Disaat Hati Harus Menepi - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Disaat Hati Harus Menepi


   Semarang,11 November 2021


   Lita terbangun pagi ini dengan cahaya matahari yang menembus dari sela-sela jendela yang sedikit terbuka. Ia mulai membuka matanya yang sembab dengan tangan yang memegangi kepalanya, ia memaksakan tubuhnya untuk bangkit dari tempat tidur.

   ""Ah, aku ketiduran lagi.""

   Setelah menangis semalaman Lita terbangun dengan penat yang masih memenuhi sekujur tubuhnya.

   Hembusan angin lembut yang masuk membawa kembali semua kenangan tentang dia, sang pangeran berkuda putihnya.

   Lita hanya duduk terdiam diatas tempat tidur dan memutar kembali semua cerita yang ia alami dalam 2 tahun lalu.

   Dimana kisah pilu yang membalikkan kebahagiaannya dengan kesedihan yang paling dalam.

   Suara burung dari luar jendela memecahkan keheningan dalam lamunannya, Lita segera bangkit dan bergegas berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat kuliah.

   ""Selamat pagi mah."" sapa Lita sembari menuruni tangga menuju ruang makan.

   ""Pagi sayang, ayo sarapan sudah mamah siapkan nasi goreng kesukaan kamu."" jawab mamahnya sembari menyiapkan sarapan.

   ""Papah kemana mah?"" tanya Lita.

   ""Sudah berangkat ke kantor, hari ini ada meeting katanya, ya sudah ayo dimakan keburu dingin."" jawab mamahnya.

   ""Iya mah."" sahut Lita.

   Mereka berdua pun menikmati sarapan bersama. Setelah selesai Lita bergegas naik ke motor nya dan berangkat ke kampus.

   Lita mulai menjalani rutinitasnya seperti biasa dengan rasa sepi dan kesendirian yang kembali menyelimutinya.

   Semua cerita di mulai dua tahun yang lalu, saat ia bertemu seseorang yang menyelamatkannya dari kesendirian.

   Dua tahun lalu, di koridor kampus.

   Lita berjalan di koridor menuju kantin untuk mencari cemilan untuk mengisi perutnya yang sudah bersuara dari pagi karena ia bangun kesiangan dan melewatkan sarapan paginya.

   ""Permisi mbak"" panggil seorang laki-laki.

   ""Eh iya,ada apa ya?"" jawab Lita sembari menoleh ke sumber suara.

   ""Maaf ini ballpoint mbak jatuh"" jawab laki-laki berkacamata itu.

   ""Oh iya terima kasih"" jawab Lita.

   ""Iya sama-sama"" jawabnya dengan senyum tipis dibibirnya.

   Itulah awal pertemuan Lita dengannya, seorang laki-laki bernama Lana, laki-laki berkulit sawo matang, berambut pendek hitam  dan berkacamata.

   Seolah takdir sudah terlukiskan untuk mereka berdua. Seiring berjalannya waktu dengan ketidaksengajaan lainnya mereka sering bertemu dan saling menyapa satu sama lain.

   Tidak terasa sudah 2 bulan sejak Lita mengenal dan mulai dekat dengan Lana, sampai disuatu hari Lana memberanikan diri mengajak Lita bertemu berdua diluar kampus.

   From : Lana

   To      : Lita

   Hay Lita, apa hari ini kamu ada waktu?

   Bisa kita bertemu di Cafe Guess sore ini?

   From : Lita

   To      : Lana

   Iya bisa, aku kesana jam 4 sore ya, see you Lana.

   Sore itu Lita bergegas pergi ke cafe tempat janjiannya dengan Lana. Sesampainya disana Lana sudah menunggunya di salah satu bangku dekat jendela kaca yang penuh hiasan dedaunan rambat disisi kanan dan kirinya.

   “Hey disini.” panggil Lana sembari melambaikan tangan ke arah Lita.

   Lita melihat Lana sambil tersenyum dan bergegas menuju ke meja yang sudah disiapkan untuknya.

   “Sudah lama menunggu?” tanya Lita.

   “Nggak kok aku juga baru aja sampai.” jawabnya

   “Oh gitu, ngomong-ngomong kamu ngajak aku keluar ada apa ya?” tanya Lita.

   “Ada hal penting yang mau aku omongjn sama kamu Lit.” jawab Lana sembari mengeluarkan kotak kecil dari tasnya.

   Lana membuka kotak kecil itu dan menyodorkannya ke Lita, ada sebuah kalung dengan liontin bunga daisy kesukaan Lita.

   “Lita,kita sudah saling kenal selama 2 bulan ini, aku ingin bisa mengenal kamu lebih dalam lagi, aku ingin menemani kamu kapanpun dan kemanapun kamu pergi, ingin bisa jadi bagian dari hari-harimu, iijinkan aku meminta tempat di hidupmu untuk aku isi sebagai bagian darinya, aku janji akan selalu membuatmu bahagia bidadariku. maukah kamu menerimaku?”

   Dengan hati yang masih terkejut Lita berusaha menenangkan hati nya sembari menghembuskan nafas dalam-dalam. Ia tidak menyangka Lana akan menyatakan cinta kepadanya.

   Setelah ia bisa tenang, Lita pun menjawab pengakuan cinta dari Lana. “Iya Lana, aku mau.”

   Mereka berdua pun tersenyum dan Lana memasangkan kalung yang ia bawa kepada Lita.

   Sejak saat itu Lita selalu merasa bahagia. Ia berharap waktu yang ia lewati bersama Lana akan bertahan selamanya dan tidak pernah sekalipun terbesit pikiran bagaimana jika Lana pergi dari sisinya.

   Enam bulan telah berlalu sejak mereka memutuskan untuk berpacaran. Hari-hari mereka lewati bersama. Setiap ada permasalahan yang muncul selalu  terselesaikan dengan baik dan hubungan mereka berjalan sebagaimana mestinya.

   Tetapi belakangan ini Lita merasa sikap Lana mulai berubah, bukan Lana seperti yang ia kenal dulu. Ia merasa sikap Lana menjadi lebih dingin, selalu marah untuk hal-hal sepele, dan tidak seceria dulu, matanya selalu sayu dan terlihat sedih, tetapi Lita mencoba untuk tetap bersikap biasa seperti tidak terjadi apapun walaupun ia tetap memikirkan berbagai kemungkinan buruk. Ia percaya pada kekasihnya itu, bahwa mereka sama-sama saling mencintai.

   Aku mengingat hari itu, kehancuran terhebat dalam hidupku, 14 Agustus 2019 seseorang datang menemuiku.

   Pagi ini Lita masih berdiam dikamarnya dan membaca komik yang baru saja ia beli di toko buku kemarin. Ia berhenti dari aktivitasnya saat bel rumah berbunyi dan ia bergegas turun untuk mengetahui siapa yang datang kerumahnya pagi itu.

   Setelah sampai dibawah ia segera membuka pintu dan menemui seorang wanita muda yang terlihat seusia dengannya. Wajahnya kecil dan cantik, dengan mata lebarnya dia menatap Lita dan mulai berbicara.

   “Apa benar ini rumah mbak Lita?” tanyanya.

   “Iya saya sendiri, mohon maaf dengan siapa ya?” tanya Lita.

   “Perkenalkan saya Hana, tunangan mas Lana”

   Seketika jantung Lita seperti berhenti untuk  berdetak karena ia mendengar hal yang benar-benar tidak masuk akal.

   Wanita itu melanjutkan, ”Saya sama mas Lana tunangan satu bulan yang lalu, karena perjodohan orang tua kami, maksud saya datang kemari untuk memastikan 1 hal dari mbak Lita, apakah mbak Lita ada hubungan sama mas Lana?”

   Lita hanya terdiam dengan pandangan kosong, ia merasa tidak sanggup bahkan untuk berdiri, hati nya hancur dan mencoba untuk menyangkal apa yang ada didepan matanya saat ini.

   Pelupuk matanya mulai memanas, badannya gemetar, tapi Lita mulai mengembalikan kesadarannya untuk menjawab pertanyaan wanita itu. Ia telah memikirkan jawaban terbaik yang terpikirkan olehnya saat ini.

   “Saya hanya kenalan dikampusnya mas Lana mbak, kami tidak ada hubungan apapun” jawab Lita dengan lugas.

   “Baik mbak, terima kasih untuk jawabannya saya permisi dulu” jawab wanita itu.

   Hana berbalik dan meninggalkan Lita yang masih mematung sambil memandangi punggung Hana yang perlahan berlalu.

   Lita kembali kekamarnya dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya. Ia tidak menyangka segala hal yang sebelumnya hanya prasangka kini benar-benar menjadi nyata, seolah ia telah menemukan alasan dari semua perubahan sikap Lana dalam beberapa waktu lalu.

   Setelah sampai didalam kamar ia menutup pintu dan perlahan terduduk lemah bersandar pintu, ia memegang erat kedua kakinya dalam pelukannya dan tanpa sadar perlahan bulir-bulir air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya.

   Lita hanya menangis sejadi-jadinya. Dadanya terasa sakit dan sesak, nafasnya pun tersenggal-senggal karena air mata tidak mau berhenti mengalir sebelum air matanya benar-benar habis dan mengering.

   Setelah Lita bisa menghentikan tangisnya, ia mencoba untuk berpikir lebih jernih tentang permasalahannya dengan Lana. Ia memutuskan untuk mengakhiri segalanya tanpa harus Lana tahu bahwa ia sudah dihancurkan olehnya.

   Aku harus melepasmu Lana.

   Lita bergegas mengambil ponselnya.

   From : Lita

   To     : Lana

   Dear Lana,

   Ada suatu hal penting yang perlu kamu ketahui, aku harus jujur sama kamu saat ini.

   Aku rasa aku sudah mulai bosan dengan hubungan kita, dan aku memutuskan untuk mengakhiri ini.

   Dan untuk janjimu untuk selalu membahagiakanku kamu tidak perlu khawatir, aku benar-benar menjadi wanita beruntung yang selalu bahagia karena memilikimu.

   Aku harap kamu segera menemukan seseorang yang akan mencintai kamu lebih dari aku.

   Terima kasih untuk segalanya Lana.

   Lita kembali menangis sesegukan saat harus menulis pesan perpisahannya dengan Lana. Tanpa menunggu pesan balasan dari Lana, ia memutuskan untuk mem-blok nomor telepon Lana.

   Lita tak sanggup untuk menerima balasan dari laki-laki yang dicintainya itu, ia tau seberapa besar Lana mencintainya sampai saat ini.

   Ia paham tidak ada yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hubungannya dengan Lana, cukup ia yang harus berkorban tanpa membuat Lana bersedih lebih jauh lagi.

   Hari-hari berlalu dengan berat untuk Lita. Setiap malam ia harus terbangun karena mimpi yang mengingatkannya pada kepergian Lana dengan perempuan pilihan keluarganya.

   Setiap hari ia tidak berselera makan sampai sakit asam lambungnya pun kambuh beberapa kali. Ia hanya bisa mengingat dan menangis. Dunianya telah hilang, sandarannya telah pergi, ia kini kembali sendiri.

   Lita berpikir akan baik-baik saja dan semua akan kembali seperti semula, tapi ia salah. Semua tidak akan lagi sama, sesuatu yang datang dan kini telah pergi membawa serta hatinya pergi hingga ia merasa tidak akan pernah bisa mencintai seseorang lagi.

   Dua tahun telah berlalu, saat dengan tidak sengaja Lita bertemu seseorang yang benar-benar ia rindukan. Disebuah jalan didepan cafe yang dulu ia datangi untuk bertemu Lana.

   Mereka saling bertukar pandang, Lita terdiam mematung untuk sejenak, dan disaat bersamaan seorang wanita datang menghampiri laki-laki itu dengan menggendong seorang bayi perempuan yang tengah tertidur.

   Lita menatap mata laki-laki itu dan mencoba untuk tersenyum tulus untuknya. Inilah saatnya ia harus menunjukkan bahwa ia bahagia untuk kebahagian laki-laki yang dicintainya.

   Lana pun membalas senyum Lita. Hati Lita terasa hangat dan tenang, ia berbalik berjalan menjauh dari mereka dan tanpa sadar ia mengeluarkan air mata dalam senyumnya.

   Kini waktunya Lita untuk melepas kalung yang selama ini ia pakai layaknya ia melepaskan janji Lana yang diucapkan untuknya.

   Aku bahagia untuk kehidupan barumu walaupun tanpa aku didalamnya.

   Kamu telah menemukan seseorang yang harus kamu bahagiakan.

   Kamu bukan lagi pangeran berkuda putihku, tapi kamu akan tetap menjadi satu-satunya cintaku.

   Selamat tinggal Lana,

   Aku mencintamu..

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.