Debar Cinta di Pelupuk Mata Siluman - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Debar Cinta di Pelupuk Mata Siluman


Di Mabar, Satria menjadi pemuda yang terkenal seantero kampung. Selain tampan dan dermawan, Satria juga memiliki ilmu bela diri. Ilmu bela diri yang dimiliki Satria, rasanya belum sempurna kalau dia belum menemukan kitab sakti yang berada di ufuk barat Mabar. Satria harus ke sana. Untuk mengambil kitab sakti itu, Satria harus melewati beberapa bukit dan sungai yang sangat deras arusnya dan dalam.


Tepatlah, dia berada di tepi sungai. Satria tak tahu, kalau sungai itu dihuni oleh siluman buaya putih. Satria duduk di batu besar sambil berpikir bagaimana caranya untuk melewati sungai itu. Satria melihat ke kiri dan ke kanan, kira-kira pohon apa yang bisa digunakan untuk menyeberangi sungai itu. Akhirnya, Satria melihat pohon pisang. Di tebangnya pohon pisang itu dan diikat membentuk rakitan pisang. Rakitan pisang itu dihempaskannya ke sungai. Satria mulai menyeberangi sungai. Di tengah perjalanan, rakitan pisang Satria terbelah menjadi beberapa pisang. Satria terhanyut dan tenggelam.


Tiba-tiba, datang buaya putih untuk menyelamatkan Satria. Di lihatnya wajah pemuda itu sangat tampan.

“Siapakah pemuda ini?”kata siluman itu.

“Apakah ini panglima yang turun dari kayangan?”. Yang pasti, siluman itu sudah jatuh cinta dan ingin tahu tentang pemuda itu. Siluman itu membawanya ke tempat kerajaan siluman buaya putih. Satria diperlakukan dengan istimewa dan diumumkan kepada khalayak ramai yang ada di kerajaan, bahwa pemuda ini adalah calon suaminya kelak.


Ketika satria mulai sadar, ia terheran-heran.

“Dimana aku berada sekarang?”.

“Jangan cemas dan panik, wahai anakku”kata ayah siluman itu.

“Kami akan jamin keamanan dan keselamatan kamu” tambahnya lagi.


Walaupun begitu, tetap saja Satria menjadi cemas dan bingung.

“Kenapa dia dikelilingi oleh makhluk yang berbeda dengan manusia?”. Ada keinginan Satria untuk melarikan diri dari kerajaan itu. Satria menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk mencari jalan keluar. Namun Satria belum temukan jawabannya. Saat dia melihat siluman buaya putih yang telah menyelamatkan jiwanya, dia kaget melihat wajahnya sangat cantik dan tubuhnya sangat wangi kaya bintang iklan sabun mandi.


Siluman buaya putih yang sudah menaruh hati pada Satria mengajaknya untuk mengobrol. Namun Satria tetap diam. Dalam suasana hening itu, tiba-tiba bibir lembut itu, memancarkan kata-kata yang sangat berharga untuk Satria.

“Sebenarnya aku sudah memendam perasaan sama kamu” ucapnya sedikit malu.

“Satria hanya bisa terdiam, mungkin Satria kaget atau marah atas kelakuan siluman itu yang diluar pikirannya. Namun Satria tak peduli atas perkataannya yang tadi.


Siluman itu mencari akal, bagaimana caranya supaya Satria mencintainya. Siluman itu meminta izin kepada ayahnya untuk mengajak Satria jalan-jalan. Siluman melakukan itu semua demi Satria. Tapi berbeda halnya dengan Satria, bagi Satria jalan-jalan itu untuk mengetahui jalan pulang.


Siluman itu menyatakan perasaannya kembali untuk yang kedua kalinya. Entah bagaimana Satria mengiyakan ajakan siluman itu untuk menjalin kasih, banyak topik yang mereka bicarakan. Dari kedekatan itu, Satria tahu siluman itu orangnya baik dan lucu.


Satria berpikir, mungkin dengan mencintainya, siluman itu mau memberi tahu untuk jalan pulang. Satria menjawab balasan dari perasaan yang telah diungkapkannya tadi.

“Aku juga sudah lama memendam perasaan yang sama denganmu, aku juga suka sama kamu,”ucapnya sedikit malu. Siluman buaya putih, wajahnya yang putih memerona memancarkan kegirangan tak pernah dia bahagia, kecuali pada hari itu. Hari itu begitu berbeda, tak biasanya awan tak menunjukkan keindahannya, matahari juga bersahabat.


Perasaan Satria yang selama ini membeku sudah mencair, mengalir ke samudera-samudera, mengaliri seluru rawa yang dulu kering dan lama yang surut telah penuh kembali. Begitulah perasaan ini kepada siluman itu. Ini semua dengan tabir kepalsuan.


Kemesraan hubungan kekasih mereka terdengar sama ayah buaya putih. 

“Satria, kulihat hubunganmu dengan anakku sudah serius. Mengapa kalian tidak menikah saja. Kalian berdua adalah pasangan yang pantas,”kata ayahnya.


“Satria hanya diam. Dalam hatinya, dia tidak mencintai anakknya. Satria hanya keluar dari sini.”

Di tengah mendekati hari-H pernikahan, persoalan tidak terduga muncul mengusik hubungan mereka. Kali ini yang mengusik dari keluarga siluman buaya hitam. Siluman buaya hitam tidak setuju dengan pernikahan dengan manusia. Mereka berprinsip,siluman dengan siluman, manusia dengan manusia.

Tapi yahhh…

Namanya cinta, mana mengenal status. Cinta itu buta.


Keluarga siluman buaya putih dengan buaya hitam yang dulunya aman, kini muncul konflik. Tidak disangka, keluarga buaya hitam menyerang siluman buaya putih. Mereka menculik Satria. Satria meronta dan berteriak minta tolong.

“Tolong-tolong. Lepaskan aku,lepaskan aku!”teriak Satria.


Mendengar jeritan Satria yang membutuhkan pertolongan, ayah siluman buaya putih mengejar siluman buaya hitam. Perkelahian sesama siluman itu tidak terelakkan. Siluman buaya putih memenangkan perkelahian itu. Siluman buaya hitam berhasil ditumpas. Akhirnya Satria berhasil di selamatkan.


Satria dan siluman buaya putih menikah. Pernikahannya dirayakan dengan pesta besar-besaran. Ribuan siluman buaya hadir dalam pesata pernikahan agung itu, kecuali siluman buaya hitam. Untuk menghibur para tamu, Satria menyanyikan sebuah lagu dalam acara itu. Lagu itu sering dinyanyikan Satria saat memadu kasih bersama siluman buaya putih. Satria menyanyikan dengan sepenuh jiwa. Sementara perasaan siluman buaya putih yang kini sebagai istrinya senang mendengar bait-bait lagu dari suaminya. Tamu undangan bersorak-sorak gembira.


Hanya beberapa bulan setelah menikah. Satria mengajukan beberapa pertanyaan. Mungkin pertanyaan ini berat untuk dijawab. Dari tadi wajah suaminya kelihatan gelisah membuat istrinya bertanya-tanya.

“Ada apa kang mas?”

“Mau kah kamu tunjukkan jalan keluar dari tempat ini!” kata suaminya. Aku ingin mencari kitab sakti. Kitab sakti itu berada di ufuk barat”.

“Sebelum saya beri tahu, mau kah kamu berjanji denganku?”tanya istrinya.

“Baiklah. Apa yang harus ku tunaikan?”.

“Jika telah kamu temukan kitab sakti itu, kamu harus segera pulang”.

“Baiklah,”kata Satria.


Istrinya membawa Satria menuju tempat keluar dari kerajaan itu. Tidak mudah keluar dari tempat itu. Jalan yang berliku-liku dan banyak persimpangan. Lega sudah perasaan Satria keluar dari kerajaan siluman itu. Selama ini Satria hanya berpura-pura mencintainya.


Kitab sakti itu sudah ada di tangannya. Sempurna sudah ilmu bela diri yang dimiliki Satria. Dia lupa akan janjinya dengan istrinya. Istrinya, selalu menunggu di tepian sungai. Istrinya selalu berdebar-debar menunggu kepulangan suaminya. Apakah ia berhasil atau belum? Atau jangan-jangan dia lupa akan janjinya. Debar cinta di pelupuk mata istrinya, terus memberikan harapan, bahwa suaminya akan pulang

“Pokoknya sampai kapanpun aku akan tetap menanti suamiku di sini. Aku yakin suatu saat nanti dia pasti akan menemuiku!” dengus istrinya sebal.








"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.