Hilang Yang Tak Kan Pernah Kembali - KUmpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Hilang  Yang Tak Kan Pernah Kembali

Cerpen karya : Auffiya Auraelly


Siswi SMP Muhammadiyah 2 Boyolali Program Khusus

Hujan telah terjadi berkali-kali, namun hujan yang ini sangat berbeda sekali. Hujan yang ini ikut mengiringi kesedihan keluargaku. Kesedihan yang amat membekas dihati. Kesedihan ini hampir membuatku dan keluargaku  down.

    Ceritanya waktu itu Ayah berpamitan kepada kami akan bertugas di luar kota kurang lebih 2 minggu. Kebetulan itu bertepatan dengan cuti tengah semesterku. Aku merengek kepada Ayah kalau aku ingin ikut bersamanya, tapi Ibu melarangku untuk ikut bersama dengan Ayah, Ibu takut kalau nanti aku mengganggu dan merepotkan Ayah sewaktu ia masih bekerja.

Akhirnya karena bujukan ibu aku tidak jadi ikut. Tiba saatnya aku berpamitan kepada ayah, aku berpamitan dengan penuh linangan air mata. “ Yah cepetselesaikan pekerjaannya ya Yah….   Jangan lama-lama ya Yah… nanti kalau aku kangen gimana?” rengekanku saat ingin berpamitan dengan Ayah.

“ Iya… Ayah nggak akan lama-lama kok, kan disini ada Kakak,Ibu,Tante,Kakek, sama Nenek” Ayahmenjawab rengekanku dengan mata agak berkaca-kaca. “ Yasudahlah kalau begitu… Ayah hati-hati di jalan ya…”  aku mencium tangan Ayah dan setelah itu mengucapkan “ Da Ayah…” . “ Da..  juga sayang” Balas Ayah.

Sejak Ayah pergi aku suka murung sendirian di depan rumah sambil menunggu Ayah untuk pulang. Dan pada suatu hari aku serta keluargaku mendapat kabar duka. Yakni kabar Ayah mengalami kecelakaan dan Ayah pun meninggal ditempat kejadiannya.

Sontak aku dan sekeluargaku kaget atas kabar tersebut. Dan ketika aku mendengar kabar itu aku lari sekencang  kuda ke kamar,langsung ku peluk bantal dan gulingku. Sambil ku bayangkan kenang masa dulu saat bersama Ayah. Saat Ayah memelukku sehabis pulang bekerja, Ayah yang selalu memanjakanku dan selalu menyayangiku, dan kini sudah berpulang ke Rahmatullah.

Tak lama kemudian… Ambulance yang membawa jenazah Ayah datang dengan rombongan polisi. Ketika jenazah Ayah diturunkan dari ambulance, akulangsung berteriak “ Ayah…. Ayah……” ku ingin menghampiri jenazah Ayah tapi Tante memegangi tanganku dengan sangat kuat, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah pemakaman Ayah selesai aku mendengar percakapan antara polisi dan keluargaku.” Hmm… Bu dari kesaksian para saksi bahwa kecelakaan itu terjadi karena suami Ibu melaju sangat kencang sampai-sampai masuk ke jurang dan setelah kami lihat keadaan mobilnya ternyata remnya blong” kata Bapak polisi.

  Aku berpikir “Apakah Ayah melaju kencang karena permintaanku yang menyuruh Ayah pulang secepatnya? Berarti semua ini kesalahanku?”. Aku semakin takut untuk keluar kamar,karena aku merasa bahwa semua tragedi ini terjadi karena aku.

“ Tok.. tok.. tok.. Dik kamuada didalam?” Tiba-tiba Kakak mengetuk pintu dan membuyarkan pikiranku. Karena aku sering curhat dengan Kakak jadi aku membuka pintu dan langsung menarik Kakak ke dalam kamarku.

“Dik kamu kenapa?” tanya Kakak. “ Kak… mungkin kematian Ayah ini karena diriku Kak” aku menjawab dengan berlinangan air mata. “ Maksudnya dik?”tanya Kakak dengan sangat tidak paham. “Waktu Ayah berpamitan kepada kita waktu itu, kan aku menyuruh Ayah untuk pulang kerumah secepatnya” aku tambah kencang menangis.

“ Itu bukan salahmu dik, itu juga bukan salah siapa-siapa, Ayah meninggal itu sudah takdir dari Allah,  dan itu ujian untuk kita sekeluarga untukbisa kuat, bekerja keras, dan mandiri tanpa adanya Ayah. Kamu cuma perlu menjadi anak yang sholehah untuk Ayah sama Ibu, doakanlah Ayah dan Ibu saat sehabis sholat dan saat kamu merindukan Ayah, pasti Ayah akan bangga dengan perilakumu itu… Yaudah… Kakak mau keluar sebentar…(klek)” Kakan pun keluar dan menutup pintu dengan sangat hati-hati.

Karena nasihat Kakak tadi aku merasa lebih ringan atas beban-bebanku,dan memang benar kata Kakak,kita tidak boleh menyalahkan orang atau siapapun,karena semua itu sudah takdir. Kita tidak perlu menangis, dan menyalahkan diri sendiri, kita hanya perlu tabah,kuat,dan ikhlas, karena suatu hari nanti kita pasti juga akan meninggal seperti Ayah."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.