HABIS GELAP LALU TERBENAM - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


HABIS GELAP LALU TERBENAM


Aku tenggelam dalam genangan air

Yang ku buat dari mataku sendiri


Ikhlas yang terbuat 

Hanya benalu yang terpendam

Kasih yang tulus hanya tinggal nama di batu nisan

Rasa yang amat dalam kini sirna 


Perempuan itu kini menyerah 

Pada keadaan yang memaksa nya berlalu

Menyimpan sebuah luka 

Yang dirawatnya hingga kini


Masa yang tak kan redup

Kisah yang sayup

Terkikis oleh akal dan sikap

Semua buyar bak di bom menjadi serpihan debu


Tak ada lagi cerita

Ataupun cinta

Perempuan itu kini gila dengan rasa,

Rindu,benci dan cinta.


Ia ingin jumpa pada Tuhan yang 

Barang kali sudah siap membawanya kepelukannya

Terlalu dalam dan berulang

Hingga yang berlubang

Kini telah menghilang 


MERAWAT LUKA


Tidak hanya singgah, 

kata sungguhpun tak begitu indah untuk terucap. 

Dari lelaki yang berkulit putih

 bertubuh gagah kuat dan berani. 


Nyatanya tak begitu baik untuk di katakan cinta, sekumpulan kisah yang di susun hanya tinggal beberapa lembar saja

hilang tersapu angin yang sempat berkata 

'biarkan aku pergi' 


Dari sudut mata yang sempat memekarkan pupilnya kini mengalir butiran air

 yang menggenang 

Seperti menolak  pergi, 


namun di paksa oleh keadaan

 yang menekannya kebawah hingga membuatnya tenggelam tak pernah muncul dari permukaan.


Selamat kamu berhasil pergi




PERGIMU,LUKAKU


Masih ada kah secercah harapan 

lama menikmati Pesona cinta yang  syahdu

bak nyanyian seruling Krisna

Gadis yang tengah duduk disudut jendela,melambai tangan seraya merayu pada nada ""Bagaimana hatimu,sayang? Maukah kubuatkan kopi? Atau aku siapkan handuk untuk mu mandi?

Pertanyaan Kosong,

Jangankan mengiyahkan,berkatapun enggan terucap


Sejuta elegi pun membungkam

Menjuntai seribu bahasa

Lantas bertanya ""aku salah apa?""

Berkhayal hadirnya seorang bihaduri.

Bayangan yang termaktub

Seraya semesta mengaminkan pertemuan


Tidak juga kau dan aku

Gelora asmara hanyalah bumbu cinta yang tak lekang oleh lumutan nadi

Wanita itu masih saja menunggu dengan setia

Berharap kembali

Pada bahu yang dinamainya kekasih


Betahun lamanya

Merengkuh segala kegelisahan

Menyongsong harapan hening

Menepi diatas dermaga cinta

Menunggu sutra wajahmu menoleh

Pada asa yang berpayung nirwana



"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.