Cinta Terhalang Beasiswa- Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 """Cinta Terhalang Beasiswa""

Mentari pagi kembali menampakkan wajahnya menyambut kedatangan para mahasiswa di kampus baru itu, cerita perjalanan menuju kampus dengan seribu cara mencoretkan arti perjuangan menimba ilmu bagi dua mahasiswi yang masih baru itu. Sapa saja dengan Lidya dan Nurul, awal mulai persahabatan ini ketika mereka sama-sama tinggal di asrama dan mengambil jurusan yang sama yaitu Ekonomi Syariah. Mereka memilih tinggal di asrama karena bisa menambah ilmu pengetahuan terlebih tentang agama, dari pada hidup di kost-kost an yang tidak tahu pergaulannya.

Hari ini jadwal kelas mereka sama, kelas akan dimulai pada pukul 8.00, mereka berangkat bersama naik angkot, maklumlah mereka tidak ada yang bisa mengendarai motor, sehingga si mobil orane itu menjadi transportasi utamanya.“Nurul... Ayo cepetan naik ke lantai 4, udah mepet ini jamnya, masa mau telat lagi” ajak Lidya, “ capek tau lid, dari tadi kita lari-lari mulu”Jawab Nurul dengan nafas yang kembang kempis. “cerdas dikit dong, kita ambil jalan tikus, naik lift mumpung nggak ada dosen yang lewat” bisik Lidya dengan sedikit tawa, “ayo buruan” ajak Nurul dengan menyeret tangan Lidya. “ehhh.... Main tarik” sewot Lidya. Lift di gedung itu sebenarnya khusus digunakan oleh dosen dan karyawan saja, untuk mahasiswa hanya di kasih jalur melalui tangga, tapi karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.55, sehingga mereka harus mengambil jalan pintas agar tidak terlambat masuk ruangan.

Mereka sengaja mengambil jam pagi pada mata kuliah ini karena dalam pembelajarannya membutuhkan otak yang masih fresh, yaitu mata kuliah Bahasa Arab.“ehh... Dosen nya udah mau dateng” Ucap salah satu mahasiswa yang kebetulan jalan di belakang Lidya dan Nurul, dengan sigap mereka berdua langsung mencari kursi yang masih kosong dan di belakang lah tempat favorit mereka untuk duduk, tempat duduk di belakang bagi mereka merupakan tempat yang aman untuk tidur, bahkan makan saat pembelajaran masih berlangsung, pemikiran yang amat jadul di zaman sekarang bukan?.

“Duduk sini mas, masih kosong” tawar Lidya pada seorang mahasiswa yang baru datang dan agak kebingungan mencari kursi kosong. “terimakasih mbak” jawab singkat mahasiswa itu, “sama-sama mas, ngomong-ngomong boleh kenalan nggak mas, biar saling kenal, hehehe…”ajak Lidya untuk berkenalan, “boleh, panggil saja aku izul” jawabnya dengan menyodorkan tangan mengajak untuk bersalaman, “ehh... maaf, nggak usah salaman, bukan mahram, namaku Lidya” jawab Lidya dengan menangkupkan tangan nya, “hmm...ok”.

Pembelajar dikelas itu dimulai dengan pengecekan tugas yang telah diberikan Dosen saat Minggu kemarin, setiap pertemuan mata kuliah ini Dosen akan memberikan tugas pada setiap materi, hal ini dilakukan agar setiap mahasiswa semakin paham akan materi yang telah diberikan. “kelas ini akan kita akhiri dengan kuis, silahkan siapkan handphone nya, karena kita akan memakai aplikasi” tutur dosen, “yah... Kok dadakan sih pak memberitahukannya” keluh semua mahasiswa dikelas itu, “nggak papa, mahasiswa-mahasiswi bapak kan sudah pintar-pintar, pasti bisa, nanti dalam kuis nya akan ada pemenangnya dengan skor tertinggi, ini bisa didapat dari ketepatan dan kecepatan kalian dalam menjawab” terang Dosen, “ Aamiin, baik pak” jawaban kompak dari mahasiswa.

Mereka bersaing dengan ketat, begitu pula dengan Lidya dan Nurul, mereka saling berkerjasama agar bisa mendapatkan point yang tertinggi diantara teman-teman yang lainnya. Kuis telah selesai dan Lidya berhasil untuk memenangkannya, dengan pemenang ke 2 diraih oleh Nurul, “widih Lidya... gercep banget sih” puji Nurul pada Lidya, “apa an si rul, ini juga karena kerjasama kita, iya kan?, “hehehe... Iya Lid, Alhamdulillah bisa bersaing dengan mereka-mereka”, “iya rul, Alhamdulillah”

Perkuliahan itu telah usai namun Lidya dan Nurul enggan untuk beranjak, “ rul, habis ini kita mau kemana?, bosen tau kalo langsung pulang ke Asrama” “ yaelah.. sama kali lid, nggak kamu doang, aku juga bosen” cetus Nurul, “pingin makan yang seger-seger rul” ajak Lidya,” ayo berangkat... Kita cus cari makanan seger, seblak atau mau mie ayam bakso?” “ mie ayam bakso aja rul, dah lama nggak makan itu” “ok... Yok jalan”. Mereka mencari tempat Makan yang sekiranya searah dengan jalan pulang ke Asrama, agar nanti tidak bolak-balik cari angkotnya. Sambil menunggu makanan datang, tak bosan mereka membahas perkuliahan tadi,” Rul, tadi lihat nggak cowok yang duduk di samping aku?” Lidya berusaha untuk mencari topik perbincangan,” iya lid, lihat, kenapa emang?” “ nggak papa sih, Cuma agak kagum, kelihatan pinter anaknya, cool juga” “hilih... Bilang aja jatuh cinta pada pandangan pertama, iya kan? Jawab Nurul dengan tertawa tipis, “ihh, apa an sih rul, nggak lah, Cuma kagum aja” jawab Lidya membela dirinya, “haha... Nggak mau ngaku nih anak” tawa Nurul,. Lidya enggan membalas rayuan Nurul, Lidya hanya tersenyum walaupun ada rasa sedikit menyesal karena telah mengatakan hal itu pada Nurul.

Setelah mereka selesai makan, mereka langsung kembali ke asrama tepat ketika para santri sedang berjamaah sholat Dzuhur, dengan tergesa-gesa mereka segera menyusul untuk ikut berjamaah walaupun telat beberapa roka’at. Dua panggilann yang jarang di dapatkan secara bersamaan, saat di kampus mereka mendapat sapaan sebagai mahasiswa, dan ketika di asrama mereka mendapat sapaan sebagai santri, sangat istimewa bukan?. Jama’ah telah usai, Lidya segera kembali masuk kedalam kamar untuk beristirahat karena capek yang menyerang tubuh kecilnya, dan tidak terasa Lidya telah terlelap dalam tidurnya.

Kegiatan di asrama bisa dibilang melelahkan bagi siapa saja yang belum terbiasa, apa lagi dirangkap dengan kuliah, pagi harus ke kampus dan malam padat dengan kegiatan di asrama yang, sehingga mereka harus bisa otaknya agar semua pembelajaran baik dikampus maupun di asrama bisa didapatkan dengan sempurna. Berbeda dengan Lidya, ia tetap enjoy saat menjalani semuanya, yang penting uang kirimannya tetap lancar.

Hampir satu tahun perkuliahan berjalan, namun takdir berkata lain, telah terjadi musibah yang sangat menyedihkan bagi semua orang, adanya pandemi COVID-19 sangat berdampak bagi kelangsungan hidup manusia, begitu pula dengan proses pembelajaran baik di tingkat perguruan tinggi bahkan disekolah-sekolah umum lainnya, mereka terpaksa harus meliburkan kegiatan belajar mengajar nya, termasuk dengan asrama yang ditempati oleh Lidya, dengan terpaksa asrama harus memulangkan santri-santrinya sampai keadaan cukup kondusif,

“dirumah 3 bulan, mau ngapain ya rul?” Keluh Lidya pada Nurul, “ iya lid, aku juga bingung apalagi kita nggak boleh keluar-keluar, harus stay at home” jawab Nurul dengan wajah agak kusut, keadaan seperti ini pasti tidak diinginkan oleh semua orang, tapi apalah daya bahwa Tuhan telah berkehendak.

Dirumah Lidya sibuk dengan perkuliahan yang dilakukan secara daring, kampus ditutup sampai entah kapan wabah menghilang, saat jam perkuliahan online telah usai, Lidya tak lupa untuk membantu orang tuanya, entah itu sekedar beres-beres rumah atau ikut kekebun mencari rezeki, Orang tua Lidya hanya mengandalkan hasil bumi untuk menghidupi keluarganya

Tak terasa libur asrama telah usai, walaupun pandemi belum hilang sepenuhnya, namun santri-santri dituntut untuk kembali ke asrama dengan prokes ketat, namun berbeda dengan Lidya yang enggan untuk kembali ke asrama, dia sudah terlalu nyaman dirumah karena telah mengetahui kesibukan orang tuanya, sudah sering orang tua Lidya menyuruh dirinya untuk segera kembali ke asrama, tetapi Lidya masih enggan untuk berangkat, dengan alasan dirinya masih ingin membantu orang tuanya.

Saat dirumah, banyak hal yang harus dikerjakan oleh Lidya, tidak hanya kuliah, namun tugas rumah juga harus dikerjakan, pernah karena sibuknya, Lidya tidak mengerjakan tugas mingguan, dikarenakan saat itu kuota Lidya habis dan belum sempat untuk membeli nya, saat itu juga Lidya harus bolak balik ke kampus mengurus persyaratan untuk mendaftar beasiswa, alhasil Lidya telat dalam pengumpulan nya, saat diperjalanan menuju kampus, ia mendapat pesan dari salah satu kontak nomor di ponsel nya

“lid, udah ngumpulin tugas?”

“Belum Zul, kemarin kuota habis, jadi nggak bisa ngumpulin”

“ya udah cepetan dikerjain, nanti kalo udah, konfirmasi aja ke aku kebetulan tugas ini yang handel aku”

“beneran Zul?” ucap Lidya dengan rasa syukur

“udah punya Soal nya?

“Belum, kan Soal nya hilang otomatis kalau udah habis waktu pengumpulan nya”

“Nanti aku kasih, kerjain yang bener tapi” ancam Izul dengan maksud untuk memberuikan support kepada Lidya.

Secara diam-diam, Izul mengagumi kepribadian Lidya saat awal jumpai di kelas pada awal semester, Izul menganggap bahwa Lidya adalah seorang yang cerdas dan baik hati, terbukti saat dia meminta bantuan pada saat ada tugas di mata kuliah yang lain, tanpa segan-segan, Lidya selalu membantu nya, karena tak jarang juga Izul sibuk dengan kegiatan organisasi kampus, sehingga sering lupa akan tugasnya.

Selang beberapa hari saat Lidya berangkat kampus, ia tak sengaja  bertemu dengan Izul, tak disangka Izul berkata akan perasaannya terhadap Lidya. Wajah Lidya terlihat sangat kaget dan tidak menyangka, Lidya tidak tahu harus berkata apa, tidak disangka orang yang telah dikagumi dulu kini benar-benar hadir dihadapannya untuk mengatakan rasa kagumnya. Dengan memantapkan niat, Lidya menerima cinta Izul dan berharap bisa sampai di jenjang yang serius.

Setelah pertemuan nya di kampus, Lidya dan Izul harus menjaga perasaannya dalam jarak yang jauh, bagaimana tidak? Lidya berhasil mendapatkan beasiswa yang di impikan nya itu, namun dalam kontrak nya, siapa saja yang mendapatkan beasiswa itu wajib untuk tinggal di asrama minimal satu tahun, cinta yang terhalang oleh beasiswa, mereka hanya mengandalkan handphone untuk menjaga komunikasi dan berharap agar diberi kekuatan dalam menjaga rasa hingga takdir menyatukan cinta tulus nya  kelak saat mereka telah berhasil mendapatkan gelar sarjananya."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.