Garis Asa - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Garis Asa

Layak nya sebagai embun dipagi hari,

Yang mengharapkan hangat nya sinar mentari pagi

Menunggu dengan  penuh keteguhan dan keyakinan

Mentari dapat memberikan kehangatan yang di impikan.


Meskipun telah mengerti bahwa sang alam,

Tak pernah mengizikan nya, untuk mencapai keinginan

Tak pudarkan keyakinan dan ketuguhan yang tertanam

Selalu berpegang teguh pada kuat nya sebuah keyakinan .


Meski dekapan kehangatan membuat nya lenyap seketika

Tak ada kecewa dan gunda yang dirasa dalam jiwa

Pergi berlalu dengan membawa kelembutan dan kesejukan

Tanpa meninggalkan pahit nya rasa kegagalan atas harapan.


Akan selalu bertengger disetiap gelap nya kabut pagi

Menunggu mentari membawa nya pergi dalam kehangatan

Hilang menandakan kehangatan telah menyetuh nya, meski itu sementara

Itulah sebuah pembuktian atas kuatkeyakinan tanpa ada keraguan.



Pengakuan


Untuk siapa engkau rela berdosa…?

Tanpa ada rasa sesal yang engkau rasakan

Apakah ada pihak yang  memaksakan…?

Sehingga engkau melakukan semua kebohongan,


Saat ku tanya, apakah engkau lelah..?

Hanya menggelengkan kepala dan tersenyum

Tanpa ada keluhan berat nya beban yang engkau emban

Hingga tak pernah bisa ku lihat penat bekerja seharian


Apakah engkau letih atas pekerjaan siang malam mu..?

Tak pernah terfikir mengeluh atau pun lari dari tugas mu,

Hanya tersenyum tipis bibir mu, menggambarkan ketulusan

Hingga tersamarkan letih badan yang tengah engkau rasakan


Oh… ayah, ibu

Mengapa! engkau selalu berbohong kepada aku anak mu

Mengapa! engakau menutupi semua rasa lelah dan pengorbanan mu

Sehingga aku selalu mengandalkan mu, untuk kehidupan ku


Aku yang hanya ingin didengarkan tanpa mau mendengarkan

Selalu menyangkal akan semua perintah dan pinta dari mu

Aku yang selalu mencari banyak alasan ketika diminta bantuan

ketika kutak mau, tanpa rasa bersalah pergi dari hadapan mu


Oh… Tuhan…

Firman mu mengataka bahwa berbohong adalah sebuah dosa

Aku mohon ampunan mu atas kebohongan kedua orang tua ku

Yang rela berbohong untuk kebaikan kami putra dan putri nya

Sungguh engkaulah maha pengampun lagi maha mengabulkan


Oh… ayah, oh… ibu

Maafkan lah atas semua perilaku buruk ku terhadap mu

Rasa kasih dan cinta yang engkau beri untuk ku tidak lah semu

Aku melihat akan semua hal itu, namun mata ku seolah buta tak melihat nya,

Wahai ayah… oh ibu… maafakan segala khilaf serta dosa-dosa ku.



Pesan Dari Sehelai Bulu

Tahukah engkau bahwa terkadang penilaian tak hanya dari penglihatan,

Andaikan jika kau tahu, tak akan mungkin kau menilai instan sesuatu

Seperti anggapan mu, kepada dia yang kau rasa selalu membodohi

Yang mendekap mu layak nya seorang teman dan meningalkan mu tanpa keraguan.


Jangan permasalahkan sikap orang yang meninggalakan saat kau tak lagi dibutuhkan

Akan tetapi salahkan atas setiap buruk nya anggapan yang salalu engkau pikirkan

Layak nya sehelai bulu yang selalu menghangatkan unggas dikedinginan

Selalu menemani unggas yang telah terlelap dalam tidur dengan kehangatan


Ketika unggas sudah tak lagi membutuhkan, dan pergi jauh terbang meninggalkan

Tak pernah mengingat ataupun menyesali atas segala  jasa yang telah ia berikan

Terbang ringan, tanpa membawa berat beban dendam dalam genggaman

Tak terlintas dalam pikir dimanfaatkan, namun  selalu beryukur memberi kegunaan"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.