Tulisan Elnatta 2021 - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Tulisan Elnatta 2021


#1

Yoga tersadar dari lamunannya, mengerjap dan menggelengkan kepala. Menghadapi kenyataan dengan ditemani bayangnya. Sekarang Yoga terduduk di kursi taman, selepas pulang sekolah tadi dia menyempatkan untuk duduk di taman dekat sekolah. Tidak ada yang menemaninya, dia hanya sendiri. 


Pandangan Yoga menyapu sekitar melihat segelintir orang yang berlalu-lalang melewati Yoga. Tidak ada yang menarik baginya, semua terlihat sama. Lalu Yoga menghembuskan nafas beratnya dan beranjak untuk pulang. Diperjalanan pun dia hanya terdiam, kakinya menendangi udara pun sesekali menendangi beberapa batu-batu kecil. 

Kini tinggal satu jalan lagi yang harus dia tempuh agar cepat sampai dirumahnya. Yoga mengambil arah belok kanan dan memasuki gang yang tidak terlalu luas. Mungkin hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. 


Yoga menyunggingkan senyumnya entah kepada siapa. Ketika dirinya masuk kedalam gang tersebut, dia merasa seolah dia sedang disambut kedatangannya. Padahal yang terdapat disekitar hanyalah beberapa rumah dan setumpuk sampah yang menghiasi sepanjang jalan. Senyuman itu semakin mengembang saat netra Yoga menangkap seorang perempuan berusia 8 tahun sedang menyirami bunga didepan rumahnya, rumah sederhananya.


Langkah Yoga semakin dekat dengan anak perempuan itu dan, “DOR!” Yoga mengagetkan anak perempuan tersebut. Sehingga membuat wadah air yang digunakan untuk untuk menyiram bunga itu terjatuh. “Kakak ngagetin yah” dia mengeluarkan cengirannya.


Lalu tanpa perintah anak perempuan tersebut mengembalikan tubuhnya dengan posisi tangan yang sudah berada didepan dada “terus kalo kakak udah tau ngapain nanya?! Sebel Aish”. Anak perempuan bernama Aish tersebut menghentakkan kaki dengan perasaan dongkol.


Yoga hanya bisa tersenyum melihat adiknya masuk kedalam rumah, dia merasa senang saja jika mengerjai adiknya. Satu-satunya keluarga yang dia punya, Yoga bersyukur mempunyai Aish sebagai adiknya. Adiknya yang selalu mengerti dan paham atas dirinya, yang tidak pernah menuntut apapun dan mau mengerti dengan keadaan.


Kemudian Yoga masuk kedalam rumah, menutup pintu dan menaruh sepatu dan tas ditempat seharusnya. “Dek kakak laper” sambil duduk Yoga memegangi perutnya karena sedikit nyeri menahan lapar. Dan dari arah dapur Aish terlihat membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk dirinya dan kakaknya. Walaupun tadi Aish memang sebal, tapi Aish tidak bisa berlama-lama kesal pada kakaknya.


“Aish juga tau kakak pasti laper abis pulang sekolah, makanya Aish masak dulu sebelum nyiram bunga didepan” kata Aish sambil meletakkan beberapa piring dan gelas diatas meja. 

Lagi-lagi senyum terpatri dikedua belah bibir Yoga, tangannya terulur mengusap kepala adik kesayangannya, “makasih yaa cantik.”

Aish membalas senyuman Yoga, “sama-sama kakak ganteng, ayo kita makan bareng.”


Acara makan bersama yang terdiri dari kakak beradik itu berlangsung harmonis. Aish yang membantu mengambil lauk untuk kakaknya, Yoga yang sempat melempari lelucon dan Aish yang menertawakan Yoga yang berusaha melucu, begitu juga Yoga membantu menuangkan air minum untuk Aish saat Aish tersedak karena tertawa.

Perasaan Yoga menghangat, dia bahagia. Bahagia yang sederhana. Bahagia yang membuatnya bersyukur bahwa Tuhan masih baik padanya dengan memberi Yoga seorang adik yang cantik dan manis untuk menemaninya. Dan Yoga berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan sepenuhnya menjaga, mengasihi dan berjuang untuk adik kesayangannya.


#2


Dimalam hari kegiatan kakak beradik itu seperti keluarga kebanyakan, berkumpul diruang tengah sambil menonton televisi. Rumah Yoga memang sederhana, denahnya pun tidak sesulit yang kalian bayangkan. Rumah itu adalah rumah peninggalan neneknya yang dirawat oleh Yoga sejak dia masih duduk di bangku SMP. Sampai sekarang, hingga kehadiran Aish pelengkap hidup Yoga. 


Aish menyenderkan kepalanya dibahu Yoga dengan mata yang tinggal beberapa watt saja, ""Aish ngantuk kak"" mengingat sudah pukul sembilan malam waktu untuk Aish tidur. Yoga melirik adiknya yang berada dibahunya lalu terkikik pelan, pasalnya adiknya itu mengaku mengantuk tapi masih saja stay dengan acara tv yang dia tonton. 


""Kalo ngantuk itu ya tidur dek, bukannya mantengin terus itu tv-nya."" 


Mendengar balasan kakaknya Aish mengangkat kepalanya lalu menghadap Yoga, ""Aish juga tau, tapi Aish maunya tidurnya sama kakak.  Aish enggak mau tidur sendirian.""


Yoga menghela nafas kemudian terukir senyuman manis pada bibirnya. Yoga sangat menyayangi adiknya melebihi apapun. Adiknya adalah segalanya baginya, ""ya udah, tidur bareng kakak. Tapi Aish bersih-bersih dulu ya dikamar mandi, nanti kakak nyusul"" dengan sayang Yoga mengelus kepala Aish.


""E-em"" Aish menganggukkan kepalanya lalu pergi ke kamar mandi melaksanakan perintah kakaknya untuk membersihkan diri sebelum tidur.


Tanpa Aish ketahui Yoga merutuki tindakannya, tidak seharusnya dia mengizinkan Aish tidur bersamanya. Karena malam ini adalah jadwal menghitung keuangan untuk kebutuhan sehari-hari dan sekolahnya. Dan iya, omong-omong sekolah sebenarnya Yoga sangat menginginkan adiknya itu bersekolah, ingin adiknya merasakan bagaimana kehidupan sekolah, memiliki banyak teman dan pengalaman lainnya.


Yoga mau adiknya tidak hanya berteman dengan dirinya saja, walaupun memang ada keinginan seperti itu dalam lubuk hati Yoga. Tapi Yoga sebagai kakak yang baik dia tidak boleh egois atas kehidupan pendidikan dan pertemanan adiknya. Yoga mengerti kemauan adiknya, kalau adiknya itu tidak mau bersekolah karena ingin melihat kakaknya lulus terlebih dahulu. Meski sempat Yoga memaksa, adiknya tetap bersikeras pada pendiriannya.


_""Aish engga mau sekolah, Aish mau liat kakak lulus dulu. Karena Aish yakin setelah kakak lulus, kakak akan dapat pekerjaan lalu dapat penghasilan yang banyak dan halal. Nah, baru kalo kaya gitu Aish mau sekolah. Engga peduli walaupun nanti Aish engga ada temen, yang penting kan Aish sekolah seperti yang kakak mau.""_


Yoga hanya bisa tersenyum kecut bila mengingat perkataan Aish waktu itu, ada sedikit rasa bangga sata dia mendengar penuturan Aish. Yoga tidak menyangka Aish akan berkata seperti itu yang dia anggap sebagai perkataan orang dewasa. Namun rasa sedih lebih mendominasi, Yoga sedih karena harus adiknya yang mengalah soal urusan pendidikan. Sebenernya Yoga tidak apa bila harus putus sekolah, toh dengan itu dia akan lebih mudah mencari uang karena bekerja untuk sekolah adiknya.


Namun sekali lagi adiknya menolak kemauan Yoga, dan dia pun tidak ada pilihan selain mengiyakan permintaan Aish. Disela adiknya yang masih dalam keadaan bersih-bersih, Yoga menyempatkan untuk mematikan televisi dan terlebih dulu masuk kedalam kamarnya. Dia membuka lemari pakaiannya dan mengambil buku catatan kecil yang berisi data keuangannya.


""Mungkin besok pulang sekolah gue langsung kerja terus minta lembur deh"" dia menghela nafas karena melihat hasil terakhir jumlah tabungannya yang sedikit menipis. Sebenarnya Yoga dan Aish itu tidak boros atau terlalu mengeluarkan banyak uang. Tapi dizaman sekarang keperluan kebutuhan sehari-hari yang menguras banyak isi tabungannya.

Tanpa dia sadari Aish mencari keberadaannya. ""Kakak! Kakak dimana?!"" teriak Aish dari luar. ""Aish udah nih!.""


Yoga sedikit tersentak karena teriakan adiknya ""iyah dek, kakak dikamar, duluan aja!"" balas Yoga dengan suara yang sedikit dikeraskan.

Lepas itu Yoga bergegas ke kamar adiknya, memenuhi permintaan Aish untuk tidur bersama.


#3


Sesuai janjinya, sekarang Yoga berada di kedai mie ayam Pak Satyo. Selepas pulang sekolah tadi dia tidak pulang kerumahnya, dia langsung bekerja. Seragamnya sudah berganti dengan kaos yang dia sengaja dia bawa, dan dia pun sudah memberitahu Aish bahwa dia akan telat pulang.


Menjadi pelayan di kedai Pak Satyo sudah dia kerjakan selama tiga tahun sekarang, walaupun tidak seberapa upah yang diberi tapi masih bis mencukupi dirinya dan Aish.


""Nak, tolong antarkan ini kemeja dekat pintu ya"" Pak Satyo menyerahkan satu nampan berisi dua porsi mie ayam kepada Yoga.


""Bak Pak"" Yoga menanggapi nampan tersebut dan mengantarkan sesuai perintah Pak Satyo.


Kedai Pak Satyo tidak terlalu besar, namun kapasitasnya dapat menampung dua puluh lebih orang dengan duduk lesehan. Letaknya pun berada dipinggir jalan membuatnya mudah terlihat oleh pengendara dan pejalan kaki. Tapi jangan salah walaupun tempatnya tidak sebagus dan semewah bintang lima, rasa mie ayam Pak Satyo mampu mengundang siapapun ingin mencicipi mie ayam Pak Satyo.


Begitu saja kegiatan Yoga ketika sedang bekerja. Hingga tidak terasa waktu sudah sore dan sesi Yoga selesai. Dia akan bergantian dengan pegawai lainnnya. Kini Yoga sudah bersiap-siap untuk pulang, tinggal menunggu perintah dari Pak Satyo. Ketika dia sedang mencuci tangannya, tiba-tiba Pak Satyo memanggil namanya.


""Nak Yoga"" panggilan khasnya dengan embel-embel 'Nak'.


Yoga menghentikan aktivitas mencuci tangannya, buru-buru dia mengelapnya. ""Iya Pak.""


""Ini upah kamu karena sudah bantu Bapak berjualan.""


Muncul senyuman manis Yoga dengan tangannya yang terulur menerima upah dari Pak Satyo. ""Terima kasih banyak Pak.""


""Dan iyah Bapak hampir lupa, tunggu sebentar.""


Yoga mengerutkan keningnya merasa heran. Mengulum bibir dan memainkan kaki Yoga menunggu Pak Satyo.


Selang beberapa menit Pak Satyo datang membawa sebuah bingkisan berukuran sedang dengan warna merah muda bergambar kuda poni. 


""Buat Aish, kan dia ulang tahun hari ini. Tanggal 15 November, iya kan?""


Netra Yoga membulat. Aish berulang tahun hari ini. Dan dia melupakannya. Pantas saja waktu pagi tadi sikap Aish berbeda padanya, agak sedikit manja. Walau memang kenyataannya Aish anak yang manja. Tetapi ternyata ada hal dibalik manjanya dipagi tadi. Karena dia sedang berulang tahun. 

Spontanitas Yoga menepuk dahinya, membuat Pak Satyo memundurkan kepalanya.


""Lho, kamu kenapa nak Yoga?"" Tanya Pak Satyo

""Ya ampun Pak, saya sendiri lupa sama ulang tahun Aish"" dia meringis.


Pak Satyo mengerjap, ""ya sudah kalo gitu kamu pulang sekarang, barangkali Aish nungguin kamu.""


""Iya Pak, sekali lagi terima kasih banyak. Saya duluan Pak."" Pamit Yoga pada Pak Satyo.


Yoga pergi meninggalkan kedai Pak Satyo dengan perasaan bersalahnya, dia benar-benar lupa. Sepanjang jalan dia merutuki diri karena bisa-bisanya dia melupakan hari paling istimewa adiknya. Dan saat itu pula dimana dia merasa gelisah sebab bingung apa yang harus dia lakukan. Netranya menangkap boneka kuda poni yang sangat lucu.


""Boneka buat Aish,"" kini senyumnya mengembang. Dikala kalut untungnya dia melewati toko boneka. Segala Yoga mengambil langkah memasuki toko itu, dan membelinya. Tidak lupa dia meminta kepada penjaga tokoh tersebut untuk dibungkus menjadi bingkisan.


Sekarang Yoga membawa dua bingkisan, satu dari Pak Satyo dan satu lagi darinya. Dia memutuskan untuk pulang, dia tidak sabar untuk memberi kejutan adik kesayangannya.


Dan sesampainya di rumah, betapa bahagianya Aish karena dia mendapatkan dua hadiah sekaligus. Begitu pula Yoga, meski tadi dia sempat melupakan hari bahagia adiknya. 


Mereka berdua merayakannya dengan sederhana. Dalam artian mereka mensyukuri satu sama lain, dan menurut Yoga bahagia dalam arti sederhana adalah bersyukur.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.