CITA – CITA YANG TERTUNDA - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


CITA – CITA YANG TERTUNDA

Penulis: Anggun Elni Novia



        Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Namaku Anggun Elni Novia tapi biasa dipanggil adek. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang lucu, Ika namanya. Kami hidup rukun dan damai. 


        Orang tuaku hanyalah seorang pedagang. Mereka bekerja keras. dengan penghasilan yang hanya cukup untuk membiayai kehidupan rumah, tetapi mereka selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk pendidikan kami. Orang tuaku selalu mendukung keinginan dan cita-cita anaknya. Aku bangga pada mereka. 


        Ketika aku masih duduk di bangku SMA, aku berkeinginan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku ingin masuk ke sekolah kedinasan yaitu STAN. Karena masuk dan bisa lulus ke STAN merupakan cita-citaku.  Aku mendengar dari temanku jika ada les privat yang mempelajari tentang semua yang akan diujikan nantinya. Tiba-tiba ketika aku di sekolah, datanglah kakak dan abang yang ingin mempromosikan les privat tersebut. Nama les privat itu adalah ADZKIA STAN. Salah satu nama abang mentor di les itu adalah bang Hamka. Kemudian bang Hamka masuk ke kelas ku dan memberi salam. 


        “Assalamu’alaikum adek-adek, perkenalkan Abang salah satu mentor di ADZKIA STAN, disini Abang ingin menjelaskan tentang salah satu sekolah kedinasan yang ada di Indonesia, yaitu PKN STAN,” Ujar bang Hamka.


         “Waalaikumsalam bang”, jawab semua siswa (termasuk saya). 


          “Apakah adek-adek tau apa itu PKN STAN?”, tanya bang Hamka. 


          “Belum bang”, jawab beberapa siswa.


        Kemudian, bang hamka menjelaskan tentang PKN STAN dan setelah dijelaskan semua juga tempat les tersebut, kemudian kami dibagikan brosur dan setelah itu bang hamka dan rekan-rekan lainnya pun pulang. Saat itu, saya langsung bersemangat untuk mencoba dan mengikuti les privat tersebut, karena masuk ke kampus STAN adalah salah satu cita-cita saya. 


        Dalam hati saya langsung berkata, “Saya ingin sekali bisa les disini, untuk menambah dan membantu saya agar bisa lulus ke STAN”. Tetapi di dalam hati saya masih ada keraguan, karena menurut saya les ini cukup mahal, dan pastinya saya harus memberitahu kedua orang tua saya dahulu. Saya tau, kalau saya bukan orang yang mampu, karena orang tua saya hanya berdagang. Seketika saya takut dan tidak berani untuk berbicara tentang les tersebut. 


        “Apa di izinkan ya aku les disini, karena les ini cukup mahal”, kata ku.


        “Tapi coba ajalah dulu, semoga aja aku di izinkan, karena aku sangat ingin bisa berkuliah di STAN”, ujar aku dalam hati ( raut wajah yang sedih ).


        Setelah pulang dari sekolah, aku berbicara dan meminta kepada ayahku untuk mengikuti les itu. Walaupun cukup mahal tetapi ayahku mendukung. Namun sebelum mengikuti les itu Ayah dan Umi berkata kepadaku, 


        Ayah : “Nak, memangnya betul, kamu mau mengikuti ujian itu?”.


        “Iya yah, itu memang keinginanku dan cita-citaku. Aku ingin membanggakan ayah dan Umi”, kataku. 


        “Kami hanya bisa mendoakan semoga cita-citamu ini bisa jadi kenyataan. dan semoga sukses selalu ya nak, aminn”, kata ayah umiku.


        Waktu pun berlalu begitu cepat. Ujian pun hampir tiba. Dengan penuh keyakinan aku terus belajar dan berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam menjawab. 


        “Semoga aku bisa lulus mengikuti tes itu”, ujarku dalam hati.


        “Bismillahirohmanirohim”, ucapku dalam hati dengan wajah yang sedikit cemas.


        Dadaku, hatiku dan jantungku pun berdegup kencang. Ketika aku akan pergi mengikuti tes itu dengan meminta doa dari kedua orang tuaku, aku berangkat penuh keyakinan. 




        Setelah aku mengikuti tes itu, ternyata Allah SWT berkehendak lain. Tes pertama itu pun aku gagal dengan nilai yang hanya kurang 3 angka untuk bisa lulus ke tahap selanjutnya. Aku menangis sendiri tanpa ada yang mengantarkan aku kesana. Seketika itu aku sangat sedih dan sangat kecewa. 


  Sesampainya di rumah,  aku langsung memeluk umi dan berkata, “Adek gagal dan  belum bisa untuk lulus tes itu”, aku berkata sambil  menangis. 


        Dengan kasih sayang umi ku berkata, “dek berarti itu belum rezekimu, mungkin ini awal dari cita-cita dan keberhasilan adek yang tertunda”.


        Waktu semakin cepat berlalu. Sebelum aku mengikuti tes STAN itu, aku lulus mengikuti jalur SNMPTN untuk masuk perguruan tinggi negeri. Sebelum aku mengikuti tes STAN itu, aku sudah dinyatakan lulus di salah satu universitas negeri di Medan. Alhamdulillah, aku cukup bahagia, walaupun aku tidak lulus di tes STAN. Ketika aku lulus di jalur SNMPTN kemarin itu, orangtua ku merasa bangga padaku. 


        Mereka berkata, “walaupun adek tidak lulus di tes STAN, tetapi adek sudah lulus di jalur SNMPTN dan adek bisa mencoba untuk mengambil jurusan tersebut, mungkin ini rejeki adek dan awal dari cita-cita juga keberhasilan mu ya dek”. 


Sekarang saya sudah menjadi seorang mahasiswi di salah satu kampus di sumatera utara, yaitu universitas negeri medan atau yang sering disebut dengan UNIMED dengan jurusan matematika. Dua semester telah aku lewati, kini aku mengikuti salah satu ujian tes masuk sekolah kedinasan lainnya yaitu STIS. Aku tidak berpatah semangat. Aku mencoba lagi dengan penuh harapan. Tetapi hasilnya juga tidak sesuai harapanku. Untuk kali ini aku sangat sedih, karena sudah kedua kalinya aku mengikuti tes gagal. 


        Dalam hati aku berkata, “kamu gagal bukan berarti berhenti untuk terus meraih cita-citamu,  mungkin memang ini bukan rejekimu, Allah sudah menentukan pilihan yang terbaik untuk setiap hambanya” ( sambil menangis ).


        Kembali aku membuat kecewa kedua orangtua ku. “Aku sangat sedih, tetapi aku harus bangkit dan aku masih terus berjuang untuk kuliah ku yang sekarang. Mungkin memang rejeki ku berada di kuliahku sekarang ini. Aku berharap, setelah tamat dari kuliah ini aku bisa menggapai cita-citaku yang sebelumnya tertunda, dan aku bisa mendapatkan pekerjaan yang terbaik dari ilmu yang selama ini aku tempuh dengan penuh suka dan duka selama 7 semester di perkuliahan ini. Aminallahumma amin”, kataku dalam hati.


        Dan sekarang pun aku fokus untuk meneruskan kuliahku yang sekarang. “Oke, aku harus selalu semangat, demi cita-citaku dan untuk kebahagiaan orang sekitarku, terutama kedua orangtu ku”, ujarku.


        Dalam hidup, aku mempunyai motto yaitu sebaik-baiknya manusia yaitu bisa berguna dan bermanfaat untuk orang lain. Jadi, ketika aku nantinya sudah bisa menjadi orang dan benar-benar orang, aku sangat ingin bisa membantu orang-orang yang kurang mampu, aku sangat ingin. Dan ketika aku sudah bisa berpenghasilan sendiri juga mampu, aku sangat ingin membawa kedua orangtuaku ke Mekah, dan ini merupakan salah satu cita-cita aku juga dari aku masih kecil. Dan semoga ini bisa menjadi kenyataan untuk kehidupan aku dan juga keluargaku. 


        Di Indonesia sekarang ini sedang ada musibah karena adanya virus baru yaitu Covid-19, yang merupakan virus yang mematikan dan sangat berbahaya, maka selama kuliah ini juga, aku harus sungguh-sungguh dan tekun selama mengikuti pelajaran, karena kami melakukan perkuliahan harus secara daring (online). Semoga virus ini cepat hilang, agar saya juga teman-teman lainnya bisa melakukan perkuliahan seperti biasanya yaitu datang ke kampus dan tatap muka dengan dosennya. "


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.