https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
"Harapan Terbesar
Apa harapan terbesarmu untuk Indonesia?
Aku menatap kertas itu lekat-lekat. Memikirkan apa kalimat yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ya, ini memang hanya untuk ditempelkan di pohon harapan dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, namun bagiku ini adalah kalimat yang sangat penting. Kalimat yang mewakili segala harapanku untuk negeri ini. Bagiku, sebuah harapan bukanlah sekadar kalimat biasa. Harapan adalah doa, dan aku tidak akan bermain-main ketika mengucapkan sebuah doa. Hal buruk bisa saja terjadi disebabkan oleh seseorang yang salah berdoa.
“Ah!” Aku menghempaskan tubuh ke kasur. Lelah karena sejak tadi berkutat di meja belajar hanya dengan sebuah kertas bertuliskan, ‘Apa harapan terbesarmu untuk Indonesia?’
Aku mengambil ponsel, membuka aplikasi chat untuk bertanya pada teman-temanku, apa yang mereka tuliskan dalam kertas itu. Sebagian besar dari mereka menjawab, ‘Indonesia menjadi lebih maju’ atau ‘Indonesia menjadi lebih baik’. Sebagian lagi masih mencari kata-kata yang tepat atau mencari inspirasi, seperti yang aku lakukan saat ini. Beberapa tidak menjawab pesanku. Ah, membosankan. Yah, aku tahu, kata ‘lebih baik’ memang lah kata paling umum untuk mewakili seluruh harapan. Tapi, apa tidak ada kata yang lebih spesifik dari kata itu? Bukankah kata ‘lebih baik’ merupakan kata multitafsir? Lebih baik dalam menyengsarakan rakyat juga menggunakan kata ‘lebih baik’ bukan?
Aku mencoba menyegarkan pikiran dengan membuka internet. Siapa tahu dengan membaca berita terbaru hari ini membuatku mendapat inspirasi.
Mahasiswa kembali melaksanakan aksi unjuk rasa…(baca selengkapnya)
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat yang memicu kontroversi…(baca selengkapnya)
Setelah sekian lama, akhirnya presiden dan wakil presiden…(baca selengkapnya)
“Hufft,“ Aku menggerutu. Yah bagaimana tidak? Niat hati ingin menyegarkan pikiran, malah disambut oleh berita-berita tidak mengenakan dari dalam negeri. Setiap harinya, selalu saja ada berita soal pemerintah yang katanya menjalankan sistem demokrasi, tapi ujung-ujungnya menciptakan demonstrasi dari seluruh negeri.
Baiklah, sepertinya lebih baik mencari inspirasi di platform lain, di sosial media misalnya. Dan ternyata, bukannya mendapat inspirasi, malah semakin kesal dengan berita-berita yang ada. Berita yang ramai dibahas oleh orang-orang bukannya tentang apresiasi terhadap karya para seniman berbakat, bukannya konten pendidikan, atau bukan yang memberi informasi, malah konten-konten tidak bermutu. Yang tidak bermanfaat malah menjadi trending topic. Setidak waras ini kah negeriku?
Sekali lagi aku menyerah. Daripada membaca berita tentang hancurnya negeri ini, mungkin lebih baik aku melihat postingan teman-temanku. Memang lebih tidak berbobot, tapi setidaknya dapat mengistirahatkan otak.
Aku membaca caption-caption di postingan teman-teman,
Wah, akhirnya Kim Ha Jun debut!
Ini brand terkenal dari Amerika lho…
Ah, Jepang bagus banget! Jadi pengen tinggal disana!
Tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan di kepalaku, Kenapa orang Indonesia lebih mengidolakan hal-hal dari luar negeri? Yah, aku juga tidak akan menyangkal, aku mengaku bahwa terkadang aku juga berpikir demikian. Rasanya hal-hal dari luar negeri itu terkesan lebih keren, elegan, dan berkelas. Misalnya sebuah tas yang disebut-sebut impor lebih dinilai berkualitas daripada tas produksi lokal. Contoh lainnya, film dari luar negeri lebih diapresiasi dan lebih diminati, padahal film Indonesia juga tidak kalah bagusnya. Apakah itu hanya sebatas pemikiran saja, atau produk Indonesia memang tidak bisa bersanding dengan produk luar negeri?
•••
Toktoktok!
“Masuk!” Kataku mempersilakan orang yang mengetuk pintu kamar. Ah ternyata Kakak, membawa cemilan dan minuman.
“Tadi aku masak, sayang kalau tidak dimakan. Kamu habiskan ya,” Kata Kakak sambil menyodorkan nampan berisi makanan dan minuman itu.
“Ah, terima kasih, Kak! Kebetulan, aku juga sedang lapar,” tiba-tiba, aku berpikir untuk meminta inspirasi dari Kakak, “Kak, apa pandangan Kakak tentang Indonesia?”
“Hah? Apa-apaan ini? Aku sibuk, ada tugas yang harus dikerjakan,” jawabnya.
“Sebentar saja Kak, tolong lah adikmu ini,” aku memasang wajah memelas.
Kakak terlihat menghela napas. Mana bisa dia menolak wajah memelas adiknya yang imut ini. “Menurutku, Indonesia itu sangat indah, unik, dan luar biasa,”
Aku- yang baru saja membaca berita tentang rusaknya Indonesia, spontan menyela, “Hah? Indah bagaimana? Beritanya selalu tidak mengenakkan. Pemerintahnya begini lah begitu lah, kerusakan disini lah disitu lah,”
“Kamu tanya pendapat aku kan?,” Kata kakak sambil menyentil kepalaku, “kalau kamu masih butuh pendapatku, cobalah untuk diam dulu,”
Aku menunduk. Kemudian Kembali menatapnya, mencari posisi terbaik untuk menyimak dengan seksama kata-katanya sambil memakan cemilan yang ia berikan padaku, “Oke kak, lanjutkan,”
“Begini, kalau kamu hanya melihat Indonesia dari sisi buruknya, maka itulah yang terlihat. Mata kamu tertutup sama kenikmatan hakiki di Indonesia,
“Iya kamu benar, Indonesia ini memang sedang tidak baik-baik saja. Setiap hari ada saja berita yang mengecewakan, yang membuat terheran-heran. Baik dari situs resmi pemerintah maupun akun-akun di sosial media. Orang-orang berprestasi kalah terkenal oleh orang-orang yang kerjanya prank, drama, dan pamer harta. Bahkan beberapa orang cerdas memilih untuk pergi ke negara lain. Mereka merasa, negara lain jauh lebih menghargai mereka,
“Tapi, coba geser sudut pandang kamu ke sisi yang berlawanan,
“Coba lihat sekitar, mana lagi negara yang punya pemandangan seindah Indonesia? Kita punya alam yang indah, mendukung untuk kebutuhan agraris dan maritim. Yah meskipun selalu saja impor bahan pangan sih…
“Nah, Kenapa itu bisa terjadi? Bukannya petani dan nelayan di sini juga sudah bekerja keras? Apa yang di luar sana benar-benar bekerja lebih baik daripada yang di Indonesia? Ya jawabannya tergantung penduduk Indonesia sendiri. Bisa dibilang, tak sedikit masyarakat sini yang terlalu mengagungkan kata impor. Apa-apa yang impor dinilai lebih bagus, padahal tidak selalu begitu. Andai saja orang-orang lebih memilih untuk membeli produk lokal, pasti Indonesia jauh lebih kaya dari sekarang. Produk Indonesia akan berkembang jika mendapat banyak dukungan dari penduduknya. Jadi bukannya jelek, hanya kurang dukungan saja,
“Lalu, negara mana lagi yang punya budaya, adat, dan bahasa yang lebih kaya dari Indonesia? Meski berbeda-beda, tetapi tetap satu, Bhinneka Tunggal Ika. Bukankah itu mengagumkan?”
Aku mengangguk-angguk mengiyakan. Benar juga pendapat Kakak. Kita terlalu sibuk membicarakan hal buruk soal Indonesia sampai lupa bahwa masih banyak hal baik yang bisa dibanggakan. Kita hanya perlu mengubah sudut pandang.
“Oke, sudah kan? Ingat, semuanya hanya pendapatku saja, silakan kamu simpulkan sendiri saja berdasarkan pemahaman kamu, aku keluar,” kata Kakak sembari berjalan menuju sisi luar dari pintu.
“Oke oke, terima kasih lagi, Kak!”
Aku tersenyum. Jawaban yang menurutku sangat memuaskan dan menginpirasi. Sekarang aku tahu apa harapan terbesarku untuk Indonesia. Sederhana saja, tapi aku yakin bisa berpengaruh sangat besar.
Aku kembali berhadapan dengan kertas dan pulpen yang sedari tadi bergeming di atas meja belajarku. Bedanya, sekarang aku telah yakin dengan apa yang akan kutuliskan dalam kertas ini
Apa harapan terbesarmu untuk Indonesia?
Dengan mantap aku menjawab, Aku ingin masyarakat Indonesia lebih menghargai negerinya.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.