Cerpen Karya Evi Harmiati - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Cerpen Karya Evi Harmiati


 "Suara tawa menyelimuti malam yang sunyi. Naira dan Jay tertawa karena sedang berbincang hal lucu. Mereka membicarakan seekor hewan kucing dan anjing. Dimana pada umunya kedua hewan tersebut jarang akur.


“Tapi mereka lucu loh lucu banget. Apa lagi kucing, iihhh gemess!” jelas Naira.

“Anjing juga lucu kok, dan lebih pintar dari kucing.” Sanggah Jay.

“Mana ada. Kucing juga pinter, bahkan lebih pinter. Sayangnya kucing lebih memilih moodnya, bisa dibilang kalau kucing itu cuek. Dia gak mematuhi majikannya karena dia cuek. Kecuali kalau main, kucing akan aktif banget.” Jelas Naira panjang lebar.

“Kayak kamu dong.”

“iya, lucu kaya aku.” Jawab Naira dengan pede.


Sedangkan Jay hanya terus menatap Naira tanpa berpaling. Menikmati tawa Naira yang mampu membuat Jay lupa segalanya. Melihat senyum Naira merupakan candu baginya. Itu sebabnya, dia tidak suka jika Naira cuek apa lagi terlihat sedih.


“Kenapa sih?” tanya Naira pada akhirnya. Jujur, Naira malu dan tidak suka ditatap seperti ini.

“Cantik.” Jawab Jay.

“Apaan sih. Namanya juga perempuan, ya cantiklah” jawab Naira dengan senyuman.

“Beda. Mungkin cantik itu relatif, tapi cantikmu membuatku mampu menyukaimu.” Gombal Jay.


“Untung aku kebal. Dasar buaya.”

“Siapa buaya?” tanya Jay.

“Samping aku buaya.” Jawab Naira sambil melirik Jay. Yang dilirik hanya tertawa, lalu kembali memandang Naira.


“Serius tau. Kamu tuh beda sama perempuang lainnya.” Jelas Jay dengan cukup serius.

Naira hanya diam seperti biasa. Bukan pertama kalinya Jay mengatakan kalau dia cantik, manis, bahkan mengungkapkan perasaan suka kepadanya. Naira hanya menganggap kalau Jay itu buaya. Kenapa? Karena itu memang Jay. Jay itu humble kesemua orang terutama cewek. Tidak jarang juga, Jay menggombali siswi-siswi sekolah. Jay orangnya baik banget, sering bantu orang lain. Itu sebabnya banyak siswi-siswi suka sama dia.


Naira? Tentu gak lah. Lebih terpatnya dia menahan perasaannya. Siapa sih yang gak lemah sama kata-kata manis oleh cowok sesoft Jay, yang pada dasarnya Jay itu ganteng banget. Jujur, Naira baper dibuatnya. Tapi Naira tahan, karena Jay gak mungkin mengatakan hal tersebut dengan serius.


Naira bukan gadis cantik, pintar, dan memiliki tubuh bagus. Naira hanya gadis biasa yang pasif. Lebih suka sendiri dan aneh. Naira tidak begitu nyaman dengan laki-laki. Lebih nyaman dengan perempuan. Naira juga tidak suka skinsip kecuali kalau dia yang melakukannya. Contohnya, dia tidak suka dipeluk tapi Naira akan memeluk teman perempuannya dengan sendirinya, jika dipeluk balik Naira akan langsung melepaskannya. Aneh  bukan? Naira juga bukan seperti gadis pada umunya, yang feminim dan elegan. Tapi, Naira lebih suka berpenampilan biasa saja, dan lebih terlihat keren.


Di sisi lain, Jen sedang bersepedaan di dekat kompleknya dan berakhir di taman. Naira yang melihat Jen duduk sendirian dengan kucing di kakinya. Naira menghampirinya dan duduk dengan diam di samping  Jen. Jen yang merasakan ada yang duduk disebelahnya otomatis melihat siapa yang duduk disampingnya. Bak seperti angin mengusir awan yang menghalangi bintang bersinar, bibir Jen langsung membentuk lengkungan keatas. Jen tersenyum kecil, orang yang selama ini berada di kepalanya hingga memutuskan bersepeda malam-malam seperti ini berada disampingnya.


Jen menyukai Naira sejak pertama berrtemu. Dimana saat itu Naira menenangkan Jen yang sedang menangis. Dan kehadiran Naira saat itu membuat Jen nyaman, bukan lagi malu karena terlihat cengeng apalagi didepan seorang gadis. Setelah itu Jen mulai penasaran akan Naira. Hingga saat ini mereka menjadi dekat. Jujur, Jen ingin lebih dari teman, tapi dia sadar jika Naira tidak ingin berpacaran. Kucing itu menghampiri Naira juga. Dia berjalan ke kaki Naira. Naira langsung mengelus tubuhnya. Naira sangat suka kucing. Jen tau itu, mereka sering membahas kucing dan itulah yang membuat mereka dekat.


“Habis sepedaan ya?” Tanya Naira setelah mengelus kucing itu, dan kucingnya kembali makan makanan yang dberikan Jen..

“Iya. Kamu gak biasanya keluar malam-malam.” Heran Jen

“Iya, terpaksa.” Jawab Naira sambil memandang plastik yang dai bawa.

“kenapa?” Tanya Jen

“kamu sendiri, kok malam-malam sepedaan?” tanya Naira balik.


Jen lagi bingung mau jawab apa, yang membuat dia bersepedaan malam-malam kan Naira. Apa iya, dia jujur kalau gadis ini berada dipikirannya akhir-akhir ini.

“lagi pengen aja.” Jawab Jen sambil menambah makanan kucing itu. tidak lama datang segerombolan kucing liar.

“Banyak ya ternyata” Ucap Naira.

“Iya, banyak banget. Bahkan ada yang hamil loh.”

“Masa?” Kaget Naira. Yang di angguki oleh Jen.


“Ih, ada yang kecil. Hi baby.” Sapa Naira pada kucing kecil tersebut. Mungkin umurnya masih 3 bulanan.

“kamu sering kesini?” Tanya Naira.

“Iya. Aku ngasih makan mereka.”

“Kaisan terlantar.” Lanjut Jen

“Kamu gak pengen adopsi?”

“Udah ada 3 di rumah Nai. Masak adopsi lagi. Apalagi ini bejibun kayak gini. Bisa-bisa diomelin mama sama Mbak.” Jelas Jen sambil tertawa. Naira juga ikut tertawa mendengar jawaban lucu Jen.


Naira masih memandang Jen. Jujur, hal lain yang disukai Naira merupakan eyes smilenya Jen. Mereka terang-terangan menyukai senyuman satu sama lain. Jen yang mengetahi sedang di pandang Naira, ikut memandangi juga wajah kesukaannya ini. Cukup lama mereka saling pandang dengan senyuman masing-masing, hingga Jen tanpa sadar berkata “Cantik.”


“Hah?!” bingung Naira. Dia yakin tidak salah dengan jika Jen mengatakan cantik.

“Kamu cantik, manis, dan lucu” jelas Jen. Membuat Naira bengong.

“Hahahaha apaan si Jen.”

“Nai” panggil Jen, membuat Naira kembali memandangnya.

“Aku suka sama kamu.”


Diam. Tidak ada suara, bahkan Naira yang mendengar ungkapan tiba-tiba Jen langsung membeku. Mencoba mencerna ungkapan Jen.

“Aku Cuma mau kasih tau kamu aja kok Nai. Aku tau kalau kamu gak mau pacaran. Aku Cuma mau kasih tau aja, kalau aku suka sama kamu. Aku suka lihat kamu, senyummu. Kamu unik Nai, gak ada orang seunik kamu. Aku gak bakal minta kamu jadi pacar aku kok Nai. Tapi kalau kamu mau jadi pacar aku juga gak papa.” Jelas Jen sambil tersenyum


Inilah yang tidak disukai Naira. Naira tidak suka seseorang mengungkapkan perasaannya seperti ini. Naira takut, jika setelah pengungkapan perasaan mereka akan menjauh. Naira tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Bersikap dingin dan cuek, padahal orangnya tulus. Naira tidak mau kehilangan kondisi hubungan sebelumnya dengan Jen. Naira hanya terdiam dengan pikirannya sendiri. Dia bingung mau jawab apa. Dian tidak mau melukai Jen. Dia tidak mau melukai seseorang lagi.


Semenjak itu, apa yang Naira takutkan terjadi. Hubungan mereka renggang. Naira kembali seperti semula, cuek. Dan Jen juga tidak seperti biasanya yang sering mengiriminya pesan. Tepat setelah itu Jen memang mengirimi Naira pesan, tapi gadis itu tidak tau. Habis makan Naira baru kembali ke kamarnya dan mengetahui jika Jen mengiriminya pesan. Jen bersepekulasi jika Naira menjauhinya, karena pesannya tidak di balas. Dan sikap Naira juga cuek dan dingin.


Jen jadi menyesal telah mengungkapkan perasaannya. Jen seharusnya tidak akan mengungkapkannya jika tau Naira akan menjauhinya. Jen ingin mendekatinya, tapi Naira merespon dengan sikap dingin. Membuatnya berpikir dua kali lipat untuk berkomuniaksi dengannya. Jay yang melihat sahabatnya hanya melamun terus hanya bisa menghela nafas. Mereka tau satu sama lain perasaan mereka kepada Naira. Mereka juga tau jika Naira tidak akan menerima meraka menjadi pacarnya.

 

“Jen aku ke supermarket dulu ya, mau titip apa?” tawar Jay.

“Gak ada” Jawab Jen


Jay berada di supermarket, sedang memilih pesanan bunda. Tanpa sengaja melihat siluet Naira yang ternyata sedang berada di supermarket juga. Naira membeli minuman penyegar serta, coklat. Jay tau kalau Naira itu pecinta coklat. Sama seperti Jen yang suka dengan coklat. Naira pernah bilang, alasan dia menyukai coklat selain suka rasa manisnya. Karena coklat dapat membantu memperbaiki mood menjadi lebih baik. Gadis itu juga menyarankan Jay, setiap moodnya turun atau berubah-ubah lebih baik mengkonsumsi makanan coklat. Dulu Jay juga pernah diberi coklat oleh Naira untuk dia coba. Mengingat itu, dia menghapiri Naira yang sedang memilih coklat.


“kamu mau beli coklat juga?” Tanya Naira.

“Iya. Coklat apa ya yang enak?”

“Ini, ini manis banget. Kalau buat mood pasti cepat membaik.” Saran Naira sambil memberikan coklat. Jay menerimanya.


“Kamu ada masalah sama Jen?” Tanya Jay yang sedang pulang berjalan kaki bersama Naira.

“Nggak.” Jawaban singkat Naira membuat Jay terdiam sejenak. Tidak lama dia bertanya lagi.

“Kok gak kayak biasanya?”

“Emang biasanya seperti apa?” Tanya balik Naira.

“Kalian terlihat dekat, sekarang terlihat jauh.” Jelas Jay dengan jujur.

“Kalau ada masalah bukannya harus diomongin baik-baik ya? Aku yakin, kamu juga gak nyaman sama keadaan sekarang.” Jelas Jay sambil memandang Naira.

“Gak ada yang di jelasin Jay. Aku sama Jen gak ada masalah apa-apa.”

“Aku Cuma ngasih saran sih. Jangan terlalu menjauhi dia, dia gak sekuat seperti badannya.” Jelas Jay membuat keduanya tertawa.Naira mengakui, Jay seperti healing baginya. Disaat keadaannya memburuk Jay pasti akan disampingnya dan menghiburnya.


Naira pulang diantar Jay setelah berkumpul bersama teman-teman. Saat di depan rumah, Naira menawari Jay untuk mampir. Mama menyambut Jay dengan hangat. Naira juga menyajikan jajan dan teh untuk Jay. Mereka mengobrol, tidak lama paman Niara pulang dari latiahn voli dan bergabung sebentar.


“Tante kira Naira bawa pacarnya.” Goda mama. Naira yang digoda pipinya mulai memerah. Naira malu.

“Jujur tante, saya menyukai anak tante.” Jujur Jay yang membuat suasana jadi hening seketika.

“Gimana?” Tanya paman.

“Saya suka sama Naira om.” Ulang Jay.

“Saya hanya memberi tahu. Dengan maksud, meminta izin untuk menyukai Naira lebih serius.” Ucap Jay.


Ini terlalu cepat dengan apa yang Jay pikirkan akan pengungkapan perasaannya dengan serius. Tapi, perasaan suka Naira telah menjadi cinta. Perasaannya betambah. Dan suasana saat ini mendukung untuk meminta izin mencintai Naira. Jay pikir, ini yang diinginkan Naira. Sedangkan Naira hanya bengong, mencerna situasi dan perkataan Jay. Sedangkan mama dan paman juga diam. Tapi tidak lama, paman mulai berbicara.

“Aku pribadi gak setuju!” Ucap paman.

“Kenapa? dia baik, berani bilang. Kalau hanya menyukai mama tidak maslah. Asal jangan lebih. Kalian harus fokus sama belajar kalian. Kejar dulu cita-cita kalian, baru berhubungan dengan serius.” Jelas mama yang di tolak paman lagi.


“Gak mbak! Mereka gak boleh saling suka!”

“Kenapa kak?” Tanya Naira, yang memang memanggil pamannya dengan sebutan kakak.

“Aku tau, kamu juga tau. Dia berbeda dengan kita Nai! Kamu seharusnya juga melarangnya!”

“Kamu juga tau! Kakak gak izinin kamu pacaran sama orang selain muslim Nai. kakak gak bakal restuin kalian.kalau masih nekat!” Lanjut kakak semakin tegas. Benar. Jay berbeda dengan Naira. Dan Naira tau itu, meski mereka saling mencintai tetap saja tidak akan pernah bersama. Setelah kejadian itu Naira menangis di kamarnya. Tidak lama mama masuk ke kamar Naira.


“Kakakmu benar Nai. Mama gak larang kamu dekat sama siapa aja. Tapi kalau suka, kalau bisa jangan sama selain Muslim. Kakakmu hanya takut, kalau perasaan kalian bertambah. Dan sudah jelas kalian gak akan bisa bersama. Itu akan sulit nantinya Nai.” Ucap mama.

“Tapi dia bisa masuk Islam ma.” Sanggah Naira.

“Nai, kalau dia menginginkanmu hanya karena sesuatu. Apa kamu mau? Begitu pun dengan Allah Nai. Allah tidak suka. Jika terdapat seseorang yang masuk Islam hanya karena umatnya. Dia juga tidak akan mendapat ridho Alloh Nai.” Jelas mama.

“T-tapi Naira menyukainya ma. Naira menyukai Jay!”

“Iya, mama tau. Tapi kamu gak bisa sama dia Nai”

“Ma, kenapa harus dia ma, kenpa harus dia yang mampu membuat Naira sejatuh ini.”


Naira menangis menjadi-jadi. Naira menyukai Jay. Bagi Niara, Jay merupakan laki-laki pertama yang mampu memberikan semua hal kepadanya. Hanya kedatangannya, dan sifat randomnya mampu mengalihkan dunia Naira. Laki-laki pertama yang membuat Naira menangis tanpa sebab, hanya memandang wajahnya. Laki-laki pertama yang membuat perasaannya campur aduk. Laki-laki pertama yang mambuat Naira jatuh hati hingga menginginkan sosok dirinya. Laki-laki pertama namanya disebut oleh Naira dalam doanya.


Naira tau, ada penghalang antara mereka. Tembok besar yang kasat mata. Itu sesbnya Naira menahan perasaannya. Seharusnya Naira tetap menahan perasaannya. Seharusnya Naira tidak menaruh hati. Seharusnya Naira menjauhinya. Seharusnya Naira menjaga jarak dari awal. Semua itu hanya batin yang berkata. Naira tidak menyesal telah menyukai pemuda itu. Naira tetap yakin. Jika jodoh tidak akan kemana. Meski Jay tidak akan perna bersamanya. Setidaknya, Allah mengizinkan pemuda itu disampingnya. Memang takdirnya bukan Jay. Pertemuannya dengan Jay hanya sebuah kebetulan saja. Takdir memang bukan sebuah kebetulan, tapi kebetulan merupakan sebuah takdir."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.