yang dulu mengingkari, kini berdzikir kepada Illahi

Masa yang tersisa ini, bentuk aku masih dicintai

Dalam tangis kehinaan ini, merintih bertaubat kepada-Mu Yaa Robbi

Ingin diri ini kembali suci saat menghadap Yang Maha Suci

Biarkan aku meraih kemilau hidayah-Mu

Dengan segala kelusuhan diri

Terimalah Taubatku ini


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.