Di Bawah langit Malam Di Antara Awan- Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "*Di Bawah langit Malam Di Antara Awan*


Ini aku, Jingga. Menatap langit penuh harap tuk turunkan keajaiban. Menadahkan tangan dan melihat tetesan air hujan yang seakan menjawab bahwa Jingga Kemala tidak bisa menjadi seperti orang pada umumnya. Diriku, banyak orang membenci hal itu. Semenjak kecelakaan yang menewaskan orang yang menyelamatkanku, pikiranku hanya soal aku yang dibenci banyak pihak.

***

“Jingga, tolong belikan kami makanan ringan di kantin. Pakai uangmu dulu. Nanti diganti” ucap majikan yang bahkan tidak pernah membayarku sebagai buruh suruhannya, bahkan mengganti uang jajan sama sekali tak pernah. 

“Iya” hanya itu yang mampu keluar dari mulutku selama ini. Jawaban penyerahan diri untuk penindasan diri sendiri. 

“Jingga, kami tidak membawa bekal makan siang, bekalmu untuk kami saja ya. Kamu kan sudah puas makan makanan enak setiap hari.” Keisha dan beberapa teman perempuan yang lain merebut kotak makan siangku. Ya, mereka lah yang setiap waktu menindasku. 

Jika kalian mengira aku dibully karena aku orang yang kurang mampu, kalian salah. Justru aku yang paling mampu di antara mereka semua. Ya, ayahku adalah pemilik yayasan sekolah menengah pertama ini. Alasan mereka semua menindasku, aku masih belum tau. Aku terus berkaca, apakah iya aku terlalu jelek untuk dihargai. Sebelumnya tak pernah, tapi ini terjadi baru beberapa hari. 

***

Sore itu, pulang sekolah. Aku sangat lapar. Berjalan kaki memutari taman dekat sekolah sambil mencari alasan. Alasan apa yang harus aku katakan ketika aku tidak lagi membawa kotak makanku pulang untuk sekian kali. Lelah, aku duduk di bangku taman sambil terus menunduk.

  “Ini kotak makanmu kan” ujar laki-laki yang sepertinya berusia dua tahun di atasku. Dia menyodorkan kotak makan berwarna ungu itu. 

“Iya benar, tapi kamu siapa? Lalu..” belum sempat aku bertanya, dia meraih tanganku dan menggenggamkan kotak makanku pada tanganku. Segera melepasku kemudian mengambil sesuatu dari saku celana pendeknya. Susu vanilla, kesukaanku. Dia kembali menyodorkan sebotol kecil susu tersebut padaku. Dan kembali lagi dia meraih tangan kiriku yang tidak memegang apapun menggenggamkan susu itu. 

“Ini susu untukmu, diminum ya. Ini terhitung sebagai ganti makan siangmu yang di begal adikku, Keisha.” Dia tersenyum. Aku tersadar tanganku sedari tadi yang sempat dia pegang terasa dingin, sangat dingin. 

“Kamu, kakaknya Keisha?” tanyaku tidak percaya. Bagaimana bisa seorang majikan tak punya hati seperti Keisha memiliki kakak yang sebaik malaikat. 

“Iya. Aku Kafa, kakak Keisha” pertegasnya. 

“Setauku, Keisha anak tunggal” jawabku. Tiba-tiba dia duduk di bangku tepat di sampingku.  

“Ini pertemuan pertama kita, jangan banyak bertanya. Cepat minum susunya dan segera pulang. Walau tidak kenyang tapi lumayan kan” Dia, orang yang sangat baik. Wajahnya seperti lautan tenang tanpa ombak.

“Setiap pulang sekolah kamu pergi ke taman ini agar sedikit tenang atas semua peristiwa yang membuatmu sedih ya?Pasti karena Keisha bukan? e Besok kemari lagi ya, aku ingin tunjukkan sesuatu yang pasti belum pernah kamu lihat.”Dia berbicara lagi memutus keheningan.

”Apa itu hal yang belum pernah aku lihat?” tanyaku.

“Kebenaran” jawabnya singkat dengan wajah agak lesu. 

“Kebenaran seperti apa itu?” tanyaku semakin penasaran.

“Seperti indahnya senja yang berwarna jingga” menatap mataku lekat. 

Kemudian kami pulang dan berpisah melangkah menuju arah rumah yang berbeda.  

***

Keesokan harinya aku sudah menyiapkan mental untuk menjadi babu Keisha. Tapi mengapa Keisha tidak masuk sekolah hari ini. Dengar-dengar ada peringatan tujuh hari keluarganya yang telah tiada.  Belum sempat memikirkan tentang Keisha, aku teringat Kak Kafa. Janji sore ini di taman bersamanya. 

“Hai Kak Kafa! Sudah lama menungguku?” sapaku melihat Kak Kafa berdiri di bawah lampu taman. 

“Langsung saja ya Jingga, di sekitar sini ada bukit. Ikuti aku, jalan pelan-pelan di belakangku” ucapnya sambil melangkahkan kakinya agak cepat. 

Langkah kecil kakiku sedikit terlambat mengikutinya. Tiba-tiba, mengapa ada rasa takut. Tunggu, mengapa aku mengikuti permintaan dan menepati janji padanya. Sementara aku baru kemarin mengenalnya. Mengapa aku mulai tidak mempercayainya.

“Jangan takut dan ragu padaku. Aku benar-benar ingin menunjukkan suatu kebenaran” Langkahnya terhenti sebentar lalu berjalan kembali. Apa ini? Dia bahkan tau apa yang aku pikirkan. 

“Kita sudah sampai. Duduklah, kita tunggu senja berada di tengah-tengah kita. Melihatnya dari atas bukit sangat indah” aku tersenyum duduk di sebelahnya menunggu kebenaran senja yang dia maksud. Menunggunya dan kemudian hadir. Senja Jingga yang dia maksud, sudah di antara kita. Dia terdiam menatapku lalu tersenyum. 

“Bagaimana? Indah bukan? Apalagi hari ini Keisha tidak menganggumu, pasti menyenangkan. Coba tutup matamu tahan nafas dan buka mata” Katanya. Aku lakukan persis seperti perintahnya. Aneh ketika aku membuka mata melihat anak kecil berlarian di atas awan. Mereka, mengapa aku bisa melihatnya?

“Tutup kembali matamu dan hembuskan nafasmu” segera aku menutup dan menghembuskan nafasku. Dadaku sesak, tak mampu berkata. Apa  yang aku lihat? Senja apa ini? Ada apa dengan diriku. 

“Kamu indigo?” tanyaku. Dia tersenyum tipis, menggenggam tanganku. Dingin, sangat dingin.

“Maafkan semua kesalahan Keisha adikku, selama ini mungkin banyak menyakitimu. Sampaikan maafku juga padanya.” Tunggu, aku hanya berdebar tanpa berkedip. 

“Aku, adalah kakak tiri Keisha. Ayahnya menikah dengan ibuku. Dia sama sekali tidak suka denganku. Padahal aku terus berusaha agar dia menganggapku seperti kakak kandungnya sendiri.” Air mata itu menetes dari matanya. Aku masih berusaha mendengar apa yang harusnya aku dengar. 

“Kamu ingat tragedi kecelakaanmu di jalan kecil seberang bukit ini? Di depan taman di bawah senja. Yang menyelamatkamu waktu itu adalah aku. Aku yang mati terbunuh. Tapi aku tak menyesali hal itu karena aku menolong orang baik sepertimu.” Deg, dadaku sangat sakit. Kak Kafa bukan manusia. Takut, tapi sangat ingin tau. 

“Saat itu adalah kesempatan pertamaku untuk bisa jalan-jalan bersama saudariku Keisha, dia sudah mulai baik dan bisa menerimaku sebagai kakaknya. Dia menerima tawaranku untuk pertama kali agar bisa jalan-jalan bersama. Begitu bahagia aku hari itu. Sampai suatu kendala aku harus berangkat duluan dan Keisha menyusul. Saat aku sampai, aku melihat perempuan remaja seperti Keisha hampir tertabrak mobil, tanpa pikir panjang aku menyelamatkanmu. Aku melihat jasadku sendiri dan melihat Keisha berlari dari kejauhan meraih badanku dan menangis. Aku kehilangan Keisha dan Keisha kehilangan aku. Yang kamu lihat di atas awan senja itu adalah masa kecil mereka yang juga tidak merasakan kasih sayng saudaranya.” Dia diam. 

“Jadi, tujuh hari saudara Keisha hari ini adalah kamu?” tanyaku dengan gemetar. 

“Iya, benar sekali. Selama ini dia berbuat tidak baik padamu karena ingin balas dendam. Karena dia tau aku menyelamatkanmu. Tapi sayangnya kamu tidak pernah tau aku, karena orang tuamu punya cukup banyak uang untuk menutupi masalah kecelakaan tersebut. Jangan benci Keisha ya, jadikan dia saudara perempuanmu. Ini senja terakhir aku di bumi. Di bawah langit malam di antara awan dan disaksikan oleh jingga, menjadi senja yang paling berkesan. ” Tanpa aku sadar tubuhnya mulai menghilang. Terbawa senja berwarna jingga. Air mataku menetes mengikuti kepergiannya untuk selamanya. 

***

Hari ini hari libur, aku datang kerumah Keisha. Sebelumnya aku sudah menjelaskan semua ceritanya di sekolah. Kini, aku dan Keisha berteman baik. Aku memutar kepala, memandangi potret tampan Kak Kafa. Orang baik. 

“Trimakasih Kak Kafa”

“Sama-sama Jingga” 

Ternyata aku berharga di mata orang-orang yang tidak ku tau keberadaannya."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.