Ldr-40 Days - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Ldr-40 Days


  Ldr-40 Days

Berpisah untuk sementara waktu 

yang entah sampai kapan usainya.

Dengan tantangan “ga boleh berkomunikasi”

Dengan orang terdekat-nrl.

 


    Menikmati keheningan dan angin malam dengan rasa kian gelisah antara tidak sabar, senang, sedih, entahla yang jelas kali ini hanya ingin melihat bintang yang menampakkan cahayanya ditengah kegelapan. Melihat postingan teman sekolah yang belum pernah bertemu dengan kata “goodbye, selamat tinggal rumah” dan lainnya. Begitupun denga Lengkara  ia juga ingin seperti teman-teman yang lain tapi kemalasan membuat ia mengurungkan niatnya, dasar Kara.

Sepersekian menit kemudian ada notifikasi dari  handphonenya. Seulas senyum terbit dari bibir manisnya. Salah seorang teman dekatnya menelpon dan dengan tidak sabar kara mengangkatnya. 

“hallo kar” kata Ela dari seberang sana

“hallo El, ada apa El?”

“mu udah mau berangkat?” tanya Ela

“Besok rencananya, kenapa?” jawab Kara

“Rencananya besok mau kerumah” sambung Ela

“ohhh boleh-boleh, aku tunggu yaaa El!” balas Kara semangat.

   

           Kara, yang sangat tidak sabar akan hari esok karena teman dekatnya akan kerumahnya. Ela adalah teman dekat dari Kara, dari SMP kelas 8 mereka duduk bersama. Orang tua mereka pun sudah saling kenal satu sama lain, dan Ela mendapat kabar bahwa Kara diterima di SMA Indonesia Cendekia School. Dan besok adalah hari terakhir Kara disekolah sebelum masuk ke Asrama Indonesia Cendekia School, antara sedih dan bahagia yang diraskan Ela terhadap Kara.


“dek” ucap Mama

“astagfirullah mama” jawab Kara terkejut.

Mama kara berdiri didepan pintu kurang lebih 5 menit ia melihat kara yang dari tadi senyum-senyum sendiri sambil melihat handphonenya. 

“udah siap semua barangnya?” tanya Mama

“udah, tinggal dimasukkin lagi ma” jawab Kara

“ya udah tidurlah lagi, jangan main handphone juga lagi “

“iya ma, eh ma Ela katanya besok mau kesini, mau main” jawab Kara”

“iya?, jam berapa dek?” tanya Mama lagi

“pagi mungkin ma”


  Kara membasuh mukanya sebelum tidur setelah itu ia melihat sekeliling kamar, menarik nafas panjang mencoba mengingat-ngingat kembali kejadian demi kejadian yang ia lalui dikamar ini. Beranjak dari tempat sebelumnya Kara naik ke tempat tidur 

“huh besok udah ga tidur disini lagi, sabar kar Cuma 6 bulan dan selama 40 hari doang kok kamu ga boleh berkomunikasi sama mama dan papa, bisa kok” ucap kara dalam hati


      Mentari pagi mencoba memperlihatkan dirinya, langit yang semula gelap kini mulai menerang semangat baru harusnya mulai datang tapi entah kenapa Lengkara Dwi Ananta masih bermain di alam bawah sadarnya, ia masih enggan untuk membuka kelopak mata yang terlihat sembab. 

“dek” kata Mama mencoba membangunkan kara.

“dek, Adek” Mama mencoba membangunkannya sekali lagi. Alhasil Lengkara terbangun, ia mencoba menetralkan pencahayaannya.

“udah pagi ya ma?” tanya Kara 

“udah, siap-siap lah lagi tapi katanya Ela mau kesini” ucap Mama.

“hm”

Mama beranjak dari tempatnya, menuju keluar pintu tapi langkahnya terhenti karena ada pangggilan dari Kara.

“Ma” panggil Kara.

“Ma kita nanti pergi jam berapa?” sambungnya.

“habis Zuhur kayaknya” jawab Mama


 Aku Kara, antara siap ga siap untuk go to the dormIndonesia Cendekia’s School. Setelah kepergian Ela tadi kini waktunya aku juga pergi, kedatangan Ela kerumah tadi memberikan kesan tersendiri, bukan karena Alquran mini yang ia berikan melainkan isi surat itu. Pesannya “Lengkara semangat disana jangan sedih-sedih ya, mungkin selama masa uzlah 40 hari mu disana kita ga bisa berkomunikasi, intinya semangat terus ya!-Ela” Huft. Perjalananku dimulai, kini saatnya aku harus siap dengan segala hal yang terjadi menuju 40 hari kedepan aku akan merasakan home sick sepertinya, pesan demi pesan ditujukan pada ku.


Tujuh Jam perjalanan telah ditempuh Kara dan kini ia tiba disekolah baru, bertemu teman baru , dengan lingkungan yang baru juga. Satu per satu Siswa Sudah diarahkan menuju Asrama, peraturan demi perraturan telah diketahui oleh beberapa siswa salah satunya akan ada “masa uzlah selama 40 hari kedepan” yang mana kita tidak boleh berkomunikasi sama siapapun tujuannya adalah, untuk membangun keakraban antara Siswa satu dan Siswa yang lainnya. 


Kara kini telah berada dikamar, kamar yang tampaknya telah siap dihuni , setelah berpisah dengan orang tuanya kini ia tengah bersiap untuk bersih-bersih dan pergi makan malam perdana di asrama bersama teman-teman yang lain.


“kar, yuk pergi kita lagi” kata Rissa teman baru kara.

“iya, bentar”

“udah yuk” ajak Kara pada Rissa. Setelah memasang kaus kaki, kini Kara dan Rissa telah siap menuju ke ruang makan yang terletak di lantai dua. Setelah sampai di lantai dua ternyata telah banyak orang yang duduk pada posisinya masing-masing.

 Malam pertama di asrama pun dimulai, perkenalan satu demi peserta didik diasrama telah terlaksana Kara mulai mengenali satu per satu temannya. Saat ini ia berada di kamar duduk bersantai dengan beberapa temannya.

“Kara, mu sedih ga?” tanya Alana

“sedih kenapa?” jawab Kara

“sedih karena pisah orang tua”

“Oooh ngga si, ga tau nanti, kalau mu?”tanya Kara kembali

“ngga juga hahaha”. Antara satu dengan yang lainnya sudah mulai dekat. Malam berganti pagi, pagi berganti hari, kini sudah hampir satu minggu Kara di asrama, rasa kangen mulai sedikit demi sedikit berdatangan. Banyak kejadian-kejadian yang ia lalui sendiri, dirasakan dan diselelesaikan secara sendiri. 


Sudah banyak beberapa kejadian yang terjadi di asrama, salah satunya perselisihan antara kelompok pertemanan yang satu dan dengan yang lainnya. Menurut kara itu hal yang wajar, ada banyak kepala yang digabung menjadi satu atap. Seperti saat sekarang sedang ada perdebatan antara kara dan Silla mengenai pelajaran.

“ini caranya mu faktorkan dulu sil, baru diselesaikan seperti biasa” Kara mencoba menjelaskan jawaban yang ia dapati dari soal matematika.

“ngga Kar, langsung aja diselesaikan! Ini beda dengan materi sebelumnya” tegas Silla

“mana ada, kemaren aja dijelasin kayak gini caranya”jawab Kara tidak mau kalah 

“terserah mu lah”pasrah Silla.


brakk! Pintu tertutup Kara memutuskan keluar dari kamarnya, ia kesal karena merasa pendapatnya tidak diterima. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi sementara keluar karena ia tau ketika ia berada tetap didalam kamar emosinya bakal lebih memuncang. Beberapa hari belakangan ia merasa banyak sekali masalah yang silih berdatangan dan itu membuat dirinya suka sekali emosi dengan hal sepele.


“ma, kara pengen pulang, kara ga betah disini” uacap kara tersedu

. Kara menangis? Iya, dia menangis di dekat jemuran, dengan menengkulupkan kaki ia merasa tidak tahan, ia tidak betah, ia stress, ia merasa tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

“Kara pengen pulang!” 

“Kara mu kenapa?” tanya Ara menghampiri, ia sedang menjemur pakaian dan mendengar tangisan temannya.

“gapapa” jawab Kara sambil menghapus air matanya.

“kenapa?” tanya Ara sekali lagi.

“aku pengen pulang lama kali masa 40 hari ga boleh nelpon orang tuanya” jawab Kara yang masih tersedu.

“ku kangen rumah, pengen cerita sama mama aghhh!!! Aku cape!” lanjutnya yang masih tersedu-sedu.

“sabar ya sebentar lagi kok, mu kalau mau cerita, cerita aja sama aku ya” balas Ara dengan lembut.

“ngga ah, nanti mu sibuk”

“ngga kok, pokoknya kalau mu mau cerita, anggil aja aku ga usah ngerasa sendiri ada aku oke” jawab Ara lagi.


2Hari lagi....


Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, kini Kara telah tampak lebih ceria ia telah merasakan enaknya hidup diasrama. Kara dan yang lainnya tengah mempersiapkan untuk penutupan masa 40 hari tidak boleh berkomunikasi dengan orang tua, ia dan kawan-kawan berencana membuat gambaran kehidupan di asrama saat ini semua sedang sibuk bekerja.


“bagusnya si Raihan ini duduknya di bagian sini sama si Raja” kata Liflatul mencoba mengatur, karena ia bertugas layaknya sang produser yang handal dalam bidangnya. Ia lebih suka kerja dibalik layar, ketimbang menjadi peran

“aku disini ya duduk sama rissa”Kata Kara mengambil posisinya.

“oke sip”

“jadi besok semoga lancar aja ya acaranya”kata Liflatul mencoba menyemangati dan berdoa kepaada teman-temannya.

Acara pentupan masa 40 hari tidak boleh berkomunikasi dengan orang tua pun tiba. Kara yang saat ini tengah tegang menunggu namanya dipanggil untuk berkomunikasi melalui zoom dengan orang tuanya. Setelah satu orang terakhir tibalah saat namanya dipanggil oleh pak Ahmad 

“yuk Lengkara sekarang giliran kamu” kata Pak Ahmad memanggil Lengkara 

Kini kara sudah siap untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.

“hallo Adek assalammualaikum” kata mama jauh diseberang sana

“waalaikumsallam ma, mama sehat” jawab Kara dengan semangat.

“sehat nak, adek sehat? Senang disana” tanya mama lagi

“sehat ma, alhamdulillah senang ma” 

hampi 10 menit sudah Kara menelpon dengan mamanya tak banyak cerita yang ia bisa ceritakan ke orang tuanya karena keterbatasan waktu.


     Kehidupan di asrama  kita harus siap dengan semuanya, jangan jadikan ketakutan dalam menjalankannya. Cukup dinikmati karena masa-masa di Asrama itu sebentar, satu Kata dari Kara tetap semangat, ingat tujuan dan ingat orang tua dirumah.


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.