Manis sehabis Pahit - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Manis sehabis Pahit


Hari itu begitu sunyi, hujan lebat sejak pagi tak kunjung reda. Aku duduk di ruang tamu bersama bapak dan emakku. Sepiring singkong rebus yang masih mengepul pun disajikan emakku. Menambah kehangatan keluarga hari ini.

DUARRR... tiba – tiba terdengar suara ledakan dan kemudian disusul dengan suara jeritan dan tangisan. Bapak meletakkan singkong tang ada ditangannya. Air mukanya berubah. 

“ Cepat masuk ke kamar! Sembunyi! Mereka sudah datang “. Bapak segera menggiring aku dan emak ke kamar. Kemudian bapak mengambil senjata panjang dan memakai baju tebal. “ Bapak mau ke mana? “  tanyaku, “ Bapak mau keluar sebentar, jangan khawatirkan bapak, cepat sembunyi dan jaga diri kalian baik – baik! “

Bapak menghampiri aku dan emak, kemudian mencium dan memeluk kami berdua. Ada perasaan yang begitu sesak, seperti sebuah isyarat perpisahan. Emak menangis tersedu ketika bapak melangkah keluar. Dan, ya... tentu saja bapak pergi untuk berperang. Kami hanya menuruti perintah bapak untuk bersembunyi. Dengan penuh rasa was – was kami bersembunyi si kolong tempat tidur.

Setelah beberapa saat kemudian terdengar suara sepatu yang berat melangkah masuk ke rumahku. Kami hanya diam, begitu was – was, begitu takut, dan menerka – nerka apa yang akan terjadi. Suara itu semakin mendekat, gagang pintu bergoyang, kemudian pintu ambruk karena dobrakkan. Sosok itu masuk, bersepatu tinggi, berperawakan tinggi, kulit putih, dan membawa senjata panjang.

Bukan hanya satu orang, ada tiga orang yang berperawakan sama dan kini dikamarku. Sebentar... tidak, bukan hanya tiga orang, ada empat orang yang ada disini. Tapi yang satu berbeda, dia berbadan kecil kerempeng dan kulit sawo matang, namun berseragam sama. Ya... dua pribumi yang berkhianat, dan menjadi antek Belanda. Mereka berpencar, mengintai seluruh sisi ruangan kamarku yang lumayan luas. 

Kemudian salah seorang kulit putih menunduk dan melihat ke kolom tempat tidur. Dia menemukan kita, aku dan emakku. Aku sangat takut, badanku bergetar, jantungku berdegup kencang. Dia menyeret kami keluar. Dan semua tatapan tertuju ke arah kami, mereka berbincang dengan senyuman yang begitu janggal, tapi aku tak faham apa yang sedang mereka bicarakan. 

Salah seorang menatap tajam ke arahku, sebuah tangan yang kuat dan besar mendorongku begitu kasar, hingga aku terbentur ke dinding dan membuat kepalaku pusing. Pandanganku pudar. Aku melihat samar emakku, ia meneriakiku, dan kemudian orang – orang itu mendorong emak ke ranjang dan entah apa yang mereka lakukan pada emakku.

Saat aku tersadar, aku melihat emak tersedum mendekap  lututnya di atas ranjang. Mereka tertawa puas, seakan telah mendapat hadiah besar. Aku berteriak “ emakkk.... “ kemudian mereka melihat ke arahku, dan mengarahkan senjata panjang ke arahku, yang entah apa itu namanya. Emak meneriaki mereka “ tidakk... jangann...!!! “. Dan senjata itu berpindah ke arah emak, sekali tarikan, ada sebuah benda kecil dimuntahkan dari senjata itu dan mengenai tubuh emak. Emak tumbang seketika, darah mengalir dari bekas lukannya.

“ Tidakk... dasar pembunuh, kalian PEMBUNUH, dasar PEMBUN...” suaraku tersekat ketika sebuah benda panas menancap didadaku, nafasku tersengal. Sakit sekali, pandanganku kian memudar, kesadaranku hilang, dan gelap.

Ketika aku membuka mata, kulihat sekelilingku bukanlah kehancuran lagi, sekelilingku begitu terang dan indah. Di sampingku ada bapak dan emak. “ emak, bapak? “ mereka hanya tersenyum. “ Apakah masih ada penjajah? “ tanyaku “ tidak nak, kita sudah selesai, ini tempat kita, dan kita disini selamanya “. 


Nama : Ana Nadia

Alamat : Pringsurat, Temanggung, Jawa Tengah

Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 29 Agustus 2002

Asal instansi : IAIN Salatiga

Domisili : PPTI Al – Falah Salatiga 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.