Bulan dan Rintik Hujan - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Bulan dan Rintik Hujan

Karya : Felita Dwi Artanti


Tik.. tik.. kala ku termenung dijendela

Nyanyian hujan sampaikan rasanya

Bak menangis terjatuh jauh dari bulan di angkasa

Namun mau bagaimana

Alam semesta tak menakdirkannya bersama


Menepi dilaut biru

Berharap bertemu senja pelipur kalbu

Mengobati harapan yang tak kunjung semu

Terkikis waktu jiwanya tak mampu


Diam..

Bukan bisu hatinya pilu

Sekian lama bersendu

Tak jua datang berjuang bertemu


Rasa bukan asa

Penuh cita tiada nyawa

Melukis indahnya bila

Hanya naungan semata

Perih..

Hampa..

Kecewa..

Bercampur aduk menjadi sesak di dada


Namun tidak !

Aku tidak mengapa

Cinta tetaplah cinta

Ikhlas hati bijaksana

Memberi rasa anugerah sang kuasa

\


Dosa

Karya : Felita Dwi Artanti


Rintik hujan getir

Datangnya sertakan petir

Tergoyah benteng terkena semilir angin

Memecah berderai cermin di dinding


Tajam butir kaca

Menusuk jari perihnya sampai ke lubuk dada

Teringatnyaa..

Tumbuhkan sesak kala berdoa


Dosa..

Masa demi masa terukir tak terkira

Membukit perlahan menjadi insan durjana

Melupa pada sang kuasa


Tinggi hati melihat rupa

Lupa diri laksana kacang lupa kulitnya

Berlari kesana kemari tidak disangka dikejar api neraka

Ya Tuhan yang Maha Esa

Ampunilah dosa hamba



Cermin ku Pecah

Karya : Felita Dwi Artanti


Kulihat elok merah muda

Semerbak wangi beterbangan di angkasa

Berkilau cermin disudut dekat jendela

Tiada debu dihiasi sayap kupu-kupu 


Namun..

Kala ku menunggu

Zebbb !

Terpanah peluru pecah cermin ku

Berair mata tapi darahnya beku

Terinfeksi cinta pujangga ambigu


Cintanya beranak rindu

Menanam pilu jarang bertemu

Hanya memberi segudang halu

Membuat kecewa laksana cermin pecah seribu"

 

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.